Rabu, 27 Agustus 2025

HARPOON (2019)

 HARPOON (2019)

Harpoon garapan sutradara Rob Grant (What Doesn't Kill You) adalah komedi hitam langka di mana sifat para karakternya yang sulit dipercaya dan cenderung penuh tanda tanya membuat jalinan cerita solid yang sulit ditebak. Di sisi lain, Harpoon juga menyentil para "teman palsu" yang tak tahu diri-memaknai sebuah pertemanan sebagai tempat memanfaatkan alih-alih mempersatukan. Kondisi tersebut kerap terjadi pada orang dewasa ini.

Dibuka lewat sebuah voice-over dari seorang narator yang disuarakan oleh Brett Gelman-yang menyuarakan teori Aristoteles mengenai tiga jenis pertemanan yang terkandung dalam buku Etika Nikomakea, naskah garapan Rob Grant dengan tambahan tulisan dari Mike Kovac (Fake Blood) menambahkan sebuah penjelasan yang nantinya menggiring pada sebuah inti cerita mengenai tiga sahabat: Jonah (Munro Chambers) yang baru saja kehilangan kedua orang dan memilih menghabiskan waktu semalam untuk bercerita dengan PSK, Richard (Christopher Gray) si anak kaya yang tempramen, serta Sasha (Emily Tyra), kekasih Richard-yang juga seorang perawat.

Richard yang mendatangi rumah Jonah seketika memukulnya hingga berdarah, hal ini menyebabkan atas sebuah tuduhan bahwa Jonah berselingkuh dengan Sasha. Sasha menjelaskan bahwa pesan yang dikirimkan kepada Richard adalah sebuah kesalahpahaman. Guna menebus rasa bersalahnya, Richard mengajak serta Jonah dan Sasha untuk berlibur ke sebuah pulau lewat perahu pesiar yang telah ia sewa, menghabiskan waktu bersama sambil menaburkan abu orang tua Jonah-yang kemudian menjadi sebuah awal terciptanya sebuah kekacuan.

Kekacauan yang tejadi bermula pada sebuah ketidakjujuran dan prasangka berlebihan. Grant menciptakan sebuah candaan-yang menjerumuskan pada sebuah tindakan berbahaya yang melibatkan nyawa. Semula tampak biasa, namun, di situlah letak keunikan Harpoon yang secara mengejutkan membuka sebuah sisi kelam manusia dalam lingkungan pertemanan-yang tak seperti yang dibayangkan. Ketiga karakter tersebut menyimpan sebuah intensitas serta rahasia yang sukar ditebak mengarahkannya.

Keberhasilan Grant bukan sekedar menciptakan sebuah kejutan, melainkan juga sebuah kekonsistenan pada penceritaan dengan setia pada komedi hitam-yang terlontar dalam nada sarkasme-yang tak jarang tampil menggelitik pula cerdas. Ya, Harpoon dengan tersirat membentuk sebuah struktur cerita rapi dalam menganalogikan sebuah peristiwa-meski berbekal dialog semata, sebutlah momen yang melibatkan cerita Edgar Allan Poe dalam The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket yang secara tak langsung memberikan petunjuk saat reka ulang isi novelnya (termasuk nama karakter di dalamnya).  

Grant pun tak malu-malu menampilkan sebuah banjir darah pula kematian tragis yang memaksa karakternya melakukan hal tersebut dengan dalih demi bertahan hidup. Dari sana ketegangan tercipta yang seketika meningkatkan intensitas filmnya demi menciptakan sebuah hiburan menyenangkan sekaligus memiliki sebuah keterkaitan.

Harpoon di samping konsistensi pada materi, juga menampilkan horor nyata berupa perilaku manusia-yang sulit ditebak. Ketika moralitas dipermainkan dan loyalitas dibahas, timbul sebuah intensitas yang juga disembunyikan. Grant sekali lagi, membuka tabir rahasia tersebut secara rapi pula memberikan efek kejut yang berhasil tersampaikan.

Dengan durasi 83 menit, Harpoon tampil solid berkat ketepatan timing yang mengantarkannya pada sebuah pengadeganan tepat sasaran. Konklusinya kembali menggebrak penonton lewat DNA serupa The Mist (2007) yang menanggalkan sebuah penyesalan. Selaras dengan keputusan tersebut, Grant seolah memberikan jawaban atas tindakan yang dilakukan para karakternya, bahwa sebuah kisah sejatinya akan bermuara pada sebuah penyesalan.


0 komentar:

Posting Komentar