Balada Si Roy (2023)
Casts: Abidzar Al-Ghifari, Febby Rastanty, Bio One, Zulfa Maharani, Sitha Marino, Jourdy Pranata, Omara Esteghlal, Yusuf Mahardika, Fachri Muhammad, Lulu Tobing, Kiki Narendra, Dede Yusuf, Marthino Lio, Dian Sidik, Wafda Saifan, Tanta Ginting, Marcell Darwin, Ramon Y. TungkaDirector: Fajar NugrosStudio: IDN Pictures
Roy (Abidzar Al-Ghifari) siswa SMA kelas XI yang berasal dari Bandung terpaksa harus bisa cepat beradaptasi di lingkungan bersama dengan sang ibu, Astuti (Lulu Tobing) yang memutuskan untuk tinggal di Serang, Banten. Kehadiran Roy di sekolah barunya menjadi pusat perhatian seluruh siswa karena Roy selalu datang dengan naik sepeda dan ditemani Joe, anjing herder kesayangannya.
Selama bersekolah disana, Roy dibuat terkejut saat mengetahui hampir semua orang di sekolah takut terhadap satu siswa yaitu Dullah (Bio One) yang dikenal sebagai pemimpin geng Borsalino sekaligus anak dari penguasa di Serang. Namun hal tersebut tak membuat Roy takut. Ia malah meminta semua siswa yang pernah dibully oleh geng Borsalino harus bangkit dan berani melawan hal-hal yang salah. Mendengar semangat Roy itu membuat Andi (Jourdy Pranata), Toni (Omara Esteghlal) dan para siswa lainnya jadi tersadar dan tak ingin lagi ditindas lagi oleh geng Borsalino.Permasalahan muncul disaat salah satu siswi cantik dan populer di sekolah yaitu Ani (Febby Rastanty) terlihat tertarik pada Roy. Dullah yang selama ini menyimpan perasaan pada Ani semakin kesal dengan hadirnya Roy yang menarik perhatian Ani. Disisi lain, Roy juga ditaksir oleh Wiwik (Zulfa Maharani) dan siswi baru pindahan dari Jakarta yaitu Dewi (Sitha Marino).
Suatu hari, disaat Roy dan Ani sedang berjalan-jalan di pantai sambil membawa Joe, mereka dihadang oleh Dullah dan geng Borsalino. Mereka pun berkelahi satu sama lain dan Dullah pun menyerang Joe hingga anjing kesayangan Roy itu mati. Hal tersebut membuat Roy menangis histeris karena Joe merupakan pemberian dari almarhum ayahnya (Ramon Y. Tungka) dan kini ia harus kehilangan Joe untuk selama-lamanya. Kejadian tersebut membuat Ani merasa sangat bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kematian anjing kesayangannya Roy.
Semua hal dan pengalaman yang dilalui Roy selama tinggal di Serang, Banten itu kemudian ia curahkan dalam bentuk tulisan dan di kirim ke surat kabar. Tulisan tersebut menarik perhatian dari pihak kepala sekolah hingga ayahnya Dullah. Ibu Astuti pun berusaha mengingatkan anaknya untuk lebih berhati-hati dalam berpikir karena keduanya tinggal di tanah orang lain, bukan tempat kelahiran mereka di Bandung. Bisakah Roy mengikuti permintaan ibunya itu?
mengungkapkan alasan dirinya sangat tertarik untuk mengadaptasi novel karya Golagong itu ke film karena saat remaja, Nugros tumbuh bersama dengan kisah Roy di novel tersebut. Selain itu, Nugros juga sangat mengagumi dan mengidolakan sosok Golagong yang kala itu cukup berani membahas isu pencarian jati diri seorang remaja laki-laki ditengah isu sosial yang di lingkungannya. Hal menarik lainnya, sebelum Nugros memutuskan untuk memilih Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy, ia sudah memilih Bio One namun Golagong sambil bercanda merasa Bio One kurang cocok memerankan Roy karena mempunyai fisik yang terlalu tampan dan berkulit putih. Golagong dan Nugros kemudian mencari cast baru dan akhirnya jatuh ke tangan Abidzar Al-Ghifari yang dari segi tampilan sudah masuk kriteria sebagai Roy.
