Rabu, 13 Agustus 2025

RAM SETU (2022)

RAM SETU (2022)

Ide awal pembuatan Ram Setu sudah dicanangkan sejak 2007 (digunakan pula filmnya untuk membuka sebuah sekuen berlatarkan Bamiyan, Afghanistan) oleh sutradara sekaligus penulis naskah Abhishek Sharma (Tere Bin Laden, Parmanu: The Story of Pokhran, Suraj Pe Mangal Bhari) sebelum akhirnya terealisasi dan sempat tertunda akibat pandemi. Mitos atau kenyataan? Demikian pertanyaan yang dilontarkan oleh Ram Setu yang turut memasuki ranah di dalamnya termasuk agama, beragam sains, hingga budaya.

“Agama membelah, budaya menyatukan”. Demikian salah satu dialog yang diucapkan oleh Dr. Aryan Kulshresta (Akshay Kumar), arkeolog atheis yang memuja sains berdasarkan bukti. Ia dihadapkan pada pertanyaan mengenai eksistensi Ram Setu (atau Jembatan Adam) yang mengatakan bahwa jembatan tersebut dibuat oleh Dewa Rama atau hanyalah sebuah proses sedimentasi layaknya kebanyakan ilmuwan menyebutkan?. Dalam perjalanan mencari jawabannya, Aryan memulai sebuah petualangan demi mencari sebuah kebenaran yang membawa melanglang-buana hingga ke Sri Lanka sebagaimana keabsahan yang dimuat dalam mitologinya.

Paruh pertama Ram Setu melontarkan benturan antara sains dan mitologi yang sengaja diperdebatkan. Beberapa pendapat ditampilkan kemudian menyusul fakta belakangan yang membuat filmnya kaya akan informasi bobot. Pemicunya sendiri adalah proyek Sethusamudram yang diprakarsai oleh Indrakant (Nassar) yang berniat menghancurkan Ram Setu demi mempermudah perjalanan India ke Sri Lanka.

Sejatinya, narasi yang dibuat oleh Sharma terbilang formulaik dengan tambahan DNA Indiana Jones hingga National Treasure. Diperlukan atensi yang kuat untuk membuat penonton terpikat akan petualangan yang hendak ditawarkannya dan Ram Setu berusaha keras mereplika hal tersebut meski mengarahkan beberapa teknis, sebutlah efek CGI yang kentara artifisial (keseluruhan budget-nya sendiri sebesar ₹150 crore).

Jika mengingat hal diatas, demi menikmati sebuah hiburan, filmnya sendiri memberikan kesegaran mengikuti arus utama film Hindi belakangan yang enggan menahan diri. Dalam perjalanannya, Dr. Aryan turut ditemani oleh Dr. Sandra (Jacqueline Fernandez), si aktivis lingkungan, Dr. Gabrielle (Jeniffer Piccinato) hingga AP (Satyadev Kancharana), yang menemani demi keuntungan moneter.

Sayang, semuanya tak berjalan kontuniti terlebih petualangan yang dilakukan filmnya sebatas hiasan jendela belaka dengan tambahan aksi kucing-tikus yang alih-alih menguatkan malah membuatnya terasa dipaksakan. Ram Setu kurang memiliki cengkraman yang kuat dalam melibatkan penonton di dalamnya, terutama saat filmnya mulai berganti fokus demi terlihat superior.

Menjelang konklusi, filmnya menampilkan sebuah drama ruang sidang melalui monolog sarat analogi yang diungkapkan oleh Aryan, saya menyukai bagaimana filmnya melemparkan informasi-tetapi menyayangkan bagaimana keputusan sang sutradara melalui ambisinya yang begitu besar, mengakhiri luka filmnya yang kemudian mengambil jalur singkat dengan menambahkan elemen deus-ex-machina di dalamnya.

Saya paham, filmnya ingin menyampaikan sebuah perjalanan spiritual bagi karakternya yang berakhir pada sebuah katarsis yang rasanya sudah cukup dengan melakukan perjalanan dan menemukan bukti-bukti dengan validitas yang sudah tak diragukan lagi. Akan lebih efektif dan efisien apabila Ram Setu memperluas karakterisasi filmnya yang tak kalah penting dan cukup berperan, sebutlah keberadaan Gayatri Kulshresta (Nushrratt Bharuccha), istri Aryan yang merupakan seorang profesor sastra yang juga telah ditemukan keberadaannya.

0 komentar:

Posting Komentar