Sabtu, 06 September 2025

SHOOK (2021)

 SHOOK (2021)

Pada masa di mana internet sudah menjadi kebutuhan, film menyesuaikannya dengan zaman di mana internet dengan segala fitur di dalamnya sudah menjadi obsesi tersendiri yang dapat menguntungkan bahkan merugikan. Jenis film pula kritik semacam ini mungkin sudah lazim dijamah, dan Shook yang disutradarai dan ditulis oleh Jennifer Harrington (bersama Alesia Glidewell) melayangkan kritik serupa dalam ranah thriller ruang sempit serta kecanggihan internet di dalamnya yang mengancam.

Mia (Daisye Tutor) adalah seorang beauty influencer yang tersohor dengan banyak pengikut serta tawaran endorsement. Bahkan di menit pembukanya, kami melihat Mia bersama dengan sang rekan, Genelle (Genelle Seldon) tengah melakukan pemotretan dalam rangka mempromsikan produk kecantikan. Hingga kamera menyoroti Genelle yang keluar untuk toilet, thriller mulai diperkenalkan dalam wujud pemburu anjing yang tak segan menghabisi nyawa pemiliknya sekalipun.

Berdasarkan kejadian itu, Mia pun membatalkan siaran langsung bersama sahabatnya hanya untuk menjaga Chico, anjing peliharaan sang kakak, Nicole (Emily Goss) yang pergi untuk pemeriksaan kesehatan setelah ibu mereka meninggal karena penyakit Livingston (penyakit fiktif dalam film). Bisa ditebak, malam tersebut menjadi bahaya tatkala seseorang meneror Mia lewat ponsel dengan cara melakukan perintahnya dan mengacam akan membunuh sahabatnya. 

Satu hal yang saya sukai dari Shook adalah pemanfaatan unsur surealisme yang ditunjukan tatkala protagonisnya memeriksa isi ponsel, layar menampilkan isi tersebut dengan teknik zooming secara tak langsung, yang memberikan nuansa khas dengan fitur internet kekinian. Pun, pemanfaatan musik synth metal memberikan nuansa khusus bagi filmnya yang sarat akan grading warna gelap.

Shook memang tanpa basa-basi, tontonan penonton akan sang peneror perlahan digiring melalui suara telepon yang berasal dari tetangga rumah, Kellan (Grant Rosenmeyer) yang bercerita mengenai kondisi rumah pula keadaan saat Mia tengah mencari Chico. Sayang, penerapannya formulaik dan mudah ditebak, terutama terkait timing-nya yang seolah-olah menayangkan penonton.

Shook tentu akan bermuara pada twist mengenai sosok sang peneror, Harrington menyiapakan 2 twist. Pertama, twist-nya tampil hampa akibat terlalu mencontoh kebiasaan warganet kekinian. Kedua, termasuk pemaparan tiba-tiba, meski terkait motivasinya sendiri sudah lebih dari cukup. Kekurangan yang Shook miliki adalah perihal momentum yang urung diperhatikan, membuat deretan terornya berlalu begitu saja tanpa ada sebuah ketegangan yang benar-benar terasa.

biasa-biasa saja. Demikianlah kata yang mewakili keseluruhan Shook yang masih mengkritisi internet dengan segala kebiasaannya. Dan tatkala salah satu perintah peneror meminta Mia untuk mematahkan kakinya atau menusukkan jarum pada badannya, urung terasa spesial karena franchise Saw terlebih dahulu menggunakannya.

Setidaknya, Shook masih memiliki Daisye Tutor yang tampil berjanji dalam melakukan gradasi emosi baik di depan layar tatkala dituntut untuk tersenyum maupun tatkala dihimpit ketegangan. Konklusinya mungkin memberikan hal yang tidak mengejutkan, karena sekali lagi, Shook adalah carbon copy dari thriller umum dengan sedikit polesan modernisasi zaman.

0 komentar:

Posting Komentar