Minggu, 10 Agustus 2025

MISSION: IMPOSSIBLE - DEAD RECKONING PART ONE (2023)

MISSION: IMPOSSIBLE - DEAD RECKONING PART ONE (2023)

Seri Mission: Impossible selalu memiliki ciri khasnya sendiri pula alasan mengapa rangkaian aksi hingga petualangan mengunjingi belahan dunia mempunyai urgensi tersendiri. Burj Khalifa sudah berhasil di panjat di Ghost Protocol (2011), pun pesawat berhasil digelantung dalam Rogue Nation (2015), sementara dalam Fallout (2018) Ethan sempat beraksi di sebuah helikopter. Selaku angsuran pertama, Dead Reckoning kembali memamerkan materi promosinya dengan menjual adegan Ethan Hunt yang menantang bahaya dengan mengendarai motor dan melompatnya diatas tepi tebing.

Keputusan yang disebut terakhir memang sedikit mengecewakan, namun diluar bahasan tersebut, sutradara sekaligus penulis naskah Christopher McQuarrie kembali menuhkodai sebuah misi berbahaya bagi Ethan Hunt yang tak segan untuk menantang maut. Kali ini evolusi ditampilkan, karena Ethan Hunt (Tom Cruise) harus berhadapan dengan musuh tak bertuan dan tak terlihat berupa kecerdasan buatan (atau Artificial Intelligence a.ka. AI) yang mengatasnamakan sebagai sebuah entitas. Entitas berbahaya tentunya.

Paruh pembukanya pun menjadi Saksi nyata kala AI berhasil mengelabui kapal selam Rusia yang berakhir pada membunuh seluruh awak kapal. Berangkat dari kekacauan tersebut memaksa Ethan Hunt untuk kembali turun tangan dan mengumpulkan para rekan setianya, Luther Stickell (Ving Rhames), Benji Dunn (Simon Pegg) hingga mantan agen MI6, Ilsa (Rebecca Ferguson) dalam sebuah misi memperebutkan sebuah kunci berbentuk salib yang merupakan sebuah alat kendali.

Di sisi lain, Ethan harus berhadapan dengan musuh lamanya, Gabriel (Esai Morales) yang ingin merebut kunci demi menguasai dunia. Tentu saja, ia tak sendiri, apalagi ia mempunyai Paris (Pom Klementieff) sebagai kaki tangan. Di saat yang sama pula, Ethan pun harus berselingkuh dengan Grace (Hayley Atwell), si pencuri ulung yang membawa tujuannya sendiri.

Dead Reckoning Part One mempunyai narasi sarat relevansi, yang bisa jadi merupakan gambaran nyata situasi dewasa ini. McQuarrie yang turut dibantu oleh Erik Jendersen menawarkan sebuah ancaman berskala global yang menjadi keunggulan film ini. Pun, siapa sangka premis yang ia bawa ini nantinya akan bersinggungan dengan beragam pihak termasuk membawa Eugene Kittridge (Henry Czerny) sang direktur IMF, juga ikut melibatkan si pemilik nama panggilan White Widow alias Alanna (Vanessa Kirby).

Hingga tak salah jika menjadi angsuran pertama, Dead Reckoning Part One terkesan terlalu panjang (durasinya mencapai 163 menit sekaligus terpanjang dari serinya). Ada sebuah kesan tarik-ulur yang cukup melelahkan yang seharusnya bisa lebih dipadatkan, meski di sana pula kita mengetahui sisi kemanusiaan seorang Ethan Hunt yang sering mementingkan kehidupan orang di sekitarnya daripada dirinya sendiri (dalam kontek ini wanita yang selalu hadir dalam hidupnya).

Jika mengenyahkan segala urusan tadi, Dead Reckoning Part One masih tetap menyajikan sajian menyenangkan yang patut untuk disaksikan mengingat filmnya selalu membatasi pula menghadirkan sebuah ketegangan. Beragam set-piece dimainkan, mulai dari gurun Namibia, aksi kucing-tikus di bandara Abu Dhabi, kejar-kejaran di jalanan Roma hingga urusan yang melibatkan kekacauan di kereta Orient Express jadi panggung yang sukar rasanya untuk tak terpikat olehnya.

McQuarrie pun tak asal menjadikan gelaran tersebut sebatas aksi tanpa isi, turut diperhatikannya pengadeganan hingga tata musik yang senantiasa memberi nyawa pada film ini. Pun, ketika semuanya sudah berada pada tempatnya, ia pun seolah memberikan jeda dengan menambahkan bumbu komedi situasi yang terbukti mumpuni. Momen yang melibatkan mobil jenis Fiat 500 adalah salah satu contohnya.

Entah kata apa lagi yang harus disematkan pada Tom Cruise yang seolah menolak tua, kita tahu ragam aksinya dilakukan tanpa bantuan stunt-man (tentu dengan bantuan polesan CGI yang tak kalah mumpuni), Dead Reckoning Part One seolah mematenkan bahwa seri Mission: Impossible dibuat hanya untuknya. Karakter lain pun ikut mencuri perhatian, sebutlah Pom Klementieff dengan pesona bad-ass yang memanarkan aura hammer-girl tanpa banyak kata adalah favorit saya, Hayley Atwell pun sebagai pendatang baru mampu berbaur dengan kapasitas tak perlu diragukan lagi. Meski keluhan saya terhadap salah satu nasib karakter wanitanya memunculkan sebuah kesan seperti tumbal yang harus dihilangkan demi mengurangi cabang cerita.

Sejauh ini, Dead Reckoning Part One mungkin seri yang paling lemah jika dibandingkan dengan predesesornya yang memasang standar tinggi untuk ukuran sebuah film aksi-spionase. Bukan berarti filmnya sepenuhnya buruk, melainkan ada sebuah kesan tertahan yang seharusnya dijadikan alasan bagi sebuah tujuan yang memanjangkan penceritaan dengan membaginya menjadi dua bagian. Sungguh, sebuah keputusan yang begitu beresiko.

0 komentar:

Posting Komentar