Conclave (2025)
Pemeran: Ralph Fiennes, Stanley Tucci, John Lithgow, Isabella Rossellini, Lucian Msamati, Carlos Diehz, Sergio Castellitto, Brian F. O'Byrne, Jacek Koman, Balkissa Souley, Bruno Novelli, Merab Ninidze
Sutradara: Edward Berger
Studio: FilmNation Entertainment, House Productions, Indian Paintbrush, Focus Features
Dewan Kardinal Vatikan mengumpulkan para pejabat senior dari seluruh Gereja Kristen Katolik di dunia untuk segera datang Vatikan setelah kematian Uskup atau Paus yang tiba-tiba. Setelah proses pemakaman, Dewan Kardinal harus segera memilih Paus yang baru dengan melakukan tradisi Konklaf. Kardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes) yang ketua Kardinal dari Inggris telah memiliki empat kandidat utama sebagai Paus yang baru yaitu Aldo Bellini (Stanley Tucci) dari Amerika Serikat, Joshua Adeyemi (Lucian Msamati) dari Nigeria, Joseph Tremblay (John Lithgow) dari Kanada dan Goffredo Tedesco (Sergio Castellitto) dari Italia.
Tradisi Konfklaf atau pemilihan Paus yang baru dilakukan secara tertutup. Para pejabat senior atau Kardinal dari seluruh dunia dikumpulkan di satu tempat yang sama, semua alat komunikasi dikumpulkan dan dilarang berinteraksi dengan dunia luar selama proses Konklaf berlangsung. Malam sebelum hari pertama Konklaf, para Kardinal mengadakan pertemuan sambil makan malam bersama. Pada kesempatan tersebut, Aldo yang sudah kenal dekat dengan Thomas mengatakan alasan ia bersedia mencalonkan diri sebagai Paus yang baru demi menghalangi rencana Tedesco yang sangat berambisi ingin menjadi Paus. Aldo khawatir dengan sikap serta pemikiran dari Tedesco yang selama ini dikenal sebagai Kardinal dengan pemikiran tradisional dan juga keras. Disaat situasi sedang panas, mereka kedatangan Kardinal yang baru tiba yaitu Vincent Benitez (Carlos Diehz). Benitez sendiri dikenal sebagai Kardinal yang dicintai banyak umatnya karena sudah berjasa melindungi dan menjaga perdamaian di negara-negara rawan konflik seperti Afghanistan, Kongo dan Irak.
Keesokan harinya, proses Konklaf pun dimulai. Untuk memenuhi syarat dan terpilih menjadi Paus yang baru, kandidat Kardinal harus memperoleh 2/3 dari total Kardinal yang mengikuti Konklaf. Setelah proses penghitungan, Adeyemi memimpin perolehan suara yang kemudian mendisusul Bellini, Tedesco, Tremblay, kemudian Lawrence dan Benitez.
Namun jumlah suara yang diraih Adeyemi belum 2/3 yang dibutuhkan sehingga harus menggelar Konfklaf yang kedua.
Sambil menunggu Konklaf kedua, Lawrence meminta asistennya yaitu Raymond O'Malley (Brian F. O'Byrne) untuk mengumpulkan informasi tentang Benitez, Tedesco dan juga Tremblay. Awalnya Lawrence setuju jika Adeyemi menjadi Paus yang baru karena memiliki prinsip liberal sama seperti Paus sebelumnya. Lawrence kemudian memberikan homili atau pidato di depan para Kardinal. Isi pidato tersebut membuat dirinya terlihat semakin berambisi untuk menjadi Paus yang baru. Namun pada kenyataannya, Lawrence sama sekali tidak ingin menjadi Paus. Ia justru menyimpulkan tentang keimanan dirinya sebagai seorang Kardinal dan juga kepercayaannya tentang agama di gereja. Ia hanya mencari sosok Kardinal yang sesuai kriteria untuk dijadikan Paus selanjutnya.
Saat makan siang, terjadi adu mulut antara Adeyemi dengan seorang biarawati bernama Shanumi (Balikissa Souley). Lawrence tak tinggal diam, ia langsung menemui Shanumi meskipun awalnya dilarang oleh pimpinan biarawati yaitu Agnes (Isabella Rossellini). Sebagai ketua Kardinal di sana, Lawrence memiliki tanggung jawab terhadap semua orang yang ada di gereja.
