3 Nafas Likas (2014)

Pemeran: Atiqah Hasiholan, Vino. G Bastian, Jajang C. Noer, Tissa Biani Azzahra, Tuti Kirana, Arswendi Nasution, Ernest Samudra, Marissa Anita, Mario IrwinsyahSutradara: Rako PrijantoStudio: Gambar Oreima
Hilda (Marissa Anita) seorang reporter yang tertarik untuk membuat sebuah biografi tentang kehidupan sosok perempuan heroik bernama Likas Tarigan (Tuti Kirana). Ia pun juga pergi menemui beliau ke tempat kelahirannya di Tanah Karo Sumatera Utara. Suka pun berbagi kisah hidup dari masa kecil hingga dewasa kepada Hilda.Likas Tarigan merupakan seorang tokoh perempuan Indonesia sekaligus istri dari Alm. Djamin Gintings, salah satu tokoh yang berpengaruh dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Likas kecil (Tissa Biani Azzahra) merupakan seorang gadis Karo yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang guru. Hal itu muncul ketika Suka melihat gurunya disekolah. Ia kemudian mengutarakan keinginannya kepada ayah Ngantari (Arswendi Nasution) dan kakaknnya Jore (Ernest Samudra). Mereka menyetujui Suka untuk tetap melanjutkan sekolah demi mengejar cita-citanya sebagai seorang guru dan pergi menimba ilmu ke Padang Panjang. Namun, sang ibu Tembun (Jajang C. Noer) menolak keras keinginan anaknya tersebut karena beranggapan jika merantau keluar tanah Karo itu adalah seorang anak miskin. Bagi ibunya cukup Jore saja yang pergi merantau sebagai polisi keamanan di lautan.
Namun niat yang ditanamkan Suka untuk menjadi seorang guru telah bulat, ia akhirnya memutuskan untuk tetap pergi ke Padang Panjang menimba ilmu pendidikan meskipun ibunya tidak mengizinkannya. Dengan keinginannya menjadi seorang guru dan ingin membuat Ibu dan keluarganya bangga, Suka tumbuh dewasa (Atiqah Hasiholan) dan berhasil menjadi seorang guru. Namun dengan kondisi politik, ekonomi serta di bawah penjajahan bangsa asing yang kacau, karir Suka sebagai seorang guru tidak begitu mulus. Ia diharuskan berpindah ke berbagai tempat di Pulau Sumatera untuk mengajar sekaligus mencari tempat yang aman.Hingga suatu hari, Likas bertemu dengan seorang Tentara PETA bernama Djamin Gintings (Vino G. Bastian). Djamin kemudian jatuh cinta melihat sosok Suka yang begitu heroik dan kuat. Suka pun sama, ia mulai bisa merasakan cinta yang diberikan Djamin padanya pada saat mereka saling berinteraksi lewat surat menyurat.Mereka pun memutuskan untuk menikah. Acara resepsi pernikahan yang selalu direncanakan oleh mereka berdua harus ditunda terus menerus gara-gara Djamin mendapat tugas untuk mengamankan Indonesia bersama pasukan tentara lainnya. Kehidupan rumah tangga mereka pun terus berlanjut hingga era Presiden Soeharto. Konflik konflik politik dan peristiwa bersejarah lainnya pun ikut mengikuti perjalanan cinta Djamin & Suka.
Setelah sukses dengan Sang Kiai (2013) dan mendapat predikat sebagai Film Indonesia Terbaik diajang Festival Film Indonesia Tahun 2013 lalu, kini Rako Prijanto kembali menghadirkan sebuah film mirip Sang Kiai yaitu tentang biografi yang ditambah dengan unsur heroik dan kemandirian.Cerita heroik tentang sosok perempuan Karo berhasil disajikan dengan baik oleh Rako Prijanto. Tak hanya itu, beliau juga berhasil mengemas cerita heroik tersebut dengan baik dengan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia. Meskipun ada dibeberapa bagian yang terasa begitu panjang dan lama hingga selesai.Acungkan jempol untuk Atiqah Hasiholan dalam film ini. Ia berhasil memerankan seorang perempuan Karo yang ekspresif dan total. Aksen bahasa Karo nya pun sungguh meyakinkan. Jajaran pemain lainnya pun tampil dengan performa maksimal. Vino G. Bastian pun berhasil dibuat "lebih hitam" oleh Rako Prijanto. Aksen bahasa Karo nya pun cukup baik meskipun nada suara nya dibeberapa bagian terdengar mirip sekali dengan Zainuddin (Herjunot Ali) dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Suka kecil yang diperankan Tissa Biani Azzahra juga tampil ekspresif sebagai pendatang baru di Industri perfilman Indonesia. Jajang C Noer juga tak ketinggalan menampilkan sosok seorang ibu yang ingin melanjutkan sekolahnya dengan baik.
Efek visual yang dihadirkan Rako Prijanto juga cukup mengalami peningkatan yang baik di 3 Nafas Suka kali ini dibandingkan dengan film sebelumnya. Adegan peperangan pun tampil terlihat nyata. Namun menakutkan ada beberapa properti yang cukup mengganggu dan tidak sesuai dengan tahun yang diceritakan seperti Kacamata Soekarno, Headset Telegram dan Payung Hitam.Secara keseluruhan, 3 Nafas Suka merupakan sebuah film biografi penuh dengan semangat heroik di dalamnya.

