Jumat, 15 Agustus 2025

TALBIS IBLIS (2022)

 TALBIS IBLIS (2022)

Talbis Iblis dibuka oleh penggalan Surah Al-A'raf ayat 17. Sejenak saya berpikir bahwa film garapan Kabir Bhatia (Pulang, Sangkar, Juang) ini akan terjerumus pada pola film horor religi yang akan lebih getol berceramah daripada bereksplorasi, terjadi sangkaan saya itu salah, Talbis Iblis menegaskan bahwa penggalan ayat tersebut merupakan sebuah manifestasi dari isi kandungannya.

Ditulis naskahnya oleh Ajami Hashim (Ombak Rindu) dan Ashraf Modee Zain (Aliff Dalam 7 Dimensi, Malbatt: Misi Baskara), ide awal Talbis Iblis semula muncul karena keresahan keduanya dalam menanggapi kasus penentaran anak yang kian marak terjadi, pesannya sendiri tersampaikan, meski dalam penuturannya sedikit terbata-bata, terutama kala melakukan sebuah titik balik bagi karakter utamanya

Kisahnya sendiri menyoroti Hajar (Azira Shafinaz), wanita yang tengah hamil tua dan terpaksa mengunjungi Bukit Abu Merah bersama sang suami, Arshad (Amir Nafis) yang meragukan janin yang dikandungnya bukanlah anak hasil buah cintanya. Di sisi lain, fakta mengatakan bahwa Hajar mengandung anak di luar nikah, keputusannya melarikan diri tak lain dan tak demi menutupi harga diri keluarganya yang terpandang, terutama sang ibu yang merupakan psikolog terkenal.

Kedatangan mereka disambut oleh Zaini (Jay Iswazir), yang kelak ditunjukkan kepada sang pemilik rumah sekaligus bidan yang akan membantu pengiriman, Mak Ju (Nasha Aziz) yang terlihat ramah, memberikan perhatian penuh kepada Hajar, yang tak sempat ia rasakan dari sang ibu. Mudah untuk Hajar merasa nyaman pada awalnya, pun kehadiran Nasir (Zul Ariffin) yang terlihat misterius pun ia eliminasi dengan alasan tersebut.

Tak butuh waktu lama untuk Talbis Iblis dan penonton menyadari bahwa ada sesuatu yang tak beres di tempat tersebut, yang sedari awal memang tak naskahnya tutupi, dari sini filmnya menyentuh unsur ironi dramatis, dan selanjutnya hanya menunggu sebuah rahasia tersibak secara perlahan. Singkatnya, Talbis Iblis memang nihil sebuah pembaharuan.

Paruh awalnya memang berjalan secara lamban, di mana beberapa momen flashback ditampilkan secara singkat, Kabir Bhatia mungkin ingin memberikan sebuah informasi secara pasti sebelum akhirnya menawarkan sebuah kesraman yang di beberapa adegan terlihat nyata, meski tak jarang pula jumpscare yang menghasilkan miskin modifikasi, sebatas menggedor dan menyetorkan wajah sang hantu dengan begitu seramangan.

Beruntungnya, Talbis Iblis mempunyai beberapa deretan gambar menakutkan yang akan berlangsung lama dalam ingatan, sebut saja momen yang melibatkan banyak tangan di kasur berkat tata riasnya yang mumpuni (meski sekali lagi, beberapa di antaranya merupakan hasil CGI yang kentara buatan). Kabir Bhatia paham dan tahu betul bagaimana membuat para penggemar horor sumringah.

Itulah yang kemudian ia terapkan secara konklusif, yang semakin mendorong filmnya menampilkan kembali sosok yang baru, yang saya yakin banyak terinspirasi oleh horor Barat tanpa pernah merasa kehilangan tajinya. Konfrontasi yang dihasilkan memberikan sedikit ketegangan, meski setelahnya, sangat memalukan kala Talbis Iblis menerapkan sebuah penyederhanaan alih-alih memperkuat bobot narasi.
Hadirnya twist memang sudah ditebar sedari awal, namun permasalahannya adalah ketika dua keping itu disatukan terciptalah sebuah pergeseran yang cukup kasar tanpa pernah memaksimalkan apa yang seharusnya dilakukan. Padahal, Kabir sendiri sudah menutup kisahnya dengan rapi, hanya untuk kemudian dikhianati mengikuti pola lingkaran setan yang tak berputar, sebagaimana banyak dilakukan oleh film horor yang enggan menutup kisahnya secara pasti.

0 komentar:

Posting Komentar