fokus pada drama romansa remaja abege yang sudah banyak kita temukan di film-film drama Indonesia. Siswa baru, bertemu siswi cantik dan populer kemudian saling tertarik namun ada siswa yang paling merasa cemburu melihatnya. Tak membutuhkan waktu lama, alur cerita jadi semakin meluas dan terasa rumit ketimbang enak untuk diikuti. Naskah yang ditulis oleh Salman Aristo ini menurutku terlalu banyak hal yang ingin diceritakan, sehingga keseluruhan cerita tidak menyatu dengan baik. Serangkaian konflik dan peristiwa yang dialami Roy tidak terselesaikan dengan jelas. Motif konfliknya pun cenderung lemah dan tidak berkesan sama sekali.
Pengembangan karakter Roy pun berasa nanggung dan gagal untuk mendapatkan perhatian penonton. Gesturenya yang sok tengil, pemikirannya yang sangat open minded itu tak sebanding dengan kenyataan yang dimana karakter Roy malah lemah dan beberapa kali kalah oleh keadaan. Sikap Roy, Dullah dan karakter lainnya malah seperti menormalisasi menyelesaikan masalah lewat jalur pemberontakan dan kekerasan. Selain itu, film ini juga terlalu melibatkan banyak sekali karakter. Bahkan hampir setengah dari keseluruhan jumlah karakter terasa tidak penting-penting amat.Terlepas dari kekurangan naskahnya yang sangat tidak enak untuk diikuti, penampilan Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy tidaklah buruk untuk ukuran debut di film layar lebar. Ia masih berpotensi untuk berkembang lebih besar lagi dan harus didukung oleh naskah dan karakter yang lebih matang. Penampilan Febby Rastanty, Zulfa Maharani dan Bio One juga tetap berada di level yang tidak mengecewakan, meskipun pengembangan karakter yang peran mereka sangat minim.
Untuk segi visual, Fajar Nugros cukup berhasil menyajikan set lokasi, properti, artistik, dan tampilan karakter dengan nuansa tahun 80an. Aku suka sekali dengan lemari pakaian dan tata rias para pemainnya yang dibuat jadul begitu. Gaya rambut Febby Rastanty dan Sitha Marino paling mencuri perhatian. Selain itu, desain poster teaser dan officialnya juga cakep banget!
Roy (Abidzar Al-Ghifari) siswa SMA kelas XI yang berasal dari Bandung terpaksa harus bisa cepat beradaptasi di lingkungan bersama dengan sang ibu, Astuti (Lulu Tobing) yang memutuskan untuk tinggal di Serang, Banten. Kehadiran Roy di sekolah barunya menjadi pusat perhatian seluruh siswa karena Roy selalu datang dengan naik sepeda dan ditemani Joe, anjing herder kesayangannya.
Selama bersekolah disana, Roy dibuat terkejut saat mengetahui hampir semua orang di sekolah takut terhadap satu siswa yaitu Dullah (Bio One) yang dikenal sebagai pemimpin geng Borsalino sekaligus anak dari penguasa di Serang. Namun hal tersebut tak membuat Roy takut. Ia malah meminta semua siswa yang pernah dibully oleh geng Borsalino harus bangkit dan berani melawan hal-hal yang salah. Mendengar semangat Roy itu membuat Andi (Jourdy Pranata), Toni (Omara Esteghlal) dan para siswa lainnya jadi tersadar dan tak ingin lagi ditindas lagi oleh geng Borsalino.
