Jumat, 15 Agustus 2025

SHOTGUN WEDDING (2022)

 SHOTGUN WEDDING (2022)

Secara tidak mengejutkan, tontonan semacam Shotgun Wedding memang seharusnya dinikmati tanpa perlu mengedepankan tetek-bengek tuturan filmis. Ini adalah sajian yang terang-terangan mengatakan bahwa filmnya begitu ringan, dan tidak mengejutkan jika beberapa plot memang tak berkesinambungan atau sekadar terkendala perihal penempatan yang masuk akal. Terpenting, saya menonton hanya untuk melihat Jennifer Lopez kembali di layar, itu saja sudah mengobati tujuan.

Seperti yang judulnya utarakan, sebuah pernikahan yang hendak dilaksanakan di sebuah pulau tropis di Filipina, Darcy (Jennifer Lopez) adalah sang mempelai wanita yang tengah menunggu kedatangan Tom (Josh Duhamel, menggantikan Ryan Reynolds sekaligus Armie Hammer), calon mempelai pria yang tadinya hendak berlagak romantis, namun gagal, karena ia sendiri merupakan tipikal pria pemain yang mengerahkan yang kikuk. Interaksi canggung dan sering berlawanan selalu memikat percakapan, yang pada kebanyakan calon pengantin alami, mereka tengah gugup perihal pelaksanaan pesta pernikahan.

Di tengah perayaan pesta makan dan minuman sebelum proses pernikahan berlangsung, mereka dikejutkan dengan kedatangan Sean (Lenny Kravitz), mantan kekasih Darcy yang tiba-tiba merebut pidato pernikahan, datang secara tak diundang dengan membawa helikopter yang menghebohkan para tamu undangan. Seiring kedatangan Sean yang mengadakan pesta, hadir pula para perompak setempat yang meminta tebusan uang $45 juta dolar kepada Robert (Cheech Marin), ayah Darcy, dengan ancaman akan menahan sang anak pula sepanjang pernikahan.

Seperti kebanyakan film bertemakan serupa, Robert justru menolak keras sebelum ia mengetahui keberadaan sang putri, yang kemudian memperluas narasi klise berupa penyanderaan para tamu undangan. Dari sini, Darcy dan Tom yang masing-masing terpisah setelah konflik, harus bekerja sama menyelamatkan orang tua juga pernikahan mereka.

Ditulis naskahnya oleh Mark Hammer (Two Night Stand), Shotgun Wedding memang setipis kertas-jika ditilik dipermukaan. Hammer mengandalkan beberapa komedi nerd yang kemudian membuat Lopez terus berceloteh dengan performa over-the-top yang tetap meyakinkan untuk disaksikan, transisi dari komedi ke aksi pun terjadi begitu saja, karena pada dasarnya penonton mengharapkan serial aksi penuh kecanggungan yang nantinya diisyaratkan akan menjadi sebuah hiburan.

Hasilnya memang sangat mengecewakan, meskipun nihil pembaharuan, saya tetap tergelak kala kedua pengantin saling menguatkan supaya tak terjatuh ke sebuah jurang dan berakhir merusak gaun pernikahan. Pun, sutradara Jason Moore (trilogi Pitch Perfect) seolah bersenang-senang dengan segala keklisean dan penggambaran para karakternya yang secara kebetulan, dapat melakukan sesuatu di luar dugaan.

Beruntung, Shotgun Wedding memiliki jajaran pendukung solid yang mampu mencuri perhatian selepas cerita beralih tanpa menampilkan persona megabintang seorang Jennifer Lopez, yaitu Jennifer Coolidge, sebagai ibu Tom yang dengan santai-namun mematikan menyikapi situasi penuh ketegangan. Berkatnya, momen pengambilan gambar takkan semenyenangkan tatkala ia mulai menampakkan senyum lebarnya.

Konklusinya memang terkendala logika dengan penyederhanaan yang sebatas mengandalkan rangkaian kebetulan semata. Sekali lagi, ini bukanlah sebuah persoalan mengingat Shotgun Wedding sudah terang-terangan menganggap dirinya sebagai tontonan ringan. Apa yang diharapkan selain sebuah hiburan?

0 komentar:

Posting Komentar