Selasa, 26 Agustus 2025

THE STRANGERS: PREY AT NIGHT (2018)

 THE STRANGERS: PREY AT NIGHT (2018)

Gonjiam: Haunted Asylum adalah found cuplikan horor yang mampu tampil mencekam alih-alih mengejutkan. Mengambil sebuah premis mengenai sebuah gedung angker yang masuk dalam "7 tempat terangker di dunia" versi CNN ini menempatkan sebuah teror yang efektif menyulut kengerian. Ya, bangunan bekas rumah sakit jiwa yang terletak di Kota Gwangju, Korea Selatan ini memfasilitasi filmnya guna dijadikan sebagai found footage horror daripada pemilihan parade jumpscare yang berisik.

Sekelompok anak muda yang ingin meraih peringkat di media sosial-setidaknya tujuan mereka adalah mendapat banyak pemirsa TouTube guna meraup pundi-pundi finansial, pun merengkuh popularitas. Ya, hal demikian dirasa sah-sah saja, namun yang paling menohok pula yang saya benci adalah tindakan mereka yang berani memasuki sebuah bangunan angker tersebut. Ya, menilik hal serupa di dunia nyata pun kelompok demikian sangat mudah kita temui. Sehingga tatkala teror merengsek masuk menampakan diri di depan mereka hukuman setimpal pun di dapat.

Alih-alih terasa menjemukan, naskah garapan Jung Bum-shik (juga sebagai sutradara) terasa mengasyikan berkat kejeliannya merangkai dialog pula penokohan yang terasa realistis, hal demikian dapat kita temukan sebelum mereka melangkahkan kaki ke gedung angker tersebut. Kita mendapati karakternya begitu menarik, meski tanpa penokohan mendalam sekaligus (dan memang tak menuntut demikian), khususnya para wanita: A-yeon (Oh A-yeon) yang polos, Charlotte (Moon Ye-won) yang ceria nan glamor, Ji-hyun (Park Ji-hyun) yang antusias.

Chemistry antar karakter memang terasa asik, pula menarik. Seperti tergambar kala kita berkumpul bersama sahabat, lontaran dialog receh pun terdengar begitu pas. Setidaknya hal tersebut adalah usaha pengaturan pernafasan sebelum kita diajak pada serangkaian teror. Hingga, kala teror mulai perlahan muncul, kita pun bak tengah melihat siaran langsung dari saluran YouTube Horror Times milik Ha-joon (Wi Ha-joon). Selain menekankan suatu kenyataan, hal demikian pun digunakan sebagai ajang untuk mengulur waktu. Dengan demikian, durasi dapat tampil maksimal tanpa harus menutupi kekosongan alur yang dimilikinya.

Pencapaian terbaik yang dilakukan oleh Bum-shik adalah ketika ia menyorot sudut demi sudut ruangan bangunan tersebut, menampilkan keadaannya yang kotor, aneh, pula menyeramkan. Hal demikian bukan hanya mewadahi filmnya namun juga memperkuat kesan horor yang bisa saja terjadi. Pemilihan untuk mengurangi jumpfear pun patut dipuji, terutama ia lebih mengandalkan tampilan gambar menyeramkan daripada dentuman musik keras yang menjadi andalan mayoritas film horor belakangan.

Semuanya membuncah kala Bum-shik menampilkan 30 menit terakhir, dengan begitu intensitas yang dinaikkan. Saat kamera CCTV perlahan menampilkan sosok yang menyeramkan, kita pun menyaksikan kemampun Charlotte dan Ji-hyun sebagai penerima teror. Seperti yang terdengar mengenai desas-desus latar belakang Rumah Sakit Gonjiam mengenai sebuah persahabatan masal, atau praktik percobaan pemerintah hingga beragam konspirasi di dalamnya yang dapat membuat kita mengerenyitkan dahi, pun pemandangan serupa 30 menit yang dibangun Bum-shik pun demikian.


0 komentar:

Posting Komentar