Setelah berbincang secara pribadi, Lawrence terkejut dengan hubungan di masa lalu antara suster Shanumi dengan Adeyemi. Lawrence kecewa terhadap Adeyemi yang merahasiakan hal tersebut karena untuk menjadi seorang Kardinal, diharuskan sudah memaafkan semua dosa yang pernah dilakukan. Dengan sangat terpaksa Lawrence pun memberitahukan hal ini sebelum proses Konklaf yang kedua.
Waktu terus bergulir. Lawrence semakin penasaran tentang Adeyemi dan juga suster Shanumi yang kembali dipertemukan di tempat yang sama. Ia pun bekerja sama dengan suster Agnes untuk mendapatkan kejelasan. Setelah mencari berbagai dokumen, Lawrence menemukan fakta mengejutkan yang berkaitan dengan salah satu Kardinal yang ada di sana. Selain itu, fakta tersebut juga berkaitan dengan mendiang Paus yang berkaitan dengan cara mendapatkan jabatan sebagai Kardinal dengan melakukan praktik Simoni atau membeli jabatan secara materi kepada mendiang Paus.
Proses Konklaf kedua pun digelar. Perolehan suara yang diraih Adeyemi dan Tremblay menurun drastis. Sementara itu, suara yang didapat Bellini, Tedesco, Benitez dan Lawrence meningkat. Memasuki proses Konklaf yang ketiga, Lawrence memutuskan bekerja sama dengan Bellini untuk menentang hasil suara yang diperoleh Tedesco. Mereka khawatir suara kebencian dan kekerasan akan meningkat jika Tedesco terpilih menjadi Paus yang baru.
Saat memasuki proses Konklaf yang keenam, terjadi insiden bom bunuh diri tak jauh dari gereja. Pemaparan tersebut merusak bagian atas gereja sehingga semua Kardinal dan orang-orang yang ada di sana harus segera dievakuasi. Di tengah situasi yang cukup darurat, mereka tetap melanjutkan proses Konklaf. Tedesco dengan lantang melambangkan perang agama setelah kejadian pengeboman. Hal tersebut mengejutkan para Kardinal. Benitez yang selama ini diam, akhirnya menyuarakan pendapat yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan Tedesco. Hal inilah yang membuat jumlah suara untuk Tedesco langsung menurun drastis. Setelah proses Konklaf yang ketujuh, Kardinal Vincent Benitez akhirnya terpilih menjadi Paus yang baru.
Menjelang pelantikan Benitez, Lawrence kembali menemukan sebuah fakta tak terduga yang berpotensi dapat memicu pertentangan secara global. Rahasia apa yang kali ini harus dihadapi oleh Lawrence?
Oktober tahun lalu, pecinta film di Amerika Serikat dan Eropa dikejutkan dengan film drama terbaru karya sutradara asal Jerman yaitu Edward Berger berjudul CONCLAVE (2024). Film ini diadaptasi dari novel fiksi berjudul sama karya Robert Harris yang dirilis tahun 2016. Untuk segi cerita, film CONCLAVE (2024) langsung memberikan pengetahuan baru kepada penonton tentang proses pemilihan Paus yang baru di Vatikan.
Jika dalam beberapa tahun terakhir film-film yang berlatar gereja selalu identik dengan genre horor, di film CONCLAVE (2024) ini lebih menonjolkan drama dan intrik antar sesama Kardinal. Perkembangan cerita dan karakter dari setiap karakter yang ada tampil sangat kuat dan bisa saling terkoneksi satu sama lain. Sosok Kardinal Lawrence yang dipilih untuk mengadakan Konklaf dilanda kebingungan dan kegelisahan karena harus menemukan sosok Kardinal yang tepat. Tahapan demi tahapan dari tradisi Konklaf ini dijelaskan dengan baik, sehingga penonton non-Kristen Katolik juga dapat memahami sekaligus menambah wawasan. Selama proses pengumpulan suara inilah, sang sutradara dan penulis naskah menampilkan kejutan lewat para karakter Kardinal yang memiliki ambisi dan agendanya masing-masing. Selama ini, jika melihat sosok pastur, biarawati dan romo tuh identik dengan sosok yang teladan, bijaksana dan tenang. Namun tidak dengan apa yang ada di film CONCLAVE (2024) ini. Mereka semua sama seperti manusia kebanyakan yang memiliki dosa, ambisi dan ego yang besar. Kejutan plot twist yang disajikan berlapis-lapis sehingga dan menimbulkan efek domino sampai film selesai. Tak disangka sih, film bertema gereja seperti ini bisa tampil sangat kompleks dan penuh dengan intrik di dalamnya.
