Agustus 26, 2025
BATMAN NINJA (2018)
Diluar geliat film live-action DC Comics yang kalah telak oleh Marvel Cinematic Universe (MCU) disamping itu pula animasi DC mempunyai kualitas yang tak kalah bahkan mengungguli film versi live-action-nya, meski tak semuanya mempunyai predikat bagus dan tergantung bagaimana para sutradara menggarapnya. Batman Ninja adalah hasil kolaborasi DC dengan para sineas Jepang seperti sutradara Junpei Mizusaki (Jojo’s Bizarre Adventure), penulis Kazuki Nakashima (Gurren Lagann, Kill La Kill), desainer karakter Takashi Okazaki (Afro Samurai, Garo: Vanishing Line), dan komponis musik Yugo Kanno (Psycho-Pass, Ajin: Demi Human). Nama diatas jelas tak asing bagi para otaku.
Saya sendiri menonton film ini versi english version. Dimana dikaisahkan Batman (Roger Craig Smith) harus terlempar ke Jepang era Sengoku berkat sebuah "Quake Engine" kala berusaha menghentikan pertarungan bersama Gorilla Grodd (Fred Tatasciore). Akibatnya, semua yang ada di Gotham City juga serta masuk ke masa feodal Jepang yang kemudian mempertemukan kembali Batman a.ka Bruce Wayne dengan musuhnya, Joker (Tony Hale) pun demikian dengan Harley Quinn (Tara Strong).Sejatinya naskah garapan Leo Chu beserta Bill Finger sangat tipis, hanya bermodalkan tempat Jepang dan hasilnya sama seperti apa yang harus Batman tuntaskan di Gotham City, kembali melawan Joker yang tentunya tampil dengan versi Jepang. desain karakternya sendiri menyebutkan bahwa film ini kental akan nuansa anime dan diperuntukkan untuk para otaku sebagai sebuah surat cinta dari DC Comics. Bukan hanya harus melawan Joker dan Harley Quinn saja Batman pun juga harus berhadapan dengan Deathstroke (juga disuarakan oleh Fred Tatasciore), Poison Ivy (juga disuarakan oleh Tara Strong), Two-Face (Eric Bauza) dan Penguin (Tom Kenny) yang juga mengakibatkan para karakternya berebut layar saling mencuri perhatian.
Naskahnya jelas penuh akan ambisi sementara kendali di bawah Junpei Mizusaki yang acap kali persahabatan menyeimbangkan kehadiran karakter yang terlampau banyak itu. Saya belum menyebut kehadirannya Bane (Kenta Miyake), Catwoman (Grey Griffin), Robin (Yuri Lowenthai), Nightwing (Adam Croasdell), Red Hood (juga disuarakan oleh Yuri Lowenthai) dan Red Robin (Will Friedle) yang masing-masing saling menumpas kejahatan satu sama lain. Begitu penuh sesak dibalik sebuah ambisi yang terlampau tinggi. Untungnya Junmpei mampu membuat sekuen pertarungan ala anime itu terasa oke, meski tak semuanya.
Tata artistiknya begitu menawan terlebih kala menampilkan adegan surealis Joker yang begitu memanjakan mata, selebihnya tak ada yang menyukai lebih dalam terhadap karakternya kecuali hanya dijelaskan sekilas bak sebuah kemalasan tersendiri. Namun ini adalah sebuah film superhero yang mana sekuen aksinya harus dipacu lebih kencang dan lama sekalipun. Pace-nya memang berjalan cepat dengan durasi 85 menit yang kemudian berdampak pada sebuah konklusi.
Ya, konklusinya terkesan diluar logika dimana kehadiran monyet bisa membentuk sebuah robot ataupun kelelawar yang datang beribu-ribu demi melawan robot Joker. Tak hanya rasa anime saja pun ini turut menampilkan rasa Power Rangers khas Jepang. Sejenak memang semuanya tampil pembohong, mendobrak sebuah logika demi terciptanya sebuah hiburan yang hanya sekedar tampil lalu dan kemudian dilupak begitu cepat. Seperti itulah Batman Ninja, sebuah proyek yang teramat ambisius yang membuatnya tersungkur secara serius.
0 komentar:
Posting Komentar