BHOOT: PART ONE - THE HAUNTED SHIP (2020)

 BHOOT: PART ONE - THE HAUNTED SHIP (2020)

Terinspirasi dari kejadian yang terjadi di kapal MV Wisdom pada tahun 2011, Bhoot: Part One - The Haunted Ship mungkin akan mengingatkan Anda seketika pada Ghost Ship-nya Steve Beck yang sangat populer pada waktu itu. Menandai sutradara debutan Bhanu Pratap Singh (juga merangkap sebagai penulis naskah) yang sebelumnya dikenal sebagai asisten sutradara dari Humpty Sharma Ki Dulhania (2014) dan Cocktail (2012). Bhoot sendiri dicanangkan sebagai trilogi, dan Bhoot: Part One - The Haunted Ship merupakan awal yang cukup, meski setelahnya nyaris tak meninggalkan apa-apa.

Bukan berarti sepenuhnya buruk, premisnya sendiri tampil menjanjikan-meski terlampau jamak dalam khasanah film horor. Prithvi (Vicky Kaushal) tengah bergulat dengan sebuah trauma yang menimpa keluarganya. Pada adagan awal filmnya kita melihat Prithvi menyelamatkan kelompok gadis yang dijadikan contoh korban perdagangan manusia di sebuah kapal kargo. Selang tak berapa lama, Prithvi yang bekerja di bidang pelayaran dikejutkan dengan hadirnya sebuah kapal besar bernama Sea Bird yang menghalangi pantai di Juhu, Mumbai.

Prithvi, bersama sang rekan, Riaz (Akash Dhar) yang ditugaskan untuk memindahkan kapal tak berawak tersebut harus terjebak pada serangkaian peristiwa seperti banyak orang berdiskusi, bahwa Sea Bird adalah kapal berhantu. Fakta yang semakin menguatkan adalah tatkala ditemukannya mayat kapal yang konon dibunuh oleh hantu penghuninya.

Bhoot: Part One - The Haunted Ship membawa pengisahan paralel antara keadaan yang terjadi di kapal dengan kisah hidup Prithvi yang memutuskan untuk kawin lari dan membangun sebuah keluarga bahagia bersama Sapna (Bhumi Pednekar dalam penampilan khusus) yang semakin lengkap tatkala lahirnya sang buah hati yang kemudian diberi nama Megha (Khusi Hajare). Keputusan untuk merangkai kisah sejati tersebut tampil sendiri-sendiri tanpa adanya koherensi, itu terjadi di paruh awal filmnya yang banyak terjadi berlarut-larut.

Masih mengandalkan sepenuhnya pada jumpscare, yang berkilau tampil tepat guna-meski jauh dari kesan baru. Boneka, kaca, kapak hingga sosok yang berada dibelakang masih digunakan, dan Bhanu Pratap Singh tahu kapan dan bagaimana menampilkan hal tersebut agar selaras dengan dentuman scoring yang dibuat secara pasti kadar volumenya.

Mengaburkan horor dengan proses investigasi mestinya berjalan menarik. Namun, apa yang tersaji disini tak punya cukup daya guna mengembam dua tugas tersebut selain menyibaknya-seiring dihadirkannya karakter baru. Vandana (Meher Vij) adalah salah satunya. Paruh keduanya adalah konklusi dari peristiwa yang terjadi, yang bukan hal baru jika terdapat sebuah twist di dalamnya.
Twist-nya sendiri bisa dipahami, meski terkendala perihal logika. Setidaknya, ada sebuah jembatan bagi penebusan terhadap Prithvi, yang sebenarnya bisa dikembangkan lebih jauh lagi (andai film keduanya dibuat atau dilanjutkan). Pun, sangat memalukan kehadiran Ashutosh Rana sebagai Profesor Raghuveer Joshi sebatas dijadikan pion pembaca mantra dan pembawa alat berupa bip, yang saya yakin terinspirasi dari Ghostbusters. Meski demikian, ini adalah panggung bagi Vicky Kaushal yang prima melakoni adegan berat pula degradasi emosi yang kuat.