THAR (2022)
Bergaya neo-western, Thar mungkin jarang ditemui dari sinema Hindi arus utama, terakhir adalah karya Abhishek Chaubey, Sonchiriya (2019) dengan mendiang Sushant Singh Rajput sebagai karakter utama. Diproduseri sekaligus dibintangi oleh pasangan ayah-anak di dunia nyata, Anil Kapoor dan Harshvardhan Kapoor di bawah naungan sutradara Raj Singh Chaudhary (Shaadisthan), Thar memang sukses membawa gaya yang diampunya-meski kekurangan terbesarnya adalah perihal proses yang terlampau melelahkan.
Judulnya sendiri Merujuk pada nama gurun dekat perbatasan Pakistan, di mana di dalamnya terdapat sebuah kota kecil di daerah Rajhastan bernama Munabao. Kota tersebut tengah digemparkan oleh sebuah kasus pembunuhan sarat kekerasan. Pembukanya menampilkan pemandangan mengerikan berupa penembakan di telinga yang kemudian dipotong, tak berlangsung lama setelah itu seorang pria korban kekerasan kemudian digantung secara mengenaskan (dada dibelah dengan kapak, lidah dan telinga menghilang). Pun setelahnya menyusul sebuah perceraian yang dilakukan terhadap satu keluarga.
Sejatinya ini berjalan mulus ditengah penanganan slow-burn yang cukup efektif-tanpa harus terkesan membosankan. Beberapa sub-plot lain ikut dijejalkan, sebutlah perihal patiarki yang mengakar kuat di kota kecil yang panas nan gersang tersebut, hingga Penderita para wanita yang sebatas dijadikan bahan gunjingan (ini terkait Chetna yang mengalami mandul) dan selalu harus melayani pria dan melepaskan pakaiannya. Kasus terakhir sedikit masalah perihal pemahaman salah kaprah (wanita selalu memiliki libido yang tinggi).
Semula kasusnya mengerucut bahwa semuanya berasal dari Hanif Khan (Rahul Singh) pengedar opium asal Pakistan, yang konfliknya berlalu begitu saja akibat mengidamkan eksplorasi dan motivasi yang dilahirkan dari naskah yang ditulis oleh Chaudhary bersama Anthony Catino dan Yogesh Ishwar (sementara Anurag Kashyap berkontribusi melahirkan dialog) terlampau disepelekan. Akibatnya, semuanya dijejalkan secara paksa menjelang akhir.
Konklusinya tampil cukup kuat berkat keberanian Chaudhary menekan batas sadisme yang cukup membuat ngilu, meski beberapa diantaranya berakhir malu-malu. Harshvardhan berjasa menampilkan pria tersakiti yang menyimpan motivasi khusus, sementara Anil sempurna menampilkan pria yang sudah lelah di masa rentanya.
Andai semuanya diberikan keleluasaan, Mungkin takkan berakhir terlampau dini di mana konklusi yang seharusnya membayar pertanyaan awal tampil sambil lalu akibat simplifikasi yang menandakan penulisnya telah kehabisan ide untuk merangkai momen yang lebih gahar, sebatas menampilkan flashback semuanya terselesaikan.
Meskipun demikian dampaknya tepat sasaran. Memang terkendala pengadeganan yang seharusnya bisa lebih diperhatikan. Meskipun pada akhirnya filmnya sukses menampilkan proses terang menuju gelap yang merupakan distorsi waktu, demikian voice over yang disampaikan oleh Surekha, sedikit menggurui memang, namun sempurna menjawab analogi dari bangkai kerbau di tanah kering dan pecah.
0 komentar:
Posting Komentar