Kamis, 29 Mei 2025

Di Ambang Kematian (2023)

                               Di Ambang Kematian (2023)

Pemeran: Teuku Rifnu Wikana, Taskya Namya, Wafda Saifan, Kinaryosih, Giulio Parengkuan, Farras Fatik, Raya Adena Syah, Elly D. Lutan

Sutradara: Azhar Kinoi Lubis

Studio: Gambar MVP

Tahun 2001, kondisi kesehatan Ibu Suyatno (Kinaryosih) semakin menurun. Sekujur tubuhnya dipenuhi benjolan serta sering mengalami demam tinggi. Yoga (Farras Fatik) dan Nadia (Raya Adena) selalu mengawasi sang ibu disaat sang ayah, Pak Suyatno (Teuku Rifnu Wikana) sedang sibuk bekerja. Suatu sakit, Ibu tiba-tiba muntah darah hingga tak sadarkan diri. Yoga sangat kesal dengan sikap ayahnya yang pergi begitu saja usai memberi ibu obat.

Menjelang malam pergantian tahun baru, Ibu terlihat sehat dan menyiapkan makan malam bersama di dapur. Yoga dan Nadia sangat senang akhirnya bisa menikmati lagi masakan sang ibu sambil merayakan tahun baru di rumah. Kehangatan keluarga Pak Suyatno seketika berubah menjadi petaka mengerikan setelah sang ibu tiba-tiba mencelakai dirinya sendiri di dapur. Mereka pun langsung pergi ke rumah sakit. Namun sayang, dalam perjalanan, sang ibu mengakhiri nafas terakhirnya.

Sepuluh tahun berlalu, Yoga (Wafda Saifan) dan Nadia (Taskya Namya) sudah beranjak dewasa. Pak Suyanto kini disibukkan dengan toko sembakonya yang semakin laris. Rumah yang tempat mereka pun kini sedang dalam kondisi baik. Pak Suyatno akhirnya merasa lega apa yang ia impikan selama ini untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga sudah bisa terpenuhi. Namun dibalik kehidupan yang serba berkecukupan itu, Yoga tidak bisa hidup dengan tenang. Hampir setiap hari ia selalu bermimpi buruk dan sering melihat hal-hal gaib yang hanya terlihat oleh dirinya sendiri. Pak Suyanto selalu berusaha untuk membawa Yoga ke dokter namun ditolak. Yoga sangat yakin jika apa yang terjadi pada dirinya itu disebabkan oleh aktivitas tak wajar sang ayah di belakang rumah. Yoga pun akhirnya menceritakan semuanya pada Nadia dan mengajaknya untuk melihat apa yang dilakukan ayah mereka saat malam hari di belakang rumah.

Melihat ayahnya yang melakukan ritual sesat Kandang Bubrah dengan kambing hitam, membuat Nadia sangat marah. Ia dan Yoga pun berusaha menghentikan ayah namun semua usaha mereka sia-sia. Yoga semakin sering mendapat gangguan misterius. Pak Suyatno pun mau tak mau tetap menjalankan ritual Kandang Bubrah demi melindungi keluarganya.

Waktu terus bergulir, dampak dari ritual Kandang Bubrah semakin menghantui keluarga Pak Suyatno hingga mengancam nyawa mereka masing-masing. Mampukah Pak Suyatno mengakhiri semua yang telah terjadi?
Dua tahun terakhir, industri perfilman Indonesia hampir didominasi oleh film bergenre horor. Bahkan untuk tahun ini saja, film Indonesia terlaris masih dipegang oleh horor. Rumah produksi MVP Pictures kembali menghadirkan film horor terbaru yang kali ini bukan dari Kuntilanak Universe. Film terbarunya ini diadaptasi dari Thread Viral milik akun @JeroPoint yang pertama kali diposting pada April 2022 lalu. Thread tersebut sudah dibaca jutaan kali dan kini sudah tersedia versi novelnya dengan alur cerita yang luas karena mengambil sudut pandang dari pemilik cerita dan juga sang penulis yaitu, Jeropoint itu sendiri.
Dua tahun terakhir, industri perfilman Indonesia hampir didominasi oleh film bergenre horor. Bahkan untuk tahun ini saja, film Indonesia terlaris masih dipegang oleh horor. Rumah produksi MVP Pictures kembali menghadirkan film horor terbaru yang kali ini bukan dari Kuntilanak Universe. Film terbarunya ini diadaptasi dari Thread Viral milik akun  yang pertama kali diposting pada April 2022 lalu. Thread tersebut sudah dibaca jutaan kali dan kini sudah tersedia versi novelnya dengan alur cerita yang luas karena mengambil sudut pandang dari pemilik cerita dan juga sang penulis yaitu, Jeropoint itu sendiri.



Namun yang menarik disini, tema pesugihan tersebut dipadukan dengan drama keluarga yang begitu kuat. Film langsung dibuka dengan kedekatan kakak beradik dari Yoga dan Nadia saat mereka khawatir akan kondisi kesehatan ibu yang terus memburuk. Saat rahasia dan ritual pesugihan yang selama ini dilakukan oleh karakter Pak Suyatno terkuak, plot tetap fokus terhadap inti keluarga saja dan tidak melebar kemana-mana. Alhasil, terciptalah rasa empati penonton terhadap keluarga Pak Suyatno meskipun mereka harus turun temurun mengalami kesialan akibat pesugihan Kandang Bubrah. Film ini juga terasa semakin realistis saat keluarga Suyatno berusaha melepaskan diri dari jeratan pesugihan dengan tidak melakukan tobat dan berakhir bahagia seperti film-film kebanyakan. Pemilihan akhir cerita seperti ini menurutku terasa lebih realistis karena orang-orang yang sudah terjerumus pada suatu dosa besar pasti semakin jauh dari agama. Momen saat keluarga Pak Suyatno yang tersisa kemudian memilih untuk pasrah, sukses membangkitkan rasa sedih para penonton. Visualisasi dari iblis kambing yang disembah oleh Pak Suyatno tampil sangat menyeramkan. Momen membayangkan keluarga Pak Suyatno bikin ngilu! Adegan makan malam terakhir dieksekusi dengan sangat luar biasa mengerikan sekaligus mengharukan! Gila.
Untuk jajaran pemain, penampilan Teuku Rifnu Wikana, Taskya Namya, Wafda Saifan, Kinaryosih, Farras Fatik dan Raya Adena berhasil menjadi sebuah keluarga yang meyakinkan. Bahkan visual dari Yoga Nadia versi kecil dan dewasa terlihat sangat mirip. Kehadiran Giulio Parengkuan juga porsinya tidak berlebihan dan tidak dipaksakan sebagai karakter heroik untuk menyelamatkan keluarga Nadia. Karakter Bastala bisa saja menjadi sudut pandang dari sosok JeroPoint atau bisa juga kedepannya dilanjutkan pada cerita-cerita lain yang ditulis oleh JeroPoint itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar