Agustus 16, 2025
CROSS THE LINE (2022)
Sebelumnya, Razka Robby Ertanto (atau Ertanto Robby Soediskam) pernah menggarap Ave Maryam (2019) hingga Jakarta vs. Everyone (2021) yang masing-masing menampilkan sebuah narasi sarat kegamangan pula sisi kelam yang dialami oleh makhluk bernama manusia. Seolah melanjutkan hal tersebut, Cross the Line pun tampil serupa, kali ini giliran dunia perkapalan dengan seluruh dunianya yang menjadi panggung utama, di mana di dalamnya terdapat kisah dua orang manusia yang tengah berjuang mempertahankan cinta dan keluarga.
Sepasang kekasih, Haris (Chicco Kurniawan) dan Maya (Shenina Cinnamon) harus menanggung derita ketika impian untuk menjadi TKI di Singapura harus berakhir sebagai petugas kebersihan kapal dengan iming-iming trainning. “Janjinya hidup makmur di negeri orang, ini malah jadi budak di negeri sendiri” demikian keluhnya. Rutinitas mereka selalu sama, tidak jauh dari bekerja dengan gaji yang tidak seberapa dengan hutang yang terus menumpuk, menunggu potongan gaji setelahnya. Maya hanya bisa pasrah, memandangi poster Merlion Park di dinding, sementara suara desahan mengiringi lamunan tersebut.
Kerap berjalan statistik, Cross the Line seolah-olah menonton penonton dengan segala ironi miliknya. Mimpi yang tak jadi kenyataan, nasib buruk yang tak beresudahan. Maya sering digoda oleh para pria untuk melayani nafsu bejatnya pun demikian dengan para teman yang sudah putus asa, pasrah menjadi pekerja seks komersial meski pelayanan yang ia dapat membuatnya semakin tersiksa. Seoalh tidak ada solusi, teman pun menyarankan Maya, di tengah situasi yang sulit untuk menjual diri.
Ditulis naskahnya oleh Robby bersama Titien Wattimena (trilogi Dilan, Aruna & Lidahnya, My Sassy Girl), Cross the Line tampil sesuai realita, baik itu secara logika maupun kenyataan. Diluar sana para pejuang devisa pun banyak mengalami hal serupa, yang jumlahnya mungkin sudah tak dapat dihitung dengan jari. Shenina Cinnamon menampilkan performa yang luar biasa, berkatnya keputusasaan seorang wanita di tengah kerasnya kehidupan yang melanda pula tuntutan untuk bertahan hidup tersampaikan secara jelas, pun Robby seolah menyadari hal itu, close-up pun banyak ditampilkan guna menangkap guratan emosi sang aktris nomine piala citra.
Di kubu yang sama, terdapat Chicco Kurniawan, pemenang aktor terbaik tahun lalu ini menampilkan performa natural yang tak kalah kuat, pun, mengingat keduanya telah bersama di Penyalin Cahaya (2021) apa lagi yang harus ditanyakan? Cross the Line adalah panggung sempurna untuk keduanya, meski keseluruhan filmnya sendiri merupakan gabungan sebuah repetisi dibalik tampilan filmnya yang berseni.
Benar. Nuansa kentara itu terasa, saya menyukai pemilihan color-grading miliknya yang mewakili karakternya meski terkadang itu mengeliminasi kesan hingga pesan realis miliknya. Sayang, naskahnya sering berkutat pada hal yang sama, perihal kebingungan keduanya yang mencari jalan keluar atau telepon dari keluarga yang meminta transfer uang. Cross the Line kurang termotivasi untuk sekedar menambah eksplorasi.
Keberanian Razka Ertanto Robby memang patut diapresiasi, meski jika boleh melakukan komaparasi dengan filmografi miliknya sebelumnya, Cross the Line adalah yang paling sederhana dan jinak. Pun, naskahnya sempat kebingungan untuk mengakhiri sebuah pengisahan, sebatas mengandalkan sebuah momen mengejutkan yang menjembatani pada isu perdagangan manusia rasanya kurang dimanfaatkan dan digali secara mendalam.
Dalam sebuah adegan, saya mengeluhkan sebuah keputusan yang bisa saja menjadikan sebuah intensitas salah kaprah dan sebatas penyalur sebuah tatapan pria. Ini Merujuk pada sebuah adegan seksi keduanya yang Ditempatkan seusai salah satu karakternya memberikan sebuah jalan keluar dengan memberikan uang. Kontradiktif dengan keputusan karakternya sedari awal (sebelumnya, keputisan karakter untuk terjun pada sebuah keputusasaan tanpa ada sebuah intensitas untuk menikmati).
Cross the Line setidaknya tampil beda dengan menyorot sebuah kehidupan lewat sudut pandang yang banyak diamini sebelumnya, meski kita tahu realita kadang enggan berjalan beriringan dengan ekspetasi. Demikian pula dengan film ini yang tidak sepenuhnya diharapkan, meski apa yang diusungnya patut menjadi perhatian.
0 komentar:
Posting Komentar