Selasa, 02 September 2025

LA LLORONA (2019)

LA LLORONA (2019)

Bukan. La Llorona bukanlah spin-off dari The Curse of La Llorona (2019) yang tergabung dalam semesta The Conjuring. Mengambil dasar sama cerita rakyat mengenai La Llorona (The Weeping Woman a.ka The Wailing Woman) yang terkenal di Amerika Latin, daripada menjadikan satu lagi sajian horor konvensional mengenai seorang wanita terhadap pria, Jayro Bustamante (Ixcanul, Tremors) sebagai film yang menulis naskahnya bersama Lisandro Sanchez mengambil ruang mencakup cerita yang lebih luas, juga termasuk didalamnya membantu rakyat Guatemala yang mengalami ketidakadilan oleh para penguasa yang sembunyikan nama "kebaikan" yang digunakan sebagai "kepentingan".

Ini semua mengacu pada sebuah tragedi masa lalu, tepatnya pada tahun 1982, ketika Efraín Ríos Montt melakukan genosida terhadap suku Maya, yang kemudian juga diimplementasikan pada karakter Enrique (Julio Diaz), mantan Jenderal yang kini tengah menantikan masa konferensi. Persidangan mengenai apa? Jelas mengenai tuduhan perbuatan genosida yang ia lakukan terhadap suku Maya-Ixil.

Enrique jelas menolak tuduhan tersebut, sama halnya dengan sang istri, Carmen (Margarita Kenéfic) yang mengamini alasan sang suami tengah anggota komunisme. Persidangan tiba, Enrique masih menguasai rasa takut, dan setelah pengakuan seorang wanita bertudung menjelaskan segala modus-operandinya yang bahkan tak hanya melakukan pembunuhan saja, melainkan ikut melecehkan dan memperkosa wanita suku Maya. Enrique menyatakan bersalah. Sorak-sorai rakyat terdengar begitu jelas.  

Namun, karena ketiadaan bukti yang jelas, Enrique kemudian dibebaskan tanpa syarat. Hal ini kemudian mengundang para rakyat untuk melakukan refleksi dengan memenuhi halaman rumah Enrique, menyuarakan bahwa tidak akan ada kedamaian tanpa sebuah keadilan-sembari kutukan perlakuan Enrique beserta para komplotannya yang tak bergeming. Situasi ini membuat puteri semata-mata wayang Enrique, Natalia (Sabrina De La Hoz) beserta sang cucu, Sara (Ayla-Elea Hurtado) terkurung selama berhari-hari.

Dari sini, kita mengetahui horor yang sebenarnya terjadi dan bukan berupa deretan jumpscare, yaitu tatkala Enrique dilanda ketakutan yang kebanyakan dihabiskan di dalam ruangan. Enrique bahkan sering mendengar suara tangisan perempuan di saat anggota keluarga lain tak mendengarkan, lewat penyutradaraan penuh sensitivitas Bustamante, momen ini sarat akan sebuah urgensi pula keindahan tersendiri.

Dibantu sinematografi Nicolás Wong, gambaran seram tercipta kala perlahan Bustamante mengikuti rutinitas Enrique mulai dari memutar suara tangisan hingga menyaksikannya akan situasi di luar. Sesekali kita diperlihatkan akan kondisi luar, melihat para demonstran menyanyikan lagu kebangsaan pula melayangkan caci maki tak karuan yang masih terdengar jelas meski kamera mengambil mengambil sebuah keadaan. Ini adalah gambaran nyata mengenai para penguasa yang menutup telinga selama tangisan rakyatnya.

Hingga munculah karakter bernama Alma (María Mercedes Coroy) gadis muda yang menggantikan para asisten rumah tangga yang tiba-tiba keluar secara berjamaah. Tak perlu makan waktu untuk mengenai jati diri Alma yang sebenarnya berbekal sikap dingin yang dimiliknya, Bustamante sengaja menekankan hal tersebut sebagai upaya menjamah judul yang sebenarnya. Pun, sejak kehadiran Alma yang menyulut satu lagi tindakan mengejutkan yang dilakukan Enrique, atmosfer berupa kengerian ditekankan lewat gambar, sebutlah momen tatkala Alma berendam dan membiarkan rambut tergerai di bak mandi.

Ketika La Llorona memasuki babak ketiga, apa yang sebenarnya sudah ditampilkan melalui adegan sebelumnya menyusun sebuah benang merah yang sesungguhnya. Mulai dari kebiasaan Alma melatih kemampuan bernapas Sara dalam air hingga cerita mengenai dua anak Alma yang telah mati menjawab kepiawaian Bustamante dan Sanchez dalam membentuk narasi menuju sebuah konklusi.

Konklusinya mungkin tidak memberikan dampak besar, tetapi dari sana kita mengetahui tujuan pula visi utama Bustamante di La Llorona. Selain sebagai wujud berupa penyelesaian wanita dan negara, Bustamante mengutuk suatu tindakan serupa yang tidak hanya menimpa pelaku saja, melainkan terhadap orang yang membiarkan tindakan tersebut.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa La Llorona adalah genre horor yang mengeliminasi dengan menampilkan wujud ketakutan yang sebenarnya. Ketkutan seorang manusia yang “tak memiliki jiwa manusia” dan baru menyadari setelah sebuah peristiwa, terutama ketika datangnya seorang wanita yang berani menghadapi, memperkuat karakter pemberdayaan yang semula dikehendaki.


0 komentar:

Posting Komentar