Oktober tahun lalu, pecinta film di Amerika Serikat dan Eropa dikejutkan dengan film drama terbaru karya sutradara asal Jerman yaitu Edward Berger berjudul CONCLAVE (2024). Film ini diadaptasi dari novel fiksi berjudul sama karya Robert Harris yang dirilis tahun 2016. Untuk segi cerita, film CONCLAVE (2024) langsung memberikan pengetahuan baru kepada penonton tentang proses pemilihan Paus yang baru di Vatikan.
Jika dalam beberapa tahun terakhir film-film yang berlatar gereja selalu identik dengan genre horor, di film CONCLAVE (2024) ini lebih menonjolkan drama dan intrik antar sesama Kardinal. Perkembangan cerita dan karakter dari setiap karakter yang ada tampil sangat kuat dan bisa saling terkoneksi satu sama lain. Sosok Kardinal Lawrence yang dipilih untuk mengadakan Konklaf dilanda kebingungan dan kegelisahan karena harus menemukan sosok Kardinal yang tepat. Tahapan demi tahapan dari tradisi Konklaf ini dijelaskan dengan baik, sehingga penonton non-Kristen Katolik juga dapat memahami sekaligus menambah wawasan. Selama proses pengumpulan suara inilah, sang sutradara dan penulis naskah menampilkan kejutan lewat para karakter Kardinal yang memiliki ambisi dan agendanya masing-masing. Selama ini, jika melihat sosok pastur, biarawati dan romo tuh identik dengan sosok yang teladan, bijaksana dan tenang. Namun tidak dengan apa yang ada di film CONCLAVE (2024) ini. Mereka semua sama seperti manusia kebanyakan yang memiliki dosa, ambisi dan ego yang besar. Kejutan plot twist yang disajikan berlapis-lapis sehingga dan menimbulkan efek domino sampai film selesai. Tak disangka sih, film bertema gereja seperti ini bisa tampil sangat kompleks dan penuh dengan intrik di dalamnya.
Untuk jajaran pemain, Ralph Fiennes yang memerankan Kardinal Lawrence sukses menghidupkan karakternya di film ini. Rasa penasaran, beban yang harus ia emban kemudian merasa ragu dan dilema yang ia tampilkan tersampaikan secara maksimal kepada penonton. Para pemain lainnya yang menyimpan banyak rahasia pun tampil memukau dengan karakteristiknya masing-masing. Momen adu argumen dan ketegangan yang terjadi diantara para Kardinal terasa nyata, penonton seolah ikut berada langsung di gereja yang sengaja mengisolasi diri itu. Tak heran jika Ralph Fiennes dan Isabella Rossellini sukses masuk nominasi Academy Awards tahun ini dan beberapa penghargaan penghargaan bergengsi lainnya.
Untuk urusan visual, film CONCLAVE (2024) subhanallah, benar-benar memanjakan mata banget! Teknik pengambilan gambar, pergerakan kamera, set lokasi, sinematografi hingga desain kostumnya sangat-sangat estetis dan serba simetris! Hampir semua adegan dan set lokasi yang disatukan selalu presisi dan on point banget. Selain visualnya yang mengesankan, film CONCLAVE (2024) juga didukung dengan scoring yang tak kalah luar biasa. Setiap adegan ditayangkan dengan scoring yang dahsyat, menghentak dan memancing adrenalin penonton. Secara keseluruhan, film CONCLAVE (2024) berhasil menyajikan drama penuh kejutan yang memukau dibalik peristiwa pemilihan Paus yang baru di Vatikan. Terima kasih sudah memberikan ilmu baru lewat film ini! Mengesankan!
0 komentar:
Posting Komentar