Permasalahan muncul disaat salah satu siswi cantik dan populer di sekolah yaitu Ani (Febby Rastanty) terlihat tertarik pada Roy. Dullah yang selama ini menyimpan perasaan pada Ani semakin kesal dengan hadirnya Roy yang menarik perhatian Ani. Disisi lain, Roy juga ditaksir oleh Wiwik (Zulfa Maharani) dan siswi baru pindahan dari Jakarta yaitu Dewi (Sitha Marino).
Suatu hari, disaat Roy dan Ani sedang berjalan-jalan di pantai sambil membawa Joe, mereka dihadang oleh Dullah dan geng Borsalino. Mereka pun berkelahi satu sama lain dan Dullah pun menyerang Joe hingga anjing kesayangan Roy itu mati. Hal tersebut membuat Roy menangis histeris karena Joe merupakan pemberian dari almarhum ayahnya (Ramon Y. Tungka) dan kini ia harus kehilangan Joe untuk selama-lamanya. Kejadian tersebut membuat Ani merasa sangat bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kematian anjing kesayangannya Roy.
Semua hal dan pengalaman yang dilalui Roy selama tinggal di Serang, Banten itu kemudian ia curahkan dalam bentuk tulisan dan di kirim ke surat kabar. Tulisan tersebut menarik perhatian dari pihak kepala sekolah hingga ayahnya Dullah. Ibu Astuti pun berusaha mengingatkan anaknya untuk lebih berhati-hati dalam berpikir karena keduanya tinggal di tanah orang lain, bukan tempat kelahiran mereka di Bandung. Bisakah Roy mengikuti permintaan ibunya itu?
mengungkapkan alasan dirinya sangat tertarik untuk mengadaptasi novel karya Golagong itu ke film karena saat remaja, Nugros tumbuh bersama dengan kisah Roy di novel tersebut. Selain itu, Nugros juga sangat mengagumi dan mengidolakan sosok Golagong yang kala itu cukup berani membahas isu pencarian jati diri seorang remaja laki-laki ditengah isu sosial yang di lingkungannya. Hal menarik lainnya, sebelum Nugros memutuskan untuk memilih Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy, ia sudah memilih Bio One namun Golagong sambil bercanda merasa Bio One kurang cocok memerankan Roy karena mempunyai fisik yang terlalu tampan dan berkulit putih. Golagong dan Nugros kemudian mencari cast baru dan akhirnya jatuh ke tangan Abidzar Al-Ghifari yang dari segi tampilan sudah masuk kriteria sebagai Roy.
fokus pada drama romansa remaja abege yang sudah banyak kita temukan di film-film drama Indonesia. Siswa baru, bertemu siswi cantik dan populer kemudian saling tertarik namun ada siswa yang paling merasa cemburu melihatnya. Tak membutuhkan waktu lama, alur cerita jadi semakin meluas dan terasa rumit ketimbang enak untuk diikuti. Naskah yang ditulis oleh Salman Aristo ini menurutku terlalu banyak hal yang ingin diceritakan, sehingga keseluruhan cerita tidak menyatu dengan baik. Serangkaian konflik dan peristiwa yang dialami Roy tidak terselesaikan dengan jelas. Motif konfliknya pun cenderung lemah dan tidak berkesan sama sekali.
Suatu hari, disaat Roy dan Ani sedang berjalan-jalan di pantai sambil membawa Joe, mereka dihadang oleh Dullah dan geng Borsalino. Mereka pun berkelahi satu sama lain dan Dullah pun menyerang Joe hingga anjing kesayangan Roy itu mati. Hal tersebut membuat Roy menangis histeris karena Joe merupakan pemberian dari almarhum ayahnya (Ramon Y. Tungka) dan kini ia harus kehilangan Joe untuk selama-lamanya. Kejadian tersebut membuat Ani merasa sangat bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kematian anjing kesayangannya Roy.
