September 03, 2025
THE BABYSITTER (2017)
Samara Weaving adalah tokoh sempurna untuk memainkan Bee yang siap "menyengat" kapan saja, paras cantik nan seksi hingga menciumnya akan memberdayakan rasa dan saat itu pula kekejamannya bekerja. Karakter pemuja komedi lain pun tak kalah menarik, Bella Thorne memikat kala memainkan dialog bernada bitchy, Hana Mae Lee cukup dengan senyum sinisnya saja menandakan bahwa ia benar-benar berbahaya, Robbie Amell yang selalu tampil bertelanjang dada dan bangga akan penis besarnya rupanya tak lebih perkasa-jika berbicara mengenai pemikirannya dan kegelisahan akan ras yang dilontarkan Andrew Bachelor ampuh membunuh mereka yang masih saja bertindak rasis.
Sepanjang durasi 85 menit, The Babysitter tampil padat berkat kepiawaian McG menyusun adegan secara cermat-walau itu berarti harus mengorbankan kematian para karakternya secara singkat. Kembali lagi pada opsi awal, bahwasannya The Babysitter memang murni tontonan yang enggan repot-repot melibatkan logika dan aturan seperti keluhan mengenai ketiadaan tetangga yang terbangun saat kekacauan tengah terjadi. Menampilkan konklusi yang sudah sepantasnya terjadi saja sudah menjadi prestasi tersendiri dari tontonan semacam ini.
Didedikasikan untuk sang putra, Spike Forsythe (yang juga ikut mengambil bagian dalam memerankan tokoh zombie anak sekolah), Little Monsters mungkin tak segahar rekan sejawatnya dalam menghadirkan sebuah zombie apocalypse karena filmnya sendiri mengambil ruang lingkup kecil yang membuatnya terasa padat dalam memainkan sebuah pelajaran untuk anak-anak, sebutlah untuk melawan rasa takut dan tetap tenang meski berada di dalam, oh ya, Forsythe juga ikut memainkan sebuah good liar yang dilakukan oleh orang tua yang tak ada salahnya.
Dalam mewujudkan peran tersebut, Lupita Nyong'o tampil berjasa dalam memerankan sosok guru telaten sekaligus idaman bagi para murid. Nyong'o tak segan melawan bahaya hanya untuk menyelamatkan nyawa para muridnya yang menjadi sebuah keutamaan baginya. Dari sini, peranannya terhadap sosok "guru yang sebenarnya" diwujudkan-yang juga ikut membawa sebuah pemberdayaan t-mengeliminasi sosok penghibur dan panutan anak macam Teddy McGiggle yang justru tak layak ditiru tatkala kedok aslinya terbuka.
Little Monsters memang membawakan sebuah angin segar dan itu tak serta merta membawa perubahan bagi sub-genrenya kala keseluruhan filmnya masih bermain di ranah aman. Deretan konfliknya tidak jauh dari aksi para penyelidik menyelamatkan nyawa, yang kali ini didominasi oleh para anak-anak. Elemen yang dirumuskan berupa kehadiran pengkhianat serta tindakan pemerintah yang tak berjalan sebagaimana mestinya ikut dimainkan bahkan konklusinya pun terkendala sebuah pemilihan yang seharusnya bisa dilakukan sedari awal.
Itu jika Anda memandang dari segi filmis filmnya. Tetapi, jika Anda mengenyahkan permasalahan tersebut dan murni menonton karena sebuah hiburan, Little Monsters bisa saja berakhir dengan memuaskan. Saya tak menampik hal itu dan bahkan menikmati keseluruhan hasil akhir filmnya-meski itu berarti harus memaafkan sebuah jalan tengah yang diambil oleh Abe Forsythe dalam menutup ceritanya, mengamini lagu Shake it Off-nya Taylor Swift yang berjasa terhadap keseluruhan cerita dan rasa.
0 komentar:
Posting Komentar