Minggu, 10 Agustus 2025

ASEQ (2023)

ASEQ (2023)

Judulnya sendiri merupakan bentuk sempalan dari kata Aashiq (kekasih dalam bahasa Hindi), meskipun disaat yang sama Aseq merupakan panggilan bagi jin yang memiliki kecenderungan untuk menyukai manusia. Premisnya sendiri menarik, namun itu hanya sebatas konsep. Aseq terjebak pada pola kebanyakan film serupa yang membawa nuansa segar namun kehilangan daya tatkala niatan tak sejalan dengan pengadeganan.

Ronnie (Vardhan Puri) baru saja putus dengan kekasihnya, Priyanka (Elena Fernandes) setelah sang kekasih memilih untuk kembali ke mantan kekasihnya, sementara Ronnie terjebak akan tagihan hutang yang terus menghantuinya. Berniat menuntaskan masalah finansialnya dengan meminta menunggu bantuan kepada kedua sahabatnya, Aadi (Adi Chugh) dan Sarim (Siddhant Kapoor) di sebuah pub, di luar dugaan, Ronnie malah bertemu dengan seorang wanita yang tengah sendirian dan teman sekamarnya yang tak datang, Lail (Sonnalli Seygall) namanya.

Setelah perkenalan yang terjadi ketidaknyamanan, baik Ronnie maupun Lail perlahan mulai menaruh perasaan satu sama lain, meski semenjak bertemu Lail, Ronnie mulai mengalami peristiwa aneh di rumahnya seiring perasaan deja vu yang sering terjadi padanya. Dari sini, ketidakbecusan para pembuatnya bermula, ketika ketakutan yang menimpa Ronnie sebatas menampilkan lemari yang terbuka, telepon yang mulai mengalami keanehan hingga karakter utama yang menolak percaya akan keadaan.

Singkatnya, Aseq dipenuhi oleh hal klise khas film horor dengan kualitas jongkok lainnya. Pengulangan ditingkatkan demi menambal durasi. Paruh awalnya pun tampil melelahkan akibat kegagalan build-up yang sengaja disimpan rapat demi menciptakan sebuah kejutan supaya filmnya terlihat pintar, dan tanpa disadari bahwa filmnya sendiri penuh akan tertutup.

Sutradara Sarim Momin (Bhagam Bhag, Rann, Sarkar) bersama sang penulis, Gauri Karnik (Sur: The Melody of Life) gagal menginterpretasikan premis menarik tadi ke dalam sebuah medium yang sebatas menjalankannya lewat dialog para pemainnya. Ini adalah cara curang dalam segi filmis.

Di sisi horor, Aseq bahkan sempat ingin merambah ranah drama dengan menampilkan misteri ketiga karakternya yang seiring berjalannya waktu mulai perlahan terkikis. Dan adanya masalah tersebut bertujuan untuk kembali merekatkan hubungan yang sempat renggang. Sayang, elemen ini pun tampil setengah matang, sebatas mereka ulang adegan lewat sebuah montase pelengkap momen flashback.

Seperti yang telah saya singgung, Aseq bergantung akan sebuah kejutan. Twist pertama tampil lemah karena mudah terprediksi, sementara twist kedua tampil cukup berani. Setidaknya, berani dalam hal konsep sebagaimana gemar yang dilakukan pembuatnya. Sebuah pilihan yang riskan tanpa pernah memikirkan sebuah pembangunan.

Para pemainnya pun tak menawarkan performa spesial. Semunya bermain dipermukaan, termasuk Sonnalli Seygall yang perdana melakoni debut horor. Sementara Vardhan Puri selepas peran dan debut penyutradaraan yang mengesankan di Yeh Saali Aashiqui (2019), Aseq bak sebuah penurunan. Sejalan dengan keseluruhan momen horor (termasuk penampakan hantunya) yang mengandalkan kualitas buatan CGI sebagai penjualan keseraman.


0 komentar:

Posting Komentar