Juli 06, 2025
99 Nama Cinta (2019)
Pemeran: Acha Septriasa, Deva Mahenra, Adinda Thomas, Chiki Fawzi, Susan Sameeh, Donny Damara, Ira Wibowo, Dzawin, Robby Purba, Minati Atmanegara, Adi Nugroho, Ayana Moon, Asri Welas
Sutradara: Danial Rifki
Studio: MNC Pictures
Talia (Acha Septriasa) adalah seorang presenter acara gosip berjudul "Bibir Talia" yang mempunyai rating dan share No.1 di Televisi. Acaranya tersebut dikenal karena membeberkan berita-berita seputar dunia hiburan tanpa memperdulikan rasa simpati dan empati narasumbernya. Puncaknya disaat acara "Bibir Talia" mengundang bintang tamu istri kedua dari artis Pak Bambang dan Bu Vini (Asri Welas). Berkat bantuan dari staf kreatifnya yaitu Mlenuk (Adinda Thomas) dan Sandra (Susan Sameeh), program "Bibir Talia" berhasil melakukan sesi wawancara dengan Bu Vini yang selama ini sangat anti terhadap program gosip.
Di tengah kesuksesan acaranya itu, Talia kedatangan tamu di kantornya yaitu Ustadz Kiblat (Deva Mahenra) yang diutus oleh sang ibu (Ira Wibowo) untuk mengajarkan anaknya mengaji sesuai wasiat yang diinginkan oleh almarhum ayahnya. Kiblat sendiri merupakan teman semasa kecil Talia disaat mereka masih tinggal di Kediri, Jawa Timur. Kedatangan Kiblat ke kantor membuat Talia kesal, karena telah mempermalukannya di hadapan teman-temannya. Talia juga menolak diajari oleh Kiblat dan menyuruh ibunya untuk memulangkan Kiblat ke Kediri.
Sang ibu merasa kecewa pada Talia karena ia tidak ingin melaksanakan wasiat ayahnya. Kedua orang tua Talia sengaja mengutus Kiblat karena keduanya merupakan teman semasa kecil agar Talia tidak canggung dan malu jika belajar agama orang yang sudah dikenalnya. Atas dasar menjalankan wasiat almarhum ayahnya, Talia pun memutuskan untuk bersedia belajar agama di Kiblat.
Talia lalu berangkat ke Kediri untuk bertemu dan meminta maaf pada Kiblat karena telah memperlakukan teman semasa kecilnya itu kurang sopan. Disana juga ia bertemu dengan seorang wanita bernama Husna (Chiki Fawzi), mahasiswi yang baru saja lulus dari universitas di Korea. Setibanya di sana, sinyal ponsel Talia hilang, alhasil ia kesulitan untuk berkomunikasi. Talia dicari oleh orang-orang dikantornya karena pihak dari Pak Bambang dan para pengacara melayangkan tuntutan terhadap program "Bibir Talia". Program gosip itu dianggap sudah mencemarkan nama baik keluarga Pak Bambang dan mereka akan menempuh jalur hukum. Setelah urusan Talia di Kediri selesai, ia mengangkut langsung datang ke kantor untuk menemui teamnya. Talia yakin gugatan dari pihak Pak Bambang itu hanya sekedar somasi dan tidak akan masuk ke pengadilan.
Tapi keyakinan Talia itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan kantornya. Head Programming (Robby Purba) dan jajaran direktur di kantornya merasa was-was dan kecewa terhadap Talia yang menganggap tuntutan sepele dari Pak Bambang. Alhasil jajaran direksi memutuskan untuk menghentikan program "Bibir Talia" dan digantikan oleh program baru. Talia pun dipindahtugaskan untuk memproduseri program "Kuliah Subuh" yang terkenal sebagai program buangan dan mempunyai rating buruk di Televisi. Bungkusnya acara yang dikomandoinya itu membuat Talia kesal. Ia menganggap semua ini terjadi gara-gara ia pergi ke Kediri dan bertemu dengan Kiblat.
Tapi, berhentinya Talia menjadi presenter dan produser program gosip membuat ibunya senang karena anaknya kini tidak lagi ghibah di televisi. Talia pun kini harus mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa menggarap program "Kuliah Subuh" agar ia bisa bertahan di kantornya.
Akankah Talia berhasil menggarap program yang sangat bertolak belakang dengan dirinya itu?
Untuk segi cerita, paruh pertama film ini hampir mirip dengan film atau FTV tentang sepasang pria dan wanita yang dunianya bertolak belakang lalu dipertemukan oleh sebuah alasan. Yang satu, hidup di dunia hiburan, sementara yang satunya lagi hidup di dunia keislaman. Untungnya tulisan naskah Garin Nugroho yang digarap oleh Danial Rifki ini tidak terjebak sebagai film drama religi yang menceramahi penontonnya dengan segala keislamannya. Disini Garin Nugroho membuktikan bahwa ia juga bisa dan mampu juga menghadirkan skenario yang sangat ringan dan nge-pop tapi tetap mempunyai makna yang sangat mendalam. Duet Garin dan Rifki ini dalam menggarap 99 NAMA CINTA (2019) tampil begitu mengalir, indah, manis dan tidak berlebihan. Tidak ada keislaman serta drama romantisnya yang dieksekusi dengan baik. Makna seputar Asmaul Husna yang diterapkan Garin dan Rifki ini dibahas dengan santai lewat karakter Kiblat dan juga Talia. Makna toleransi sederhana pun dijelaskan dengan sangat baik disini. Garin sangat peka terhadap isu toleransi ini lewat karakter Kiblat dalam memposisikan dirinya yang paham agama, tidak berlebihan disaat berhadapan dengan Talia dan juga murid-murid di pesantrennya. Aku sangat suka disepanjang film ini menggambarkan Kiblat tak pernah menyudutkan, membenarkan atau melarang lawan mainnya dengan dalil-dalil keislaman. Sikapnya yang netral itulah yang menjadikan makna toleransi dalam film ini terasa indah. Bahkan film inipun tidak menuntut karakter utamanya untuk berubah menjadi lebih Islami disaat film usai.
0 komentar:
Posting Komentar