Sabtu, 09 Agustus 2025

MOHON DOA RESTU (2023)

MOHON DOA RESTU (2023)

Mudah sekali untuk mencap Mohon Doa Restu sebagai satu lagi sajian klise khas FTV. Saya mungkin tidak bisa menyalahkan hal itu, karena sejatinya kesan familiar amat kentara sedari awal. Meski disebut sebagai hal demikian, rasanya kurang berimbang. Saya (dan tentu saja beberapa orang banyak di luar sana) tak selalu mempermasalahkan sebuah film harus membawa sebuah pembaharuan, terkadang sebuah film yang biasa saja dapat menjadi luar biasa dengan mengeliminasi sebuah formula. Mohon Doa Restu mungkin tidak sepenuhnya demikian, meski menyebut "gampangan" terasa terlalu naif.

Mel (Syifa Hadju) dan Satya (Jefri Nichol) adalah teman sedari kecil yang selalu bermasalah dalam urusan percintaan. Entah itu menghalangi restu orang tua hingga kurang pekanya pasangan selalu menerpa. Itulah yang membuat kedua orang tuanya (terutama sang ibu) berniat untuk menjodohkan mereka, terutama, baik Ira (Sarah Sechan) maupun Widi (Cut Mini) sama-sama mendambakan status baru dan hidup bersama-sama sebagai sahabat sekaligus besan.

Paruh utama Mohon Doa Restu seolah menjawab sekaligus memposisikan filmnya sebagai sajian drama-komedi yang sangat kental. Kemunculan duo Sarah-Mini seketika mengatrol filmnya, mengangkat humor biasa menjadi lebih segar lewat pembawaan keduanya. Saya tidak keberatan jika film selalu memunculkan interaksi keduanya yang menggambarkan ibu-ibu riweuh yang dewasa ini banyak terilhami.

Selanjutnya, Mohon Doa Restu bak berisi kompilasi drama yang terus direpetisi. Hal ini disebabkan melemahnya fondasi yang sebatas menggelar celetukan komedi dengan porsi drama yang tak cukup. Singkatnya, Mohon Doa Restu kekurangan fondasi akan narasi yang tak seberapa mempunyai isi. Beruntung, berkat performa jajaran pemainnya (ide cemerlang mempersatukan Sarah Sechan dan Cut Mini dalam satu layar) semuanya dapat teratasi.

Ditulis naskahnya oleh Cassandra P. Cameron dan Yayu Yuliani (berdasarkan cerita hasil pengembangan keduanya bersama Hanan Novianti, Amelya Oktavia, Arief Ash Shiddiq dan Gina S. Noer), Mohon Doa Restu baru menampakkan tajinya di babak ketiga, ketika mulai membuka sebuah rahasia (atau lebih tepatnya ketidakberimbangan peran keluarga) disentuh, yang menunjukkan kehadiran ayah Mel, Arief (Kiki Narendra) yang dalam diamnya akhirnya menceritakan segala keresahannya. Seperti biasa, Kiki piawai dalam bermain emosipun tandem-nya dengan Mini mampu menggiring ke sebuah persepsi lain yang rasanya tidak mudah dimengerti, namun dapat dipahami.

Mohon Doa Restu banyak mengedepankan situasi komedi sebagai jualan, beberapa dinataranya berhasil meski tak sedikit pula yang meleset. Dari sini, hadir nama lain sebagai scene stealer yang tak kalah bersinar, Dea Panendra sebagai Astrid, sahabat Mel, lewat tingkah lakunya yang terlalu bersahabat dengan alkohol mampu menciptakan sebuah ke-riweuh-an yang tak kalah mengasyikkan.

Sebagai kisah antara Mel dan Satya, Mohon Doa Restu mungkin kurang mengeksplorasi hubungan keduanya agar tampil memikat. Bahkan, kedekatan keduanya semasa kecil pun sama sekali tak berasa. Jefri dan Syifa mungkin kalah jika dibandingkan nama senior, namun keduanya mampu menghantarkan sebuah chemistry yang cukup manis, sebutlah momen ketika mereka berdua menghabiskan malam dengan menyantap mie instan bermandikan gemerlap bintang-bintang sebelum akhirnya terpecahkan kala Satya mengaku gemetaran. Momen ketika laki-laki merasa canggung mungkin jarang ditampilkan, dan film ini membenarkan bahwa momen seperti itu memang benar adanya.

Bukan tanpa kekurangan, sedari awal memang Mohon Doa Restu kurang akan sebuah pijakan dan beberapa pertanyaan ditinggalkan begitu saja tanpa adanya kepastian atau perubahan yang logis (ini menimpa pada karakterisasi salah satu ibu yang berubah secara simultan). Namun, satu hal yang pasti dan sekaligus penting, sutradara Ody C. Harahap (Me vs. Mami, Kapan Kawin?, Virgo & the Sparklings) mampu memberikan sebuah konklusi yang manis, seolah memperbaiki segala kesalahan tadi tatkala menghantarkan sebuah persepsi baru mengenai esensi "doa dan restu" yang tak berukuran kalimatnya. Sebuah pesan yang sangat relevan sekaligus penuh kehangatan.

0 komentar:

Posting Komentar