Keluarga Cemara (2018)
Pemeran: Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Zara JKT48, Widuri Puteri Sasono, Abdurrahman Arif, Asri Welas, Gading Marten, Aryo Wahab, Yasamin Jasem, Kafin Sulthan, Aci Resti, Arief Didu
Sutradara: Yandy Laurens
Studio: Gambar Visinema
Euis (Zara JKT48) merasa sedih karena Abah (Ringgo Agus Rahman) tidak bisa menghadiri kompetisi dance yang ia bersama dengan grupnya berhasil menjadi juara pertama, meskipun sudah diwakili oleh Emak (Nirina Zubir) dan adiknya Ara (Widuri Sasono), namun Euis tetap saja sedih dan pada Abahnya yang lebih menyukai pekerjaan daripada dirinya.
Keesokan harinya, Euis masih merasa dingin pada ayahnya itu. Emak kemudian menyuruh Abah untuk meminta maaf dan membujuk Euis agar hubungan mereka berdua kembali mencair. Usai Abah meminta maaf dan berjanji tidak akan membuat Euis kecewa, sikap Euis mulai mencair dan memaafkan sang ayah. Emak berharap pada Abah tidak melakukan kesalahan itu lagi. Selain itu, Emak juga selalu mengingatkan bahwa sebentar lagi Euis akan ulang dan Abah harus ikut merayakan pesta tahun kecil ulang Euis dan datang maksimal satu jam sebelum pesta diadakan. Abah berjanji kali ini akan datang tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan.
Ketika Abah sedang di kantor kontraktornya, para pekerja bangunan mengadakan pembekuan karena sudah dua bulan lamanya mereka tidak dibayar. Ternyata modal pembangunan serta dana tambahan untuk membayar pekerja kontraktor yang dikelola Fajar (Aryo Wahab) keponakannya itu malah dialihkan ke investasi lahan baru lainnya. Akibatnya, perusahaan kini mengalami kerugian besar gara-gara lahan baru bernama Orange City yang terancam gagal. Akibatnya, semua aktivitas konsturksi yang tengah dibangun terpaksa dihentikan. Kendaraan milik Abah juga terpaksa ia serahkan pada para pekerja kontraktor sebagai jaminan dan bentuk tanggung jawab Abah sebagai atasan.
Gara-gara kejadian itu, Abah menjadi terlambat pulang ke rumah. Pesta ulang tahun Euis sudah dimulai. Emak dan Euis lagi-lagi kecewa dengan sikap Abah yang tak menepati janjinya. Setibanya dirumah, keluarga Abah terpaksa menerima kenyataan rumah mereka harus disita karena Fajar mendaftarkan rumah Abah sebagai salah satu aset jaminan untuk proyek Orange City itu. Abah sangat kecewa dengan Fajar karena keputusan itu tanpa sepengetahuan dirinya. Pada hari itu juga, Abah, Emak, Euis dan Ara langsung mengangkut keluar dari rumah mereka. Emak hanya bisa sabar dan menenangkan kedua buah hatinya, Euis dan Ara yang terlihat sangat sedih, tergoncang dan dengan apa yang alami mereka saat ini.
Untuk sementara waktu, Abah dan keluarganya tinggal di kantor kontraktor sambil mencari tempat tinggal lain. Di hari terakhir di tempat kerja, Abah memberikan pesangon kepada seluruh staf dan pekerja kontraktor karena mereka mendapat Pemutusan Hubungan Kerja karena proyek ditutup. Setelah itu, Abah kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah warisan almarhum sang ayah disebuah bukit terpencil jauh dari keramaian kota. Rumah yang terletak diatas perbukitan itu sudah lama tak terawat. Jarak yang jauh dari kota, sinyal ponsel pun sulit didapat. Agar mendapat sinyal yang lebih kuat, Abah dan Euis harus mengaktifkan pohon cemara segala sesuatu.
Perubahan drastis kehidupan yang dialami keluarga Abah membuat mereka terpaksa harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang jauh lebih sederhana. Kondisi keuangan Abah dan Emak pun semakin menipis. Abah memutar otak mencari cara agar bisa mendapatkan uang meskipun harus bekerja sebagai tukang bangunan bersama dengan Romli (Abdurrahman Arif) teman masa kecilnya. Begitu pula sebaliknya. Emak membuat kerupuk opak dan dibantu dijual oleh Euis disekolahnya. Awalnya Euis keberatan harus berjualan disekolah, namun demi membantu ekonomi keluarga, Euis akhirnya mau berjualan. Cobaan tak henti-hentinya menimpa keluarga Abah. Ditengah kerja, Abah mengalami kecelekaan dan kakinya patah. Alhasil, Abah kini tak bisa lagi bekerja sebagai tukang bangunan dan harus istirahat total selama kakinya belum sembuh.
Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara.
Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara.
Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara.
Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara.
Siapa yang tak tahu dengan sinetron Keluarga Cemara yang populer di tahun 90an? Sinetron yang menceritakan kehidupan sederhana keluarga Emak dan Abah yang dibintangi Adi Kurdi dan Novia Kolopaking ini mencuri perhatian penonton televisi kala itu. Tak cuma itu saja, soundtrack sinetron ini yang berjudul Harta Berharga juga menjadi populer dan abadi hingga saat ini.
Di awal tahun 2019 ini, setelah mendapat restu dari penulis Arswendo Atmowiloto, rumah produksi Visinema Pictures kembali menghadirkan cerita Keluarga Cemara tapi tidak dalam bentuk sinetron, melainkan dalam bentuk film. Sutradara muda Yandy Laurens ditunjuk oleh Visinema Pictures untuk menggarap film ini. Gina S. Noer juga diberi tugas menjadi penulis skenario untuk film ini. Melihat Keluarga Cemara digarap oleh Visinema Pictures serta ditulis oleh Gina S. Noer rasanya proyek ini tak boleh dilewatkan.
0 komentar:
Posting Komentar