Rabu, 03 September 2025

THE HUNT (2020)

 THE HUNT (2020)

Terkait penggunaan judul, The Hunt adalah versi alternatif. Sebelum rampung proses produksi. Red States dan Blue States adalah judul asli. Ini kemudian dieliminasi (meski nyatanya hanya disebarkan dari pihak dalam) pasca filmnya geger dan santer mendapat kecaman publik setelah aksi salah kaprah terhadap sumber materi yang Merujuk pada frasa "basket of deplorables" yang digunakan oleh Hillary Clinton selama kampanye pada pemilihan presiden Amerika Serikat (2016) sebagai opsisi terhadap setengah pendukung Donald Trump. Tak tinggal diam dan merasa dirugikan, Trump kemudian buka suara secara tersirat dalam unggahan twitter-nya sebelum tertunda filmnya dilakukan karena aksi penembakan masal terjadi di Dayton dan El Paso.

Sempat tayang di bioskop selama beberapa hari sebelum datangnya pandemi-yang mengakibatkan pihak distributor filmnya memilih jalur untuk menayangkan filmnya di video on demand (VOD), The Hunt dibuka oleh sebuah percakapan grup WhatsApp mengenai sebuah perencanaan pemburuan, setelahnya para partisipan melakukan perjalanan menggunakan jet pribadi yang kemudian diakhiri dengan sebuah insiden berdarah.

Selanjutnya kita diperlihatkan di sebuah hutan luas dengan sebelas orang yang tak dikenal terbangun dari tidurnya, mendapati mulut mereka tertutup dan tak lama kemudian datang sebuah serangan yang menimpa banyak korban. Intinya, serangan itu berasal dari aksi permainan para borjuis elit dalam upaya melenyapkan mereka yang menyandang status rakyat jelata dan bermasalah di media sosial.

Ditulis naskahnya oleh Nick Cuse dan Damon Lindelof (Watchmen, Lost, The Leftlovers), The Hunt sempat mengecoh penonton pada paruh awalnya-mengenai siapa "the Choosen One" sebenarnya, pada titik ini duo penulis naskah berhasil memainkan sebuah puzzle setelah penonton mengira bahwa sang karakter utama adalah Yoga Pants (Emma Roberts) bahkan Trucker (Justin Hartley) setelah sutradara Craig Zobel (Great World of Sound, Compliance, Z for Zachariah) membawakan cerita berdasar sudut pandang keduanya. Baru, setelah babak pertama usai, kita mengenal Crystal (Betty Gilpin) menyanyikan protagonis utama filmnya.

Keberhasilan tersebut dilanjutkan oleh penokohan Crystal yang merupakan sosok wanita tangguh nan tak banyak bicara. Kepiawaian Gilpin memberikan bobot lebih terhadap karakternya yang begitu mudah disukai, terutama kala ia tanpa tedeng aling-aling meringkus para pemburu berbekal ilmu militer pula penugasaan di Afghanistan yang pernah ia jalani. Situasinya kini berbalik, ketika yang diburu berburu sang pemburu.

Mungkin premis tersebut bukan baru, setelah sebelumnya kita melihat hal serupa terjadi pada Ready or Not (2019) yang bahkan membawa kritisi serupa. Nantinya perjuangan Crystal akan bermuara pada penjahat yang paling kuat sekaligus pemimpin komplotan sang pemburu, Athena (Hilary Swank). Serupa Gilpin, Swank memancarkan aura yang bisa saja membuat pria ciut nyalinya berbekal melihatnya muncul saja. Pun, terkait penempatannya yang sengaja dirahasiakan, memberikan sebuah kejutan berupa pembalikan yang sebelumnya telah Zobel lakukan guna mengakali dan menebus sebuah petunjuk di awal.

Progresi alurnya sudah menampilkan sebuah gebrakan di paruh awal, yang kemudian harus terkendala struktur pasca bergerak di paruh kedua yang seketika menurunkan ketegangan penuh filmnya. Ini sejatinya bisa diakali, danai Zobel menempatkannya di paruh awal tanpa harus mengurangi sebuah kenikmatan. Namun, jika opsi tersebut dipilih maka tak akan tercipta sebuah kelokan yang cukup menyenangkan itu.

The Hunt bisa saja menyandang predikat film Hunger Games lainnya jika memilih jalur konvensional dengan menempatkan cerita sepenuhnya di lapangan pemburuan. Saya tidak setuju dengan hal itu, meskipun itu akan mengurangi niat awal berupa menyampaikan sebuah kritisi politik bernada sarkastik yang ditampilkan melalui jalur komedik. Tak sepenuhnya bekerja, beberapa di antaranya mampu menyulut tawa, sebutlah lelucon mengenai salah satu kematian karakternya yang melibatkan sebuah jebakan besi di dalamnya.

Pun, demi memperbesar muatan politik, naskahnya sempat memainkan sebuah anekdot berupa cerita "the Jackrabbit and the Box Turtle" versi The Tortoise and the Hare hingga beberapa kali menyebutkan-bahkan menerapkan novel satir politik, Animal Farm yang ditulis George Orwell. Sebutlah Manor (nama kandang hewan dalam Animal Farm) yang digunakan sebagai markas berkumpulnya para borjuis hingga menempatkan bayi yang diberi nama Orwell yang merupakan tokoh utama dalam cerita Animal Farm.

Budaya pop tersebut sejatinya bekerja terhadap cerita baik itu secara tersurat maupun tersirat. Sungguh, sebuah keputusan yang cekatan dalam hal pemanfaatan. Pertanyaannya adalah: Apakah The Hunt merupakan tontonan yang memuaskan? Jawabannya tentu bukan (menilik keseluruhan filmnya yang bisa tampil lebih baik lagi). Apakah The Hunt adalah tontonan yang menyenangkan? Saya dengan senang hati menjawab ya.

0 komentar:

Posting Komentar