Agustus 05, 2025
GHUDCHADI
Reuni luar antara Raveena Tandon bersama Sanjay Dutt yang layak untuk diapresiasi, Ghudchadi yang menandai film debut panjang Binnoy K. Gandhi (sebelumnya sering menjabat sebagai asisten sutradara untuk judul film populer seperti Gayab, Fanaa, dan Teri Meri Kahaani) adalah opera sabun yang akan mudah diterima jika kita masih berpegang pada romansa klasik era 80-an. Ketika genre romansa bollywood arus utama sudah melakukan revolusi yang patut dipuji, Ghudchadi adalah sebuah kompilasi yang hadir hanya sebatas eksistensi, tak lebih.
Meski menambahkan unsur yang masih relevan hingga saat kini, dalam naskah buatan sang sutradara bersama Deepak Kapur Bhardwaj (Saroj Ka Rishta, Badmashiyaan) patriarki digantikan oleh matriarki dalam wujud Kalyani Devi (Aruna Irani) yang mengatrol segala sesuatu dan keputusan keluarga atas nama kasta Pandit. Itulah mengapa sang anak, Veer Sharma (Sanjay Dutt) memilih untuk menikah dengan wanita yang tak dicintainya, daripada melanjutkan hubungan dengan Menka (Raveena Tandon), kekasih yang ia tinggalkan karena tidak memenuhi kriteria, termasuk fakta bahwa mereka terbiasa mengonsumi makanan non-vegetarian.
Sepenggal kisah tersebut hanyalah masa lalu yang sulit dienyahkan dalam pikiran Veer, yang hanya bisa berpikir bahwa sang putra, Chirag Sharma (Parth Samthaan), si pengusaha celana dalam, tak harus bernasib serupa dirinya. Hingga pertemuan Chirag dengan Devika (Khushalii Kumar) membuka lembaran baru bagi sang anak sekaligus lembaran lama bagi sang ayah, di saat fakta mengatakan bahwa Devika merupakan putri semata-mata wayang dari Menka.
Ghudchadi berbicara tentang kesempatan kedua bagi dua insan untuk mengakhiri asmara. Naskahnya secara terang-terangan memainkan premis tersebut melalui perspektif manusia dewasa yang sama-sama kehilangan cinta dan melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. Sungguh, sebuah poin yang menarik untuk dikulik andai sang penulis tak memilih segala stereotip klasik.
Kecuali nomor treknya yang menghadirkan nostalgia, Ghudchadi sebatas diisi oleh konflik sederhana yang berkutat mencari restu Kalyani Devi hingga tarik-ulur aksi "mengalah demi cinta" yang justru bermuara pada luka. Keseluruhan konfliknya hanya berjalan di permukaan, nihil sebuah kedalaman selain mengambil langkah aman disaat naskahnya sempat memainkan stigma pernikahan saudara tiri yang berakhir terlampau dini.
Dalam salah satu adegannya, Ghudchadi menampilkan latar rumah sakit dan ingin mencari pendonor ginjal sebagai salah satu karakternya yang membutuhkan waktu lama. Demikian keseluruhan filmnya yang mengambil jalan instan tanpa ingin memberikan urgensi pada sebuah pengadeganan. Duo Sanjay Dutt dan Raveena Tandon hingga Parth Samthaan yang menghidupkan sosok anak laki-laki menawan dalam debutnya pantas mendapatkan film yang lebih dari ini.
0 komentar:
Posting Komentar