Pemeran: Atiqah Hasiholan, Vino. G Bastian, Jajang C. Noer, Tissa Biani Azzahra, Tuti Kirana, Arswendi Nasution, Ernest Samudra, Marissa Anita, Mario Irwinsyah
Sutradara: Rako Prijanto
Studio: Gambar Oreima
Hilda (Marissa Anita) seorang reporter yang tertarik untuk membuat sebuah biografi tentang kehidupan sosok perempuan heroik bernama Likas Tarigan (Tuti Kirana). Ia pun juga pergi menemui beliau ke tempat kelahirannya di Tanah Karo Sumatera Utara. Suka pun berbagi kisah hidup dari masa kecil hingga dewasa kepada Hilda.
Likas Tarigan merupakan seorang tokoh perempuan Indonesia sekaligus istri dari Alm. Djamin Gintings, salah satu tokoh yang berpengaruh dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Likas kecil (Tissa Biani Azzahra) merupakan seorang gadis Karo yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang guru. Hal itu muncul ketika Suka melihat gurunya disekolah. Ia kemudian mengutarakan keinginannya kepada ayah Ngantari (Arswendi Nasution) dan kakaknnya Jore (Ernest Samudra). Mereka menyetujui Suka untuk tetap melanjutkan sekolah demi mengejar cita-citanya sebagai seorang guru dan pergi menimba ilmu ke Padang Panjang. Namun, sang ibu Tembun (Jajang C. Noer) menolak keras keinginan anaknya tersebut karena beranggapan jika merantau keluar tanah Karo itu adalah seorang anak miskin. Bagi ibunya cukup Jore saja yang pergi merantau sebagai polisi keamanan di lautan.
Namun niat yang ditanamkan Suka untuk menjadi seorang guru telah bulat, ia akhirnya memutuskan untuk tetap pergi ke Padang Panjang menimba ilmu pendidikan meskipun ibunya tidak mengizinkannya. Dengan keinginannya menjadi seorang guru dan ingin membuat Ibu dan keluarganya bangga, Suka tumbuh dewasa (Atiqah Hasiholan) dan berhasil menjadi seorang guru. Namun dengan kondisi politik, ekonomi serta di bawah penjajahan bangsa asing yang kacau, karir Suka sebagai seorang guru tidak begitu mulus. Ia diharuskan berpindah ke berbagai tempat di Pulau Sumatera untuk mengajar sekaligus mencari tempat yang aman.
Hingga suatu hari, Likas bertemu dengan seorang Tentara PETA bernama Djamin Gintings (Vino G. Bastian). Djamin kemudian jatuh cinta melihat sosok Suka yang begitu heroik dan kuat. Suka pun sama, ia mulai bisa merasakan cinta yang diberikan Djamin padanya pada saat mereka saling berinteraksi lewat surat menyurat.
Mereka pun memutuskan untuk menikah. Acara resepsi pernikahan yang selalu direncanakan oleh mereka berdua harus ditunda terus menerus gara-gara Djamin mendapat tugas untuk mengamankan Indonesia bersama pasukan tentara lainnya. Kehidupan rumah tangga mereka pun terus berlanjut hingga era Presiden Soeharto. Konflik konflik politik dan peristiwa bersejarah lainnya pun ikut mengikuti perjalanan cinta Djamin & Suka.
Setelah sukses dengan Sang Kiai (2013) dan mendapat predikat sebagai Film Indonesia Terbaik diajang Festival Film Indonesia Tahun 2013 lalu, kini Rako Prijanto kembali menghadirkan sebuah film mirip Sang Kiai yaitu tentang biografi yang ditambah dengan unsur heroik dan kemandirian.
Cerita heroik tentang sosok perempuan Karo berhasil disajikan dengan baik oleh Rako Prijanto. Tak hanya itu, beliau juga berhasil mengemas cerita heroik tersebut dengan baik dengan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia. Meskipun ada dibeberapa bagian yang terasa begitu panjang dan lama hingga selesai.
Acungkan jempol untuk Atiqah Hasiholan dalam film ini. Ia berhasil memerankan seorang perempuan Karo yang ekspresif dan total. Aksen bahasa Karo nya pun sungguh meyakinkan. Jajaran pemain lainnya pun tampil dengan performa maksimal. Vino G. Bastian pun berhasil dibuat "lebih hitam" oleh Rako Prijanto. Aksen bahasa Karo nya pun cukup baik meskipun nada suara nya dibeberapa bagian terdengar mirip sekali dengan Zainuddin (Herjunot Ali) dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Suka kecil yang diperankan Tissa Biani Azzahra juga tampil ekspresif sebagai pendatang baru di Industri perfilman Indonesia. Jajang C Noer juga tak ketinggalan menampilkan sosok seorang ibu yang ingin melanjutkan sekolahnya dengan baik.
Efek visual yang dihadirkan Rako Prijanto juga cukup mengalami peningkatan yang baik di 3 Nafas Suka kali ini dibandingkan dengan film sebelumnya. Adegan peperangan pun tampil terlihat nyata. Namun menakutkan ada beberapa properti yang cukup mengganggu dan tidak sesuai dengan tahun yang diceritakan seperti Kacamata Soekarno, Headset Telegram dan Payung Hitam.
Secara keseluruhan, 3 Nafas Suka merupakan sebuah film biografi penuh dengan semangat heroik di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar