Agustus 03, 2025
MISTERI BILIK KOREK API

Misteri Bilik Korek Api adalah salah satu contoh bahwa dalam membuat film niatan saja tak cukup. Diperlukan keterampilan dalam mengolah, menerjemah, hingga memberikan interpretasi yang mampu dalam menghidupkan cerita. Lebih dari itu, keberadaannya harus bisa menyulut simpati bahkan empati yang memungkinkan penonton larut dalam narasi. Sayangnya, film ini tidak memiliki itu semua.
Semua berawal ketika Dina (Maisha Kanna) bersama adik-adiknya di sebuah panti asuhan yang dipimpin oleh Ibu Asih (Nunung Deni Puspitasari) pindah ke sebuah bangunan baru dengan alasan efisiensi ekonomi. Bangunan tersebut menyimpan sebuah ruangan misterius, bilik yang berisi mainan serta bungkus korek api yang menempel di dindingnya. Keanehan pun terjadi, terutama setelah datangnya Luna (Nafiza Fatia Rani), gadis pendiam yang menjadi keluarga baru mereka.
Penyutradaraan Ludy Oji Prastama (Lamun Sumelang, Tilik, Kembalilah dengan Tenang) pun tak sekuat tenaga, pengadegannya sering larut dalam kebosanan akibat tempo yang begitu pelan. Sejatinya, tempo yang pelan dapat diatasi jika sang sineas mampu mengakali apa yang sedang dan ingin terjadi.
Alhasil, Misteri Bilik Korek Api tampil lambat akibat narasi yang kurang mengikat atensi, sebatas hadir dari awal, terseok-seok dalam babak kedua, dan memaksa menjelang konklusi. Rasanya nihil adanya sebuah urgensi ketika filmnya terlampau sibuk untuk memberikan arti bagi korek api yang sebatas hadir di permukaan, nihil adanya sebuah kedalaman.
Itulah mengapa konklusinya tidak memberikan dampak yang signifikan. Misteri Bilik Korek Api terlampau naif dengan judulnya yang memasang kata "misteri" yang ada hanyalah setumpuk narasi nihil eksposisi tak berarti. Bahkan kehadiran Maisha Kanna dan Nafiza Fatia Rani pun tak mampu membantu keberlangsungan film ini.
0 komentar:
Posting Komentar