Juni 29, 2025
Merindu Cahaya De Amstel (2022)
Pemeran: Amanda Rawles, Bryan Domani, Rachel Amanda, Ridwan Remin, Oki Setiana Dewi, Maudy Koesnaedi, Rita Nurmaliza, Floris Bosma, Yasmin Karssing
Sutradara: Hadrah Daeng Ratu
Studio: Produksi Tanpa Batas, Maxima Pictures
Nico (Bryan Domani) dan Joko (Ridwan Remin) sedang menghadapi tenggat waktu pekerjaan jurnalis mereka. Keduanya diharuskan mencari ide artikel dan foto anti mainstream untuk dimuat dalam surat kabar. Sambil berjalan-jalan di De Amstel, Nico memotret suasana kota dan orang-orang yang sedang berjalan di sana. Satu jepretan foto seorang wanita muslim berhijab mengalihkan pandangan Nico. Gadis tersebut mengenakan warna yang serasi dan tampak bersinar dibandingkan orang-orang disekitarnya. Bos dari Nico pun sangat senang melihat foto tersebut dan meminta Nico untuk segera membuat artikel berdasarkan foto itu.
Keesokan harinya, Nico berusaha mencari keberadaan gadis muslim itu dan akhirnya ia bertemu dan berkenalan dengan Khadija (Amanda Rawles). Nico pun meminta izin pada Khadijah untuk memublikasikan fotonya di surat kabar. Namun sayang, Khadijah menolak permintaan Nico dan pergi meninggalkannya.
Khadija sendiri merupakan seorang mahasiswi yang mengambil kuliah Jurusan Sastra Bahasa Indonesia. Ia memutuskan untuk menjadi mualaf dan mengenakan hijab setelah hidupnya kacau gara-gara sang mantan kekasih, Niels (Floris Bosma) yang tega menyebarkan video kemesraan mereka saat pacaran. Saat ini Khadija tinggal bersama dengan Fatimah (Oki Setiana Dewi), wanita muslimah asal Indonesia yang membantu Khadijah saat berusaha bunuh diri. Menjadi wanita muslimah membuat Khadijah jauh lebih tenang dan damai. Ia memulai kembali hidupnya dari nol dan bekerja di toko buku. Suatu hari, Khadija membantu mahasiswi asal Indonesia bernama Mala (Rachel Amanda) yang hampir saja kena copet. Gara-gara kejadian itu, Khadija dan Mala menjadi teman. Mala merasa sangat senang bisa bertemu dengan Khadijah karena ilmu agamanya jauh lebih bagus daripada dirinya.
Sementara itu, Nico dan Joko terus berusaha meminta izin dari Khadijah. Joko yang merupakan teman dari Mala siap membantu apa saja yang membutuhkan Khadija dan Mala. Sebagai hubungan timbal balik, Khadija bersedia menjadi narasumber Nico dan mereka pun harus membantu Khadija untuk mempelajarinya tentang tulisan seni budaya Indonesia.
Kebersamaan yang terjalin antara Nico, Khadijah dan Mala membuat mereka terjebak cinta segitiga. Khadijah bisa merasakan jika Mala mencintai Nico. Namun ia memilih untuk mengalah demi sahabatnya itu. Tapi Nico lebih memilih Khadijah. Ia bahkan siap untuk mualaf agar bisa menjalin hubungan dengan Khadijah.
Menyajikan kisah perjalanan hijrah bule mualaf dan terjebak cinta segitiga dengan dua warga Indonesia. Pada paruh awal film, jalan cerita yang dihadirkan terbilang cukup mulus dan menarik perhatian. Aku lumayan suka dengan cara pertemuan antara Khadijah dengan Nico meskipun seiring berjalannya waktu, cerita film ini terlalu banyak kebetulan dengan mengatasnamakan takdir dari Allah SWT. Apakah Belanda itu memang sangat sempit sehingga dua bule yang menguasai Bahasa Indonesia bisa bertemu dengan warga Indonesia asli. Sebuah permasalahan klasik yang mudah ditemukan dalam film-film Indonesia yang menggunakan latar luar negeri sebagai lokasi pengambilan gambar.
mulai dihadirkan pada paruh selanjutnya. Pengembangan karakter dari sosok Khadijah sebetulnya menarik tapi sayang, alasan dia memutuskan mualaf tidaklah detail. Andai saja film ini lebih fokus untuk mendalami kisah kehidupan Khadijah sebelum dan sesudah hijrah mungkin bisa jauh lebih menarik lagi. Momen Khadija pertama kali dikenakan hijab oleh Oki Setiana Dewi pun jadi kurang bertenaga padahal scoring musik dan performa Amanda Rawles sudah sangat meyakinkan. Plot hole selanjutnya datang dari karakter Mala yang diperankan Rachel Amanda. Backstory sosok Mala hanya sebatas tidak pernah sholat. Tapi karakter Nico dengan mudahnya menilai Mala sebagai sosok perempuan yang sama saja seperti perempuan Belanda lainnya yang hidup "bebas". Terasa kontradiktif sekali, karena sepanjang durasi film, karakter Mala tidak pernah terlihat sebagai perempuan nakal. Ia malah seperti mahasiswi Indonesia pada umumnya. Cukup memalukan sih, Benni Setiawan selaku penulis naskah film ini membuat elemen drama religinya terlalu dangkal hanya seputar mengenakan hijab, analogi permen untuk aurat dan menjadi mualaf demi orang yang disayang.
0 komentar:
Posting Komentar