Agustus 26, 2025
RASUK (2018)
Rasuk selaku karya kerjasama keempat antara MD Pictures dengan Dee Company yang mana merupakan production house milk Dheeraj Kalwani yang kini sudah tak dirasuki judul-judul film horor macam Dendam Pocong Mupeng atau Pocong Mandi Goyang Pinggul. Syukurlah saya lega rasanya beliau telah kembali ke jalan yang lurus. Mari kita baca do'a bersama-sama. Itu merupakan sebuah poin positif yang dimiliki film ini, sebelum akhirnya saya dirasuki rasa frustasi yang luar biasa terus menarik kaki, otak dan pikiran saya-sama sama dengan apa yang ditampilkan di poster filmnya.
Sebelumnya kolaborasi mereka telah menelurkan berbagai macam judul seperti Gasing Tengkorak (2018), Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati serta Kembang Kantil yang luar biasa buruk. Kali ini giliran sang sutradara Ubay Fox kembali setelah menggarap Kembang Kantil dengan membawa naskah garapan Alim Sudio yang luar biasa sama berbekal materi dari novel berjudul sama karangan Risa Saraswati. Tentu pikiran Anda mulai bermain dengan kata "Luar Biasa" yang saya gambarkan pada film ini. Setidaknya saya meminta Anda mengurungkan harapan untuk mencoba membayangkan filmnya, mari kita hela nafas dalam-dalam dan lupakan logika, karena sejati film ini sangat jauh dari logika.
Opening sequence-nya menampilkan karakter utama kita, Langgir Janaka (Shandy Aulia) yang tengah berada diatas puncak gunung, menenangkan diri sambil mengingat ucapan Abah yang mengatakan "jika kamu merasa bersedih, maka naiklah ke puncak gunung". Langgir begitu membenci dunia, lebih dari sang ibu yang telah menyalahkannya atas peristiwa kematian Abah. Ia pun sama membenci sang adik tirinya, Bakula Borneo, sesekali ia membentak sang adik karena terlalu berisik.
Semua orang di benci Langgir, kecuali Abimanyu (Miller Khan) pria yang ia sukai. Disinilah Langgir mulai menyatakan sebaliknya, sebelum ia kembali membenci semua orang (padahal dirinyalah yang penuh dengan rasa benci) termasuk geng "Puteri Sejagat" yang mana teman dekat Langgir. Langgir merasakan kehidupan mereka sempurna, seringkali ia berpikir ketus terhadap mereka. Hingga sebuah perjalanan menuju sebuah villa bernama Karma Rinjani pun perjalanan mereka yang mana merupakan titik balik filmnya untuk menyiapkan penampakan plus skoring yang luar biasa memecah gendang telinga sampai saya pun rasanya ingin menutup telinga kala menontonnya.
Bisa ditebak, di tengah perjalanan mereka tersesat. Namun kompas tenang masih dipegang oleh Langgir, tetapi karakter dalam film ini luar biasa menyebalkan, ketika menunjukkan arah Utara, mereka pun memilih arah Selatan berkat perasaan salah satu geng Puteri Sejagat. Sungguh luar biasa dahsyatnya, ketika kompas tak lagi dipercaya setidaknya hati selalu bertindak benar. Benar membawa mereka ke sebuah malapetaka yang mereka takutkan dan bertemu sesosok wanita misterius yang digunakan sebagai ajang untuk memperkenalkan bahwa mereka adalah "Puteri Sejagat" kala yang harus dilakukan pada saat itu adalah membaca do'a "Sapu Jagat".
Saya mengambil masalah dengan cerita yang ditampilkan dengan bodoh, namun ketika penghematan sudah tak lagi mampu melukiskan film. Setibanya di Villa, Langgir mendapat kejutan saat Abimanyu datang dan salah satu anggota Puteri Sejagat memamerkan dan memperkenalkan dii bahwa ia telah berpacaran. Disini kemarahan Langgir membuncah dan kabur keluar villa serta bertemu dengan sesosok penampakan yang mempunyai penampakan bak bubur basi, begitu menggelikan pula sangat menyebalkan melihat penampakannya.
Disini Ubay Fox bak kehabisan tenaga, sehingga pengulangan adegan kesurupan pun dilakukan. Selain rasa menjemukan saya juga rasanya ingin sekali tertawa lepas melihat orang kesurupan hanya bermodal pensil alis yang menebalkan kelopak mata yang kemudian diperparah dengan suara bak radio rusak dari para pemainnya. Rasanya saya ingin mengintip ke sang penata rias, apakah Anda kehabisan lensa mata hingga tetek bengek kosmetik lainnya? Ataukah Anda sedang menabung dan menghemat biaya?
Menuju konklusi, saya semakin dirasuki oleh kerusakan demi kerusakan filmnya yang sudah berada pada titik luar biasa sangatlah bodoh. Klimaks yanh ingin menyimpulkan sebuah pesan terkait "semua orang punya masalah, bukan kamu saja" tersaji begitu mentah, gagal untuk tersampaikan. Selain kesan "ujug-ujug" film ini pun semakin membodohi pikiran, menggerayangi logika yang kian mesti disimpan rapat-rapat berkat demi hasrat yang sudah tak bisa dibendung lagi. Sama seperti posternya yang tengah meminta bantuan, saya pun rasanya perlu bantuan bala untuk mengingat kembali pikiran saya setelah menonton film yang membuat saya tiba-tiba seperti amnesia.
0 komentar:
Posting Komentar