Selasa, 05 Agustus 2025

PENJAGAL IBLIS: DOSA TURUNAN

PENJAGAL IBLIS: DOSA TURUNAN

Ketimbang berjalan di ranah generik, Penjagal Iblis: Dosa Turunan menempuh jalur berbeda tatkala film horor lokal arus utama masih setia dengan segala tetek-bengek premis klise miliknya. Dinahkodai oleh Tommy Dewo sebagai sutradara yang ikut merangkap sebagai penulis naskah, filmnya mungkin masih setia dengan formula (karena namun formula akan tetap diulang) namun dengan tamabhan persentasi yang berbeda, menjauhkannya dari sekadar film horor biasa.

Alkisah Daru (Marthino Lio) adalah seorang wartawan koran yang tengah mengusut dua kasus sekaligus. Kasus pertama adalah mengenai terbunuhnya satu keluarga ketika prosesi ruqyah tengah dilaksanakan, sementara kasus kedua perihal terbunuhnya para pemuka agama dalam keadaan yang mengenaskan. Sungguh sebuah premis yang potensial bukan?

Perlahan tapi pasti, Daru mulai mencari jawaban atas tragedi tersebut yang ia mulai dengan mewawancarai Ningrum (Satine Zaneta), gadis berusia 19 tahun yang mendekam di rumah sakit atas dugaan tersangka dalam kasus pertama. Melalui interaksi intens serta informasi mengenai Ningrum yang mengaku sebagai Penjagal Iblis dan tengah bertugas menghapus dosa turunan yang telah dilakukan, Daru yang semula tak percaya perlahan membuka hatinya untuk mendengarkan apa yang dikatakan Ningrum, terutama setelah semuanya bermula dari Pakunjara (Niken Anjani), dukun ilmu hitam yang ingin menghidupkan gurunya.

Daripada horor, Penjagal Iblis: Dosa Turunan konvensional mungkin akan banyak mengingatkan kita dengan deretan film aksi laga tradisional dengan elemen mistis sebagai pembungkusnya. Pun, penghargaan lebih bagi Tommy Dewo dalam meramu lore milliknya sangat patut untuk diperhatikan, terutama ketika filmnya memberikan ruang bagi animasi dalam merangkum alur kilas balik miliknya.

Selain departemen teknis dan artistik, Penjagal Iblis: Dosa Turunan pun membawakan cerita lewat sudut pandang Daru, yang selama durasi bergulir ikut menemani penonton lewat voice-over miliknya. Di satu kesempatan filmnya mampu memberikan warna baru karena tak berusaha menjadikannya terlampau serius, beberapa momen komedik (yang tak sampai merusak keseluruhan filmnya) ikut mengisi, meskipun di saat yang sama, filmnya bak terlampau menyuapi penonton agar tetap terjaga dengan alur berlapis miliknya.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwasannya Penjagal Iblis: Dosa Turunan memiliki potensi premis yang juga menyentil beberapa isu yang relevan. Butuh sebuah koneksi supaya perjalanan yang dilakukan mampu menghadirkan sebuah keterkaitan sekaligus berputar-putar. Sayangnya, Tommy Dewo melupakan hal krusial tersebut dengan membuatnya terlampau menggampangkan sehingga menimbulkan cela terkait salah satu titik balik bagi filmnya yang meninggalkan sebuah pertanyaan.

Meskipun begitu, Penjagal Iblis: Dosa Turunan tampil cukup solid dalam mengejawantahkan narasi yang tak sebatas mengandalkan kehadiran jumpscare. Pun, ketika jumpscare itu hadir, bukanlah pengulangan yang dilakukan, melainkan kesan ngeri yang selalu menjaga atensi. 

Tentu hal tersebut disokong dengan kehadiran para pemain yang memfasilitasi keliaran Tommy Dewo dalam bereksplorasi. Satine Zaneta membuktikan bahwa dirinya memang aktris masa depan Indonesia, kepiawaian dirinya dalam menampilkan aksi laga disertai detail terkecil semisal penuh makna menjadikan Ningrum sebagai sosok yang lebih dekat ke arah action-hero. Sementara Niken Anjani menjadi tandem yang sempurna berbekal ambisinya yang begitu gila dalam memainkan Pakunjara. Kehadiran Marthino Lio adalah penengah yang berada di antara mereka berdua.
Menjelang konklusi, deretan aksi kian dilipatgandakan, meski di saat bersamaan, filmnya kehilangan daya akibat eksekusi yang belum tampil matang sepenuhnya. Setidaknya, Tommy Dewo sudah berusaha memberikan sebuah penyegaran yang jarang ditemui dalam film horor lokal arus utama, salah satunya adalah dengan menciptakan "adegan melahirkan" yang berkat pemakaian praktikal efek miliknya tampil begitu menggugah di saat filmnya sempat kehilangan arah.

0 komentar:

Posting Komentar