Jumat, 15 Agustus 2025

VIRGO AND THE SPARKLINGS (2023)

VIRGO AND THE SPARKLINGS (2023) 

Sebagai film ketiga dari Jagat Sinema Bumilangit, Virgo and the Sparklings jelas memberikan sebuah perubahan signifikan. Jika Gundala (2019) dan Sri Asih (2022) membawakan nuansa gelap dan kelam dalam latar belakangnya, lain serupa dengan yang satu ini, yang tampil lebih ringan dan sangat remaja. Singkatnya, Virgo and the Sparklings adalah sebuah pembeda (bukan berarti tak menjadi sebuah kontuniti) yang memberikan sebuah angin segar dalam franchise-nya.

Diangkat dari webtoon karya Annisa Nifsihani dan Ellie Goh berdasarkan karakter ciptaan Jan Mitarga, kisahnya sendiri ialah mengenai Riani (Adhisty Zara), remaja SMA yang terpaksa harus pindah-pindah sekolah karena sering mengakibatkan kekacauan akibat belum mampunya ia mengendalikan api yang selalu keluar dari tangannya. Pindah sekolah untuk kesekian saat itu, ia kemudian berteman dengan Ussy (Satine Zaneta), Monica (Ashira Zamita) hingga Sasmi (Rebecca Klopper) dan membentuk sebuah band bernama "The Virgos" berkat kesamaan bintang masing-masing. Riani menyanyikan vokalis, Ussy si kibordis, Monica si drumer hingga Sasmi sang manajer kemudian mengikuti kompetisi band setempat.

Kekhawatiran sempat muncul tatkala masing-masing dari mereka takut identitas terungkap (orang tua tak menyetujui keinginan masing-masing), yang kemudian mereka tutupi dengan topeng. Dalam kompetisi, rival mereka adalah Scorpion Sisters, band idola yang dipimpin oleh Carmine (Mawar de Jongh) yang menyimpan perasaan kepada Leo (Bryan Domani), si fotografer yang selalu ia andalkan. Namun, seperti yang kita tahu, Leo malah lebih tertarik pada Riani.

Ditulis naskahnya oleh Rafki Hidayat (Kafir, Makmum 2) bersama Johanna Wattimena (Teman Tapi Menikah, The Big 4), Virgo and the Sparklings berisikan dunia remaja dengan segala permasalahannya yang kompleks. Keinginan yang bersebrangan dengan orang tua, proses pencarian jati diri, romansa hingga keinginan untuk menyelamatkan dunia yang mana selalu diembam oleh orang tua yang mereka lakukan, semuanya ditampilkan, meski pada kenyataannya naskahnya cukup petikan dalam merangkum aspek tersebut, yang membuat filmnya tampil penuh sesak tanpa adanya bobot yang lebih berarti.

Selain dapat mengeluarkan percikan api di tangannya, Riani juga dianugerahi kemampuan lain, yakni sinestesia. Dalam sebuah adegan di sekolah hingga tatakala ia berjalan menapaki lorong, Riani dapat melihat warna suara layaknya sebuah gelemung, ia bahkan bisa mendeteksi perasaan seseorang, yang dapat membedakannya ketika ia berbohong atau tidak. Sayang, naskahnya urung memberikan eksplorasi lebih terkait elemen ini-yang sebatas menempelkannya sebagai sebuah keharusan alih-alih keinginan memperkaya pemceritaan.

Pun, demikian dengan pengadeganan Ody Harahap (Orang Kaya Baru, Sweet 20, Hit & Run) yang gagal menafsirkan momen tersebut untuk terasa spesial. Bukan berarti buruk, namun apa yang ditampilkan teramat biasa dengan pencapaian yang seharusnya dapat tampil lebih maksimal. Biarpun begitu, Ody tahu betul bagaimana menjaga Virgo and the Sparklings agar tetap berwarna lewat pengarahan cepat, termasuk dalam sekuen aksi, yang akan menjaga mata penonton untuk tetap terbelak, diikuti dengan beberapa daya hibur miliknya yang akan dengan mudah dicerna.

Pada saat yang sama, seisi kota dihebohkan oleh kesurupan massal yang dialami oleh anak muda setelah menonton sebuah video musik. Efeknya sendiri tampil domino, di mana mereka mulai menganiaya hingga menyiksa orang tua. Komparasi yang memberikan sebuah pemaknaan lebih bagi latar belakang sang penjahat hingga secara luas bagaimana kerenggangan hubungan antara anak-orang yang sering ditemui yang kebanyakan terjadi dalam sudut pandang sekaligus pola pemikiran yang bersebrangan.

Mengetahui kekuatan apinya dapat membuat orang-orang yang kesurupan sadar, Riani kemudian bertekad membereskan semuanya yang justru menyebabkan serangkaian konflik bersama teman-teman sekaligus orang tuanya yang dari sini menyebabkan sebuah kecacatan terkait pola penulisan (baca: karakterisasi) yang serba instan dan kurang koheren jika diterapkan.

Turut diperparah dengan penyuntikan filmnya yang menyebabkan transisi kasar. Virgo and the Sparklings memiliki alur kemajuan yang melompat-lompat berkat ketiadannya sebuah jembatan penghubung antar adegan. Disusul kemudian dengan tata suara yang di beberapa adegan terdengar mendem, yang bisa saja disebabkan oleh kurangnya artikulasi pemain maupun belum cakap hingga pekanya sang sutradara mengolahnya.

Meski demikian, deretan nomor musikal seperti Sahabat Angin hingga Salah mampu berjalan lancar tanpa adanya kendala, semakin menyenangkan saat performa para pemainnya memang terlihat meyakinkan. Wajar, masing-masing dari mereka telah atau bahkan tengah menggeluti dunia musik. Zara memberikan performa yang disukai sebagai pahlawan remaja, meski yang paling mencuri perhatian disini alah Ashira Zamita serta Satine Zaneta, yang dalam film pertamanya secara mengejutkan memberikan sebuah performa yang sukar dilupakan. Ashira dengan kemampuan comedy timing-nya yang tepat sasaran, Satine dengan kepekaan menyikapi situasi sebagaiman bakat turunan yang dimiliki sang ayah (Abimana Aryasatya). Keduanya mempunyai masa depan cerah, selamat jeli dalam memilih naskah.


 

0 komentar:

Posting Komentar