Agustus 27, 2025
POLICE EVO (2019)
Sekuel untuk Polis Evo (2015) ini mengubah haluan dari buddy-cop-comedy ke dalam aksi prosedural serius para polisi dalam memberantas gembong narkoba, yang mana merupakan keputusan berani pula beresiko dalam mengubah nuansa sarat tawa ke momen penuh adegan kelam. Selaku film hasil kerjasama dua negara (Indonesia & Malaysia), Police Evo (untuk pemakaian judul internasional, termasuk Indonesia) yang memiliki judul asli Polis Evo 2-juga menyelipkan sebuah kritik terhadap fanatisme pemimpin agama yang menghalalkan segala cara demi mewujudkan kehidupan dunia sesuai keinginannya.
Rian (Raline Shah) adalah anggota Polri asal Indonesia yang ditugaskan untuk memburu Riky (Tanta Ginting) bandar narkoba kelas kakap dengan cara menyamar sebagai salah satu anggotanya. Misi ini ternyata membawa Rian pada sebuah tuduhan pembunuhan, di samping dirinya yang baru saja memperlihatkan sebuah pengkhianatan. Untuk membersihkan namanya, Rian harus membawa Riky sebagai barang bukti.
Inspektur Khai (Shaheizy Sham) dan Inspektur Sani (Zizan Razak) adalah polisi yang hendak menangkap Rian atas kasus pembunuhan. Ketiganya secara tak sengaja bertemu di sebuah kota kecil bernama Cherong (tentu ini adalah kota fiksi) dan kemudian terjebak dalam sebuah bencana kala kelompok al-Minas menuntut pengampunan sang ketua. Yang ketiga harus berjibaku demi melumpuhkan teroris pula menyelamatkan nyawa 200 orang yang telah mereka sandera sebagai ancaman.
Yang memimpin pasukan al-Minas secara sementara adalah Saif alias Hafsyam (Hasnul Rahmat) yang lewat performa-nya mampu membuat penonton melayangkan sebuah kebencian. Saif tak segan membunuh nyawa (baik itu orang tua maupun anak-anak) kala salah satu dari mereka membantah, ia mengaku sebagai "Prajurit Tuhan" yang dirahmati dan selamanya di selamatkan. Sikap serta tutur bicara Saif menyiratkan bahwa para pemimpin agama ekstrim memanglah kejam, lebih kejam dari iblis maupun setan.
Police Evo kemudian membagi fokus penceritaannya ke dalam dua fase, 1) Pengenalan para tokoh dan 2) sekuen aksi beroktan tinggi. Naskah hasil karya sang sutradara Joel Soh (yang berduet dengan Andre Chiew) bersama Kyle Goonting dan Anwari Ashraf mungkin gagal menyajikan keduanya secara runut, meski pembawaan kedua elemen tersebut masih dapat dipahami. Naskahnya keteteran dalam membagi opsi-yang membuat kedua elemen tersebut tidak benar-benar tersaji.
Namun, pasca Joel dan Andre banting melakukan serangkaian aksi, keduanya melahirkan sebuah sajian beroktan tinggi yang selalu menyulut ketegangan. Intemsitas kian menggabungkan yang juga memberikan tantangan bagi para pemeran. Termasuk Raline Shah yang tampil meyakinkan sebagai sosok wanita yang kuat pantang menyerah. Sangat menakutkan, terkait kedalaman penokohan (ini terjadi pada semua karakter) naskahnya bak tak memperdulikan, sebatas memberikan peran mereka untuk bertarung dan tanpa melibatkan rasa di dalamnya.
Padahal, Polisi Evo sempat menampilkan hal demikian dalam sebuah momen penyekapan, di mana Sani dihadapkan pada pilihan sulit antara memilih menyelamatkan atau menyelamatkan. Psikis Sani tentu saja terguncang-yang kemudian hanya berjalan sambil lalu tanpa memanfaatkan keadaan. Pun, demikian dengan karakter Mike Lucock yang memerankan Najr, ajudan kepercayaan Saif yang mempunyai misi pribadi terkait membalas dendam sang adik-yang berakhir kurang dieksplorasi keterkaitannya.
Lagi pula, tontonan macam Police Evo hanya diniatkan sebagai sebuah hiburan yang dapat memuaskan dan menerapkan pemikiran demikian. Namun, pasca naskahnya yang ingin ditampilkan lebih menyiratkan sebuah pengisahan, ini tentu berakhir pada sebuah kesalahan. Setidaknya, menggulirkan aksinya tampil memuaskan, meski keputusan menerapkan quick-cuts mengurangi sebuah kenimatan.
Menjelang konklusi, karakternya di giring pada sebuah situasi yang menunjukkan di mana tidak banyak ruang untuk bergerak. Pujian patut dialamatkan pada Polisi Evo kala ia sendiri enggan menerapkan deus-ex-machina sebagai penyelesaian akhir. Keputusan memilih opsi "sampai titik darah penghabisan" adalah sebuah keputusan yang tepat. Hal demikian tentu sejalan dengan janji dan sumpah para aparat kepolisian. Polisi Evo jelas patut diberi kesempatan.
0 komentar:
Posting Komentar