Jumat, 15 Agustus 2025

PALM TREES AND POWER LINES (2022)

PALM TREES AND POWER LINES (2022)

Lewat Palm Trees and Power Lines yang merupakan debut pertama hasil adaptasi film pendek miliknya, Jamie Dack selaku sutradara memaparkan sebuah drama coming-of-age kompleks mengenai keresahan batin seorang remaja usia 17-an yang rawan akan tindakan yang dipilihnya dalam masa usia yang terkadang terasa labil. Ini bukan suguhan yang menggurui, lebih tepatnya sebuah peringatan dari dampak yang secara tak sadar sering kita lakukan atau malah abaikan.

Protagonisnya bernama Lea (Lily Mclnerny), gadis usia 17 tahun yang tengah menghabiskan liburan musim panasnya di rumah sang ibu, Sandra (Gretchen Mol) yang terletak di California Selatan. Hubungan Lea dan sang ibu begitu renggang, seperti kebanyakan remaja pada umumnya, ia merasa sang ibu lebih memedulikan pacarnya daripada dirinya. Pun, sekalinya perhatian itu diberikan hanya ketika Lea sedang patah hati dan tak memiliki kekasih.

Atas dasar itu, Lea kemudian menghabiskan banyak waktu bersama teman-temannya yang tak lebih serupa, mendatanginya ketika berteriak. Sebutlah Jared (Timothy Taratchila) yang hanya mementingkan seks darinya, atau Amber (Quinn Frankel) yang sebatas memberikan perhatian atas dasar keingintahuannya, bukan demi menjaga rahasia selayaknya seorang sahabat.

Itu semua dirasakan semu oleh Lea, hingga pada suatu malam di sebuah restorang, seorang pria dewasa yang belakangan diketahui bernama Tom (Jonathan Tucker) mulai memasukkan mata ke arahnya-yang kemudian dibalas oleh Lea. Pasca sebuah kejadian di sana pula, perlahan tapi pasti, hubungan Lea dan Tom yang berusia 34 tahun mulai terasa dekat melalui beragam komunikasi dan perhatian yang selama ini sangat dibutuhkan Lea.

Ditulis naskahnya bersama Audrey Findlay, Palm Trees and Power Lines berajalan begitu pelan menampilkan ragam acara kasual para karakternya yang masing-masing memberikan magnet yang menarik, Lea dan Tom begitu intens bertemu bahkan sempat berbagi ciuman dan bermalam di motel minimalis miliknya, dari sini timbul sebuah komparasi yang tiba-tiba penonton curigai, apakah Tom memang benar-benar pria baik yang begitu mengayomi Lea sebagaimana tindakannya? Ataukah ada maksud lain dibalik semuanya? Kisah peringatan mulai menampakkan diri disini.

Lily Mclnerny dalam debut perdananya menampilkan ragam emosi subtil layaknya kebanyakan keresahan remaja dengan segudang keingintahuannya pula kegampangannya menyandarkan perasaan pula hati terhadap seorang pria yang jelas sudah lebih berpengalaman (dalam cara negatif) dalam hidup. Pun, demikian dengan Jonathan Tucker, dibalik sifat manis pula tindakan mengayomi miliknya terdapat sebuah sikap posesif yang ia samarkan dalam kelembutan miliknya, kalimat "you're never going to left me" hingga "nobody's ever going to love you like i love you" tak pernah terdengar semanis ini kalau bukan ada maksud dan tujuan yang menggelayutinya.

Mudah bagi penonton untuk menyadari betapa berbahayanya hubungan terlarang ini, terlebih ini menimpa seorang gadis remaja yang begitu rentan akan pergaulan. Ironi memang, namun inilah kenyataan yang ingin disampaikan oleh Dack lewat beberapa keresahan yang barangkali bisa menjadi sebuah peringatan sesuai tujuan awal filmnya yang bisa saja membuka sebuah kesadaran baik itu bagi remaja, orang tua, maupun kita semua.

Berdasar akan hal itu, Palm Trees and Power Lines bukan sebuah suguhan eksploitasi (pun Lily Mclnerny sudah berada di usia legal), pengerjaannya pun dikerjakan dengan hati-hati, sebutlah dalam merangkai adegan seksi yang tak sampai membuat tak nyaman, dari sini direkam kamera Chananun Chotrungroj (Don't Come Back from the Moon, The Third Wife, Materna) berjasa melahirkan sebuah sebuah kejadian (terutama ketika film mulai berada di babak kedua) yang meski di tutup setengah badan melahirkan sebuah kesan yang kuat.
Konklusinya memberikan sebuah pilihan lain yang tak kalah berbahaya, ketika perasaan cinta buta akan seseorang sangat kuat, pikiran terbuka maupun perasaan ketidaknyaman tadi seolah tak berguna. Palm Trees and Power Lines lewat sekuen singkatnya itu kembali memberikan sebuah mimpi buruk akibat dampak psikis (remaja khususnya) yang sedari awal telah ditelantarkan.

0 komentar:

Posting Komentar