SELFIEE (2023)
Merupakan remake resmi dari film berbahasa Malayalam, Driving License (2019), Selfiee mengikuti pola parasosial sebagaimana yang telah Fan (2016) dan An Action Hero (2022) baru-baru ini dilakukan, di mana perasaan kagum dan cinta akan selebriti dibuat sebaliknya pasca sebuah tragedi. Terkesan usang memang, namun apa yang ditampilkan sebenarnya cukup untuk menambah jajaran penasaran sebuah film berlandaskan hiburan.
Saya menyebutnya karena sejatinya Selfiee tak menawarkan sebuah pembaharuan selepas pidato Akshay Kumar di paruh awal yang menyampaikan bahwasannya film ini dibuat untuk para penggemar di seluruh dunia dan seorang bintang tak ada artinya tanpa kehadiran mereka. Tanpa adanya pesan berbayar ini, penonton pun sudah pintar akan makna tersirat sebuah film yang justru sempat goyah dengan pesan yang diusungnya.
Sang bintang yang bermaksud bernama Vijay Kumar (Akshay Kumar) yang hendak melangsungkan proses syuting di Bhoopal. Kehadirannya di sambut meriah oleh para penggemar termasuk Om Prakash Aggarwal (Emraan Hashmi), petugas RTO yang begitu menggilai sang bintang-hingga rutin mengirim pesan selepas menonton filmnya. Keinginan Om layaknya kebanyakan penggemar pada umumnya, yakni melakukan swafoto bersama sang idola pujaannya.
Keinginan terbesarnya itu akhirnya terkabul selepas korporator Vimla Tiwari (Meghna Malik) meminta Om untuk membuat SIM pasca desakan sang produser yang ingin mengambil gambar di Bhoopal yang mengharuskan Vijay memegang barang tersebut-setelah sebelumnya hilang. Om begitu antusias dengan syarat meminta ketidakseimbangan agar Vijay datang dan mengambil swafoto bersamanya. Akibat kesalahpahaman, proses yang sama-sama menguntungkan tersebut berubah menjadi sebuah hubungan antara superstar dan penggemar.
Ditulis naskahnya oleh Rishhab Sharma (Good Newwz, JugJug Jeeyo, Dostana 2) berdasarkan naskah asli buatan mendiang Sachy, antagonisasi dalam Selfiee dihilangakan dan lebih mengedepankan kepada sebuah persepsi yang saling bersebrangan. Vijay berasumsi bahwa apa yang telah dilakukan Om begitu picik, sementara Om berasumsi bahwa Vijay telah melucuti "kepahlawanan" sekaligus harga dirinya di depan sang anak, Guddu (Neev Ahuja) yang merupakan penggemar berat sang superstar.
Itulah yang merupakan inti keseluruhan Selfiee, yang dalam penyutradaraan Raj Mehta (Good Newwz, JugJug Jeeyo) dimainkan lewat intrik sederhana yang juga menyinggung perihal isu boikot bollywood yang belakangan marak terjadi. Persentasenya mungkin tak pernah berada di taraf yang lebih tinggi, meski terkait pacing dan pengadeganan semuanya berhasil mengendalikan cukup mumpuni.
Terlebih lagi, seri konfliknya pun ikut membuka bertemakan pihak lain yang sama-sama saling mendukung, sebutlah Minty (Nushrratt Bharuccha) istri Om hingga Naina (Diana Penty), istri Vijay yang tengah menanti proses surogasi selepas pose syuting sang suami rampung. Sayang, keberadaan mereka sebatas dijadikan pelengkap alih-alih sebuah keharusan memperluas penceritaan menjadi semakin kompleks.
Media permainan dan pemanfaatan selebriti sebagai ajang panjat sosial sebuah korporasi juga ikut disinggung, yang meski berjalan di permukaan tidak mampu memberikan sebuah kejadian yang cukup bagi penceritaan dalam proses menampilkan sebuah ketegangan. Puncaknya adalah tatkala Om dan Vijay masing-masing saling berhadapan dalam mengikuti tes lisensi sebagaimana dilakukan masyarakat taat hukum dan aturan pada umumnya.
Dari sini, dialognya tampil tajam dan berisi yang turut disokong oleh performa Kumar-Hashmi yang sama-sama memaerkan kepekaan yang tinggi akan sebuah emosi pasca melontarkan pertanyaan dan jawaban saling mengisi. Ada sedikit tambahan bumbu opera sabun yang diselipkan, yang meski terkesan dibuat-buat demi menambah durasi, hasilnya cukup memberi tandem bagi penonton sambil memahami apa yang telah terjadi.
Memasuki konklusi, Selfiee mengambil jalan pintas sebagai upaya menyelesaikan setumpuk permasalahan yang kian memanas. Penulisnya bak kekurangan ide dalam upaya mengemas sebuah penutup-yang meski dapat mudah kita prediksi berlangsung haru dan manis sekaligus merekatakan sebuah pesan yang semula dicanangkan. Terdapat beberapa celah dari kata sang superstar yang seolah-olah merupakan sebuah pertunjukan dan kemudian menyulut sebuah serangan masal. Apapun menguasai emosi atau bukan, menjadi percuma kala penutupnya sebatas mengamini judul lalu meninggalkan hal lain yang tak kalah krusial sebagaimana yang dikedepankan oleh versi original.
0 komentar:
Posting Komentar