Rabu, 20 Agustus 2025

RASHTRA KAVACH OM (2022)

RASHTRA KAVACH OM (2022)

Om: Pertempuran di Dalam. Demikian awal awal judul film ini sebelum diubah menjadi Rashtra Kavach Om (Om Perisai/pelindung Negara) yang sarat akan unsur patriotisme, pun beberapa kali para karakternya dalam filmnya dengan lantang menyumbangkan nada semangat juang semisal Jai Hind atau Jai Bhavani. Melihat kondisi ini, saya sendiri sudah tidak kaget maupun terkejut perihal hasil akhir dari filmnya yang sebagaimana tujuan dibuat, semata-mata demi menampilkan karakter patriotik yang cinta negara secara buta.

Dikisahkan, Om (Aditya Roy Kapur) adalah tentara berdidikasi sekaligus "mesin pembunuh" yang dikirim untuk menyelamatkan aset negara. Pembukanya menampilkan hal itu ketika Om yang terjun dari kapal helikopter membabat habis musuh di sebuah air tanpa tedeng aling-aling sebelum akhirnya tertembak di kepala dan bahkan menembus otaknya.

Selang 3 bulan koma, Om kemudian pulih setelah dirawat oleh agen sekaligus dokter bernama Kavya (Sanjana Sanghi) dengan ingatannya yang hilang dan hanya mengenali dirinya sebagai Rishi, sementara sesosok pria bernama Dev (Jackie Shroff) selalu membayangi pikirannya serta sebuah tragedi kebakaran di masa, kecil faktanya bahwa dia adalah putra dari seorang perwira Jai Rathore (Ashutosh Rana).

Belakangan diketahui bahwa pria yang selalu membayangi pikirannya adalah sang ayah, ilmuwan yang memilih untuk menjaga negara dengan membawa kavach (perisai pelindung/penangkal nuklir). Om yang berusaha mencerna semua orang yang ditunjuk untuk menjalankan misi negara untuk merebut kembali kavach dan menangkap dalang dibalik semuanya.

Ditulis naskahnya oleh Raj Saluja dan Niket Pandey, Rashtra Kavach Om mengikuti pola serupa kebanyakan film bertemakan misi patriotisme, bahkan perasaan deja vu tatkala menontonnya banyak mengingatkan saya dengan seri Baaghi-nya Tiger Shroff yang digantikan dengan Aditya Roy Kapur di mana sekuen action diluar nalar yang jelas-jelas tak perlu menggunakan logika lengkap dengan pengadeganan slow-motion diterapkan. Saya menyadri filmnya sebagaimana tujuannya, namun hal krusial tidak sepenuhnya terletak di sana melainkan naskahnya yang kentara nihil kontuniti.

Ya, selang setengah jam per durasi Rashtra Kavach Om gemar melemparkan narasi baru yang memang memperkaya filmnya di atas kertas namun tidak dengan pengarahannya yang serba acak, seolah menyepelekan dan kembali ke momen selanjutnya. Singkatnya, pengadeganan Kapil Verma banyak dipenuhi momen draggy.

Aditya Roy Kapur adalah nyawa film ini, memamerkan segala aksi dengan bisep-nya yang menyatakan bahwa dirinya berlatih keras untuk film ini, meski kembali karakternya teramat cacat untuk bisa dikatakan kompleks. Sanjana Sanghi menunjukkan gigi dengan aksinya meski karakternya setipis kertas dan seolah-olah kekurangan nyawa. Tunggu keputusan akhirnya yang sangat sulit atas dasar bela negara bersama sesama agennya bernama Arslan (Rohit Chaudhary) yang sontak membuat saya berujar kasar.

Tak banyak yang perlu dibahas dari Rashtra Kavach Om yang sampai tulisan ini dibuat pun saya masih terbayang bagaimana malasnya film ini dalam membaca sebuah hiburan yang secara asal tanpa memperhatikan kaidah yang seharusnya diterapkan. Memang, film bukanlah sebuah ilmu pasti, tapi ketika itu dirilis secara terbuka di bioskop maupun platform digital itu bukan lagi milik si empunya film

0 komentar:

Posting Komentar