Sabtu, 21 Juni 2025

Susi Susanti: Love All (2019)

 Susi Susanti: Love All (2019)

Pemeran: Laura Basuki, Dion Wiyoko, Moira Tabina Zayn, Iszur Muchtar, Dayu Wijanto, Lukman Sardi, Farhan, Jenny Zhang, Kelly Tandiono, Rafael Tan, Chew Kin Wah, Delon Thamrin, Nathaniel Sulistyo

Sutradara: Sim F

Studio: Time International Films, Sial! Saya Suka Gambar Indonesia, Film Oreima, Gambar Buddy

Susi Susanti (Moira Tabina Zayn) terlahir dari keluarga yang sangat menggemari olahraga. Sang ayah (Iszur Muchtar) merupakan mantan atlet bulutangkis, sementara sang ibu (Dayu Wijanto) merupakan seorang penjual bakpao. Susi tumbuh menjadi remaja yang menuntut sang ibu untuk menjadi seorang balerina. Tapi persahabatan dan passion Susi justru ada di olahraga bulu tangkis, tetap seperti ayahnya.

Suatu hari, disaat kompetisi bulutangkis di dekat rumahnya di Tasikmalaya, Susi berhasil mengalahkan juara pertama dengan cepat. Bakat yang ada pada diri Susi terlihat oleh salah satu panitia kompetisi bulu tangkis yang diprakasai oleh Rudy Hartono, atlet bulu tangkis tingkat nasional.

Tak lama setelah itu, Susi diajak untuk mengikuti pelatihan bulu tangkis secara serius di Jakarta. Kesempatan emas itu tak disia-siakan. Dengan penuh semangat dan keyakinan, Susi pun berangkat ke Jakarta untuk meningkatkan potensi dan kemampuannya dalam olahraga bulutangkis.

Sementara itu, dari pihak pemerintah, Pak Siregar (Lukman Sardi) yang merupakan sekjen pengurus PBSI dituntut oleh Wakil Presiden RI, Try Sutrisno (Farhan) agar atlet bulu tangkis Indonesia bisa menjadi juara di Piala Sudirman yang akan digelar untuk pertama kalinya di Indonesia. Tapi keinginan sang wapres itu cukup sulit terealisasi karena banyak pelatih atlet-atlet bulutangkis yang sudah senior terpaksa kembali ke negaranya yaitu Tiongkok karena mereka tidak mempunyai status warga negara yang jelas. Try Sutrisno dan Siregar licik bisa membujuk Liang Chiu Sia (Jenny Zhang) dan Tong Sin Fu (Chew Kin Wah) untuk kembali ke Indonesia dan melatih bibit-bibit baru atlet bulutangkis. Mereka berdua dijanjikan oleh pemerintah bisa menjadi warga negara Indonesia seutuhnya jika berhasil membawa Indonesia juara di kompetisi bulutangkis tingkat dunia.
Disinilah bakat Susi Susanti (Laura Basuki) mulai diasah oleh kedua pelatih. Berkat ambisinya yang begitu besar ingin menjadi atlet bulu tangkis pertama dari Indonesia yang menjadi juara membuat Susi terus menuai prestasi kagum. Bukan hanya itu saja, kehidupan asmaranya pun semakin tumbuh setelah dirinya bertemu dengan Alan Budikusuma (Dion Wiyoko). Namun seiring berjalannya waktu, kisah asmara antara Susi dan Alan perlahan berdampak pada performa keduanya saat bertanding. Bahkan keduanya terpaksa ditunda oleh jadwal pertandingan yang berbeda agar performa Susi dan juga Alan kembali seperti semula.
Tak lama setelah itu, ketika Susi beserta Sarwendah (Kelly Tandiono) dan rekan sesama atlet lainnya akan bertanding di Piala Barcelona, ​​kondisi di Indonesia dilanda gelombang besar yang berdampak pada lamanya Presiden Soeharto dari kursi Presiden Republik Indonesia. Disatu sisi para atlet yang sedang diluar negeri mendapat cacian dan hujatan karena telah melakukan pemancaran besar di Indonesia, tapi di satu sisi lainnya para keluarga dari para atlet yang berdarah Tiongkok pun menjadi korban yang mengeluarkan di Indonesia.
Akankah hal ini menjadi penghalang bagi Susi Susanti, Alan Budikusuma dan yang lainnya untuk tetap memberikan yang terbaik bagi Indonesia?
menurutku mempunyai paket yang lengkap sebagai sebuah film biopik. Penonton diajak untuk melihat sosok Susi Susanti mulai dari anak-anak hingga dewasa. Plot kehangatan keluarga yang selalu mensupport apapun keinginan anak terasa begitu hangat. Iszur Muchtar sukses memerankan karakter ayahnya Laura Basuki yang tenang dan penuh wibawa. Ibu Dayu Wijanto yang kali ini dituntut harus menguasai bahasa sunda pun tampil sedikit menghibur meskipun saya melihatnya terlalu berusaha terlalu keras untuk berbicara bahasa sunda. Aksen Sundanya gak Tasikmalaya banget. Hehehe. Plot terasa mulai memanas dan semakin seru disaat Susi Susanti mulai tiba di Jakarta. Latihan demi latihan hingga berbagai macam pertandingan yang dipertontonkan tampil cukup mengesankan. Pertandingan Piala Sudirman yang direka ulang oleh Sim F dan para penulis naskah film disajikan dengan luar biasa, sangat detail dan menegangkan. Berasa nonton pertandingan bulu tangkis sesungguhnya. Euforia yang muncul pun sukses membuat bulukuduk merinding!
Usai sukses di Piala Sudirman, sang sutradara menyisipkan subplot tentang kejelasan status warga negara Indonesia bagi para atlet khususnya yang berdarah Tiongkok. Bagian ini sebetulnya cukup bagus menyentil kondisi tahun 90an yang memang sangat diskriminatif terhadap hal-hal seperti ini. Namun menurutku penempatan subplot ini terasa saling tumpang tindih dengan plot-plot lainnya. Alhasil, perpindahan satu cerita ke cerita lainnya pada paruh tengah hingga akhir film menjadi kurang lancar. Yang seharusnya bisa menguras emosi dan air mata penonton lebih mendalam selalu berakhir nanggung. Keputusan film ini yang melakukan reka ulang adegan aksi Susi Susanti yang berkompetisi di tiga tingkat kejuaraan dunia tidaklah mengecewakan. Momen Piala Sudirman menjadi yang paling bagus. Namun menurutku jika salah satu cuplikan asli pertandingan Susi Susanti ditampilkan aku yakin bulukuduk akan merinding lebih lama dan tetesan air mata akan lebih banyak.

0 komentar:

Posting Komentar