Agustus 18, 2025
JUDAA HOKE BHI (2022)
Keseraman Raaz (2002) mungkin telah luntur semenjak banyaknya horor yang menampilkan degradasi ketakutan dalam cara yang berbeda. Namun, bagi seorang Vikram Bhatt, sutradara kawakan yang rutin menelurkan tontonan horor di luar franchise Raaz, masih merasa bahwa trik tersebut dirasa ampuh. Saya sudah khatam dengan horor buatannya di belakangan ini, yang seperti pada umumnya ia bekerjakan, Judaa Hoke Bhi pun tak ayal merupakan satu lagi horor dengan cita rasa yang sama. Tidak lebih.
Aman (Akshay Oberoi) adalah seorang penyanyi yang beralkohol. Hubungannya dengan sang istri, Meera (Aindrita Ray) kian merenggang, terutama setelah kecelakaan yang mengecewakan putra mereka. Dengan finansial yang buruk, Meera kemudian menerima tawaran untuk menulis otobiografi Siddharth Jaiwardhan (Meherzan Mazda) dan pergi ke Uttrakhand selepas mengetahui sang suami yang sudah sadar dari koma, ternyata masih mengulanginya dengan menyelundupkan alkohol.
Ditulis secara keroyokan oleh Mahesh Bhatt, Shwetha Bothra, Aman Puranik dan Suhrita Sengupta, Judaa Hoke Bhi memulai paruh pertama dengan menampilkan nomor musikal, meneruskan kebanyakan film Vikram Bhatt sebagai salah satu film dengan soundtrack yang dengan cepat mudah diterima. Poin plus ini sayangnya tidak didukung oleh narasi yang mumpuni, yang keberadaannya sebatas melempar teori tanpa pernah benar-benar memahami akan esensinya itu sendiri.
Barisan dialognya cenderung berat dan ingin terlihat tampil puitis, meski kentara sekali kesannya sangat dibuat-buat demi mencapai tujuan itu. Demikian pula, seperti difilmnya kebanyakan, Bhatt memasang pengaturan tempat jauh dari kota, dipenuhi salju dengan rumah mewah yang hanya dimiliki beberapa orang. Sekali lagi, Judaa Hoke Bhi adalah sterotifikal film Vikram Bhatt lainnya, yang sama sekali tidak memberikan perubahan.
Mengedepankan horor-supernatural, Judaa Hoke Bhi tak punya cukup daya untuk mencengkram penonton dengan kisahnya yang tak seberapa. Horror di sini hanya sebatas menampilkan sosok monster bertubuh besar yang semakin menggelikan dengan CGI buatan (monster di Creature 3D lebih baik dibandingkan ini). Belum lagi transisi kasar dengan adegan yang kerap tampil tak natural.
Barisan karakternya pun demikian, di buat atas pelengkap dasar tanpa pernah diberikan sebuah karakterisasi yang jelas, misalnya karakter yang dimainkan oleh Rushad Rana dan Jia Mustafa yang ujug-ujug Ditempatkan di tengah cerita tanpa benar-benar terasa ada, keberdaan mereka hanyalah sebatas pembuka twist guna filmnya mengambil jalan pintas untuk menampilkan sebuah konklusi.
0 komentar:
Posting Komentar