September 02, 2025
CAPTIVE STATE (2019)
Perlu saya tekankan sedari awal bahwa Captive State bukanlah sajian invasi alien konvensional di mana aksi dan perlawanan merupakan jualan. Lebih dari itu, Captivate State yang ditulis naskahnya oleh pasangan suami-istri, Rupert Wyatt (Rise of the Planet of the Apes, The Escapist, The Gambler) yang ikut merangkap sebagai sutradara-bersama Erica Beeney (The Battle of Shaker Heights) semakin menekan dampak yang dihsilkan pasca invasi berhasil dilakukan. Menarik, meski dalam pemaparannya terlampau sulit dimengerti karena Captive State sendiri menganggap penontonnya sudah pintar dalam mengumpulkan sebuah opini.
Sembilan tahun pasca invasi alien pertama kali mengambil alih Bumi sejak tahun 2019, Chicago mengalami fase di mana kedatangan alien bukan hanya sebatas menjarah, melainkan juga mengatur kehidupan masyarakat Bumi. Legislator. Demikian sebutan manusia terhadap sang alien yang mengharuskan manusia membangun “Zona Tertutup”, akses bawah tanah bagi alien untuk mengatrol Bumi, sementara pejabat tinggi pemerintah diberikan izin untuk masuk.
Menurut "manusia yang menerima" keputusan alien untuk mengatur Bumi adalah tepat, sejak sebuah implan ditanamkan dileher masyarakat, angka kiminalitas melonjak turun sementara kemiskinan dapat teratasi. Pertanyaannya, sampai kapan manusia akan diperbudak oleh alien dan kebebasan berekspresi dapat kembali direngkuh? Ini adalah landasan utama bagi kelompok pemberontak yang menyebut mereka sebagai Phoenix.
Rafe Drummond (Jonathan Majors) adalah salah satu anggota dari kelompok Phoenix yang keberadaannya berhasil dilumpuhkan oleh pemerintah. Enggan bernasib serupa dengan sang kakak, Gabriel Drummond (Ashton Sanders) memilih untuk tak bergeming, karena menolak sendiri berarti melawan kebijakan. Hingga ia mengetahui bahwa keberadaannya dimanfatkan oleh William Mulligan (John Goodman) sebagai jalan mencari keberadaan Phoenix. Perasaan diam dan patuh seperti semula mulai dibahas.
Dibuka melalui sebuah narasi yang menggambarkan kondisi Chicago saat ini, praktis, Captive State akan mengingatkan kita pada District 9 (2009) yang juga mengambil tema serupa. Selanjutnya, kami memaparkan usaha dua orang manusia (keluarga Drummond) yang melawan aturan pemerintah dan harus menerima konsekuensi tatkala keduanya berubah menjadi asap merah. Dari sini atensi seketika terpatri, sementara tahun 2027 menjadi setting masa kini.
Seperti yang telah saya singgung diatas, jangan harap akan sebuah aksi masif sebagai spektakel utama. Captive State berjalan lambat dengan menerapkan slow-burning-science-fiction di mana permainan dan konspirasi adalah jawaban yang dibutuhkan. Pun, Merujuk pada hal itu, strategi Kuda Troya dari mitologi Yunani memiliki peranan penting terhadap keseluruhan narasi.
Bagi yang sudah mengerti akan istilah tersebut, mudah sebenarnya menebak kemana arah filmnya akan berlabuh. Namun, Wyatt tak juga menyerah dengan istilah mudah, dibuatlah sebuah kelokan supaya permainannya terlihat menawan yang justru membuat sebuah bencana kala naskahnya terlalu cerewet menjabarkan semua hal yang ingin dilakukan. Setidaknya, itu kantara di paruh awal yang membutuhkan banyak kesabaran.
Paruh keduanya yang sejati tampil cukup terarah di mana Wyatt mulai berani menampilkan sosok alien yang tidak lazim dari biasanya. Sejurus kemudian, pemberontakan yang dilakukan komplotan Phoenix mulai beraksi melakukan sebuah pengeboman, sementara strategi permainannya sendiri menarik untuk diikuti. Sayang, satu hal yang mengganjal adalah ketiadaan koneksi penonton dengan karakter utama yang menihilkan sebuah kepedulian. Bagaiman penonton akan memberikan simpati terhadap karakter yang datang dan pergi begitu saja.
Ketimbang sebagai sajian fiksi ilmiah, Captive State lebih condong ke arah politik yang mana keberadannya bisa saja diamini, orang yang menjadi target bisa saja adalah orang yang salah, sementara yang diam merupakan biang masalah. Bukankah gambaran ini banyak kita temui dalam realita meski tanpa keberadaan invasi alien?
Realistis adalah tujuan utama Wyatt dalam hal ini, meskipun dengan memilih opsi tersebut tidak berarti menyumbangkan cerita yang tampil kurang maksimal. Setelah paruh pertama berjalan datar, paruh keduanya gagal dalam menyampaikan sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan. Ini pun yang terjadi pada karakter yang dimainkan oleh Vera Farmiga sebagai Priscilla, yang penokohannya sengaja disembunyikan guna membuat jalan pintas bagi penyelesaian.
Konklusinya menghadirkan antiklimaks, meski terkait keputusan, pemilihannya dapat dipahami dan bahkan terjalin dengan rapi. Captive State bisa saja menjadi sajian fiksi ilmiah berisi jika kepadatan terhadap narasi kembali diperbarui. Pun, apa yang ingin disampaikan oleh Wyatt sebenarnya tersampaikan, tetapi sulit untuk sepenuhnya dapat diterima.
0 komentar:
Posting Komentar