Selasa, 19 Agustus 2025

BODIES BODIES BODIES (2022)

 BODIES BODIES BODIES (2022)

Merupakan film debut panjang pertama wanita asal Belanda, Halina Reijn, Bodies Bodies Bodies yang ditulis naskahnya oleh Sarah DeLappe berdasarkan cerita dari Kristen Roupenian (Cat Person) membawa pengisahan satir mengenai kehidupan Generasi Z yang selalu mendewakan media sosial dan ponsel. Dalam salah satu adegan misalnya, bermain TikTok dan menyukai podcast buatan teman diibaratkan suatu keharusan agar tetap berada di lingkaran tersebut, atau kepentingan membalas grup WhatsApp adalah kewajiban tatkala seseorang akan datang dalam sebuah pertemuan.

Pembukanya menampilkan sebuah adegan sensual di mana hasrat sepenuhnya dikedepankan dalam sebuah ciuman close-up, kita diperkenalkan dengan karakter protagonisnya, Sophie (Amandla Sternberg) baru saja selesai melakukan rehabilitasi dan menunjukkan pacar barunya, Bee (Maria Bakalova) ke sebuah pesta anak orang kaya sekaligus teman lamanya, David (Pete Davidson) dalam sebuah pesta pesta badai.

Di sana, turut pula hadir Emma (Chase Sui Wonders) si aktris pandai berakting sekaligus kekasih David, Alice (Rachel Sennott) si podcaster yang membawa kekasih selisih 20 tahun lebih tua darinya, Greg (Lee Pace) hasil kenalannya dari tinder, serta Jordan (Myha'la Herrold) si cewek misterius. Badai pun tiba, tandanya pesta di mulai dan berdasarkan usulan dari Sophie, mereka melakukan permainan Bodies Bodies Bodies (permainan layaknya Werewolf atau Among Us) yang mengharuskan para pemainnya menebak siapa pembunuh sebenarnya.

Malang bagi mereka, permainan yang semula hanya dibuat untuk memenuhi kesenangan berakhir pada malapetaka tatkala salah satu dari mereka ditemukan mati secara mengenaskan dengan leher tergorok. Ditemani cahaya ponsel serta glow-stick (karena badai menyebabkan mati lampu), mereka harus menemukan dan menebak siapa salah satu pembunuh sebenarnya di antara mereka.

Bodies Bodies Bodies dibuka dengan penuh kesenangan kawula muda, di mana rentetan dialog umpatan hingga kalimat bernada toxic maupun pernyataan gaslighting dienyahkan demi memenuhi kegilaan para remaja awal dengan tingkah yang menurut mereka keren seperti melakukan ritual aneh untuk membuka permainan misalnya, harus diakui karakter mereka jauh dari kata likeable, namun apa yang dilakukan Reijn tetap berada pada porsi di mana penonton tetap dengan mereka.

Memasuki paruh kedua, unsur cerita detektif dengan sedikit sentuhan horror-thriller yang diterapkan, yang dengan efek pencahayaan serta minimnya musik ampuh menjaga ketegangan, saya dibuat was-was tatkala masing-masing dari mereka mulai berlari tangga dengan perasaan penuh tanda tanya, dan kamera hasil pengambilan gambar Jasper Wolf (Code Blue, Instinct, Monos) sempurna menampilkan keadaan dan perasaan tanpa daya.

Sepintas, apa yang dilakukan memang sederhana sebatas peletakan tanpa adanya kepastian maupun kepastian kebenaran, namun bukankan itu yang kebanyakan dilakukan para remaja pada umumnya? Bodies Bodies Bodies sekali lagi menampilkan ragam kebiasan remaja (khususnya Gen Z) dengan penuh keaslian, tanpa pernah terasa mengada-ada, segala keputusannya mampu dimafhumi, meski di beberapa adegan (khususnya mendekati konklusi) dibuat secara terburu-buru seolah filmnya menyimpan semua penutup menjelang akhir, tatkala durasi mulai menipis.

Beruntung, eksekusi Reijn tak pernah tampil membosankan, terlebih olok-olok kalimat umpatannya tampil sebagaimana mestinya tatkala sesorang dituntut menemukan kebenaran dalam kondisi yang tidak sepadan. Tentu saja, semuanya takkan tampil lebih baik dan tidak didukung oleh para pelakon yang baik, Rachel Sennott pasca Shiva Baby (2022) yang membesarkan namanya, adalah yang paling mencuri perhatian dengan narsisme berlebih miliknya, sementara Maria Bakalova patut diberi perhatian lebih dari sekadar pelakon Borat Subsequent Moviefilm (2020).
Konklusinya mungkin akan membagi penonton ke dalam dua pihak, Mereka yang menyukainya atau membencinya. Saya termasuk pada golongan pertama, seolah Reijn memberikan transmisi keras layaknya sebuah ritual sebelum permainan yang mereka lakukan. Mungkin akan sedikit tertipu, namun bukan itu mewakili tujuan dibuatnya film ini, yakni sebuah satir.

0 komentar:

Posting Komentar