Semua hal dan pengalaman yang dilalui Roy selama tinggal di Serang, Banten itu kemudian ia curahkan dalam bentuk tulisan dan di kirim ke surat kabar. Tulisan tersebut menarik perhatian dari pihak kepala sekolah hingga ayahnya Dullah. Ibu Astuti pun berusaha mengingatkan anaknya untuk lebih berhati-hati dalam berpikir karena keduanya tinggal di tanah orang lain, bukan tempat kelahiran mereka di Bandung. Bisakah Roy mengikuti permintaan ibunya itu?
mengungkapkan alasan dirinya sangat tertarik untuk mengadaptasi novel karya Golagong itu ke film karena saat remaja, Nugros tumbuh bersama dengan kisah Roy di novel tersebut. Selain itu, Nugros juga sangat mengagumi dan mengidolakan sosok Golagong yang kala itu cukup berani membahas isu pencarian jati diri seorang remaja laki-laki ditengah isu sosial yang di lingkungannya. Hal menarik lainnya, sebelum Nugros memutuskan untuk memilih Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy, ia sudah memilih Bio One namun Golagong sambil bercanda merasa Bio One kurang cocok memerankan Roy karena mempunyai fisik yang terlalu tampan dan berkulit putih. Golagong dan Nugros kemudian mencari cast baru dan akhirnya jatuh ke tangan Abidzar Al-Ghifari yang dari segi tampilan sudah masuk kriteria sebagai Roy.
fokus pada drama romansa remaja abege yang sudah banyak kita temukan di film-film drama Indonesia. Siswa baru, bertemu siswi cantik dan populer kemudian saling tertarik namun ada siswa yang paling merasa cemburu melihatnya. Tak membutuhkan waktu lama, alur cerita jadi semakin meluas dan terasa rumit ketimbang enak untuk diikuti. Naskah yang ditulis oleh Salman Aristo ini menurutku terlalu banyak hal yang ingin diceritakan, sehingga keseluruhan cerita tidak menyatu dengan baik. Serangkaian konflik dan peristiwa yang dialami Roy tidak terselesaikan dengan jelas. Motif konfliknya pun cenderung lemah dan tidak berkesan sama sekali.
Pengembangan karakter Roy pun berasa nanggung dan gagal untuk mendapatkan perhatian penonton. Gesturenya yang sok tengil, pemikirannya yang sangat open minded itu tak sebanding dengan kenyataan yang dimana karakter Roy malah lemah dan beberapa kali kalah oleh keadaan. Sikap Roy, Dullah dan karakter lainnya malah seperti menormalisasi menyelesaikan masalah lewat jalur pemberontakan dan kekerasan. Selain itu, film ini juga terlalu melibatkan banyak sekali karakter. Bahkan hampir setengah dari keseluruhan jumlah karakter terasa tidak penting-penting amat.
Terlepas dari kekurangan naskahnya yang sangat tidak enak untuk diikuti, penampilan Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy tidaklah buruk untuk ukuran debut di film layar lebar. Ia masih berpotensi untuk berkembang lebih besar lagi dan harus didukung oleh naskah dan karakter yang lebih matang. Penampilan Febby Rastanty, Zulfa Maharani dan Bio One juga tetap berada di level yang tidak mengecewakan, meskipun pengembangan karakter yang peran mereka sangat minim.
Untuk segi visual, Fajar Nugros cukup berhasil menyajikan set lokasi, properti, artistik, dan tampilan karakter dengan nuansa tahun 80an. Aku suka sekali dengan lemari pakaian dan tata rias para pemainnya yang dibuat jadul begitu. Gaya rambut Febby Rastanty dan Sitha Marino paling mencuri perhatian. Selain itu, desain poster teaser dan officialnya juga cakep banget!
Untuk segi visual, Fajar Nugros cukup berhasil menyajikan set lokasi, properti, artistik, dan tampilan karakter dengan nuansa tahun 80an. Aku suka sekali dengan lemari pakaian dan tata rias para pemainnya yang dibuat jadul begitu. Gaya rambut Febby Rastanty dan Sitha Marino paling mencuri perhatian. Selain itu, desain poster teaser dan officialnya juga cakep banget!
0 komentar:
Posting Komentar