September 02, 2025
DANIEL ISN'T REAL (2019)
Merupakan adaptasi novel In This Way I Was Saved karya Brian DeLeeuw yang juga ikut menulis naskahnya bersama sutradara Adam Egypt Mortimer (Some Kind of Hate, Holidays dalam segmen New Year's Eve), Daniel Isn't Real meleburkan psikologis dan mistis, membuat penonton bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi adalah nyata atau khayal semata, persentasi ini mungkin bukanlah hal yang baru, meski bagi Daniel Isn't Real sendiri menyimpan sebuah implementasi berupa keadaan dan kondisi pengidap skizofrenia yang dideskripsikan oleh para pembuatnya. Terciptalah sebuah sub-genre yang kita sebut dengan horor psikologis.
Luke (Griffin Robert Faulkner) merupakan "anak korban perceraian orang tua", ketakutan dan kesetaraan adalah kesehariannya, hingga setelah sebuah insiden penembakan di sebuah kafe yang menjual seorang pria ia Saksikan, kesempatan untuk mendapatkan teman pun ia dapatkan kala seorang pria bernama Daniel (Nathan Chandler Reid) mengajaknya bermain. Intinya, keberadaan Daniel itu tidak nyata, ia adalah teman khayalan Luke yang menurut sang ibu, Claire (Mary Stuart Masterson) adalah sebuah hal yang wajar. Luke kini tak kesepian lagi, sampai Daniel mencoba menguasai hidup Luke untuk meracuni sang ibu, hubungan mereka berakhir-setelah Daniel di kurung di sebuah rumah boneka peninggalan sang nenek.
Tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai rumah boneka ketika cerita tiba-tiba menampilkan Luke (Miles Robbins) sudah menginjak usia remaja dan menjadi seorang mahasiswa di sebuah universitas. Menyadari dirinya yang belum pulih atas peristiwa masa kecil yang terus menghantui, Luke kemudian memutuskan untuk berkonsultasi dengan Cornelius Braun (Chukwudi Iwuji) mengenai kekhawatiran dirinya akan bernasib seperti sang ibu yang mengidap skizofrenia, mencemaskan masa sebelumnya dan menceritakan semuanya dengan teman imajinernya. Ini kemudian berakhir pada sebuah saran untuk kembali mendatangi sang ibu dan mencoba menerima kembali Daniel.
Sampai dirumah masa kecilnya, Luke mendapati sang ibu tengah melakukan bunuh diri-sebelum akhirnya ia berhasil berhenti-setelah mengikuti saran Daniel (Patrick Schwarzenegger) yang tiba berada di depannya. Menyadari saran yang diberikan Daniel berhasil, Luke membuka kembali ketentuannya dan membiarkan Daniel mengatur apa yang akan terjadi. Hasilnya, Luke bahkan berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk berkenalan dan bersetubuh dengan seorang pelukis wanita bernama Cassie (Sasha Lane).
Lambat laun, keberadaan Daniel yang selalu mengikuti kemanapun Luke pergi berujung pada perilaku posesif Daniel yang selalu memaksa melakukan apa yang ia perintahkan, seperti saat Luke diminta untuk berhubungan seksual dengan Sophie (Hannah Marks) yang ia tolak karena telah memacari Cassie. Daniel mengambil tubuh Luke dan melakukan hubungan seksual dengan gaya doggy style kepada Sophie-yang kemudian dilanjutkan dengan memukul rekan sekamar Luke, membuatnya akhirnya dikeluarkan dari universitas.
Keberhasilan Patrick Schwarzenegger menghadirkan sosok intimidatif membuat Daniel Isn't Real mempunyai sosok yang ditakuti tanpa perlu menghadirkan sosok menyeramkan. Pun, gapleless-nya Miles Robbins menjadi lawan yang setara tatkala berhasrat untuk berakhir pada sebuah kecelakaan. Degradasi perubahan karakternya pun terlihat meyakinkan tanpa harus jatuh pada ekspresi berkeringat.
Melupakan unsur psikologi, paruh kedua kentara akan body horror yang sesekali menentuh ranah kosmik horor. Dari sini ketidakcakapan narasi menyebabkan sebuah kemajuan kasar yang keberdaannya kurang memadai akibat lambatnya membangun introduksi. Ya, sebelumnya Daniel Bukankah Real sempat menyerap dua persepsi yang bisa dipahami bahkan menyulut atensi yang kemudian dilukai oleh sebuah lubang menganga penuh tanya dalam logika.
Contohnya seperti saat Braun yang tiba-tiba melakukan ritual pemanggilan Daniel lewat media suara ketukan mangkok Tibet. Film sebelumnya tak pernah meyakini kita bahwa Braun, selain sebagai psikologis adalah cenayang mistis. Kecacatan ini jelas melukai filmnya yang seolah tak mampu membangun jembatan khusus dalam melakukan sebuah hubungan psikologis dan mistis, yang kerap dieksploitasi oleh filmnya sendiri, pun merangkai adegan copy paste dari Fight Club (1999) ke The Excorsit (1973) merupakan sebuah keputusan yang berhubungan jika menilik sebuah penjabaran dan alasan.
Third Act-nya mungkin sudah mencapai wilayah baru perihal menampilkan rangkaian adegan sarat gambar menakutkan lengkap dengan tata artistik yang mampu pula memblokir menawan. Sayang, dalam penerapan keputusan ini tak menghasilkan sumbangsih lebih jika setelahnya kembali menerapakan dan memakai kesalahan yang sama. Ini berakibat fatal pada konklusi utamanya.
Konklusinya bagai upaya penggampangan penulisnya mengakhiri sebuah penyelesaian. DeLeeuw dan Mortimer mengambil jalan tengah dengan melibatkan karakter Cassie menyelesaian masalah. Dari mana Cassie mengetahui bahwa Luke tengah dirasuki Daniel? Pertanyaan tersebut sebenarnya tak memiliki jawaban pasti, hanya untuk sekali lagi menegaskan bahwa Daniel Bukankah Nyata dibuat setengah hati.
0 komentar:
Posting Komentar