Sabtu, 30 Agustus 2025

VODKA DIARIES (2018)

VODKA DIARIES (2018)

Sebagai thriller berbasis whodunit, Vodka Diaries tampil dengan world building yang meyakinkan-berbekal tampil konsisten menelaah pertanyaan 5W1H. Misteri di sibak perlahan oleh sutradara debutan Kushal Srivastava berdasar naskah hasil pemikiran Vaibhav Bajpai-yang juga pertama kali menulis naskah. Bajpai amat terinspirasi oleh Shutter Island-nya Martin Scorsese dalam mengembangkan cerita, itu bukanlah sebuah dosa pula tak haram hukumnya selama penceritaannya tersaji seperti aslinya. Sayang, kegemaran Bajpai terhadap karya Scorsese menghantarkan Vodka Diaries pada titik terendah filmnya seputar penebusan-yang tak setimpal atau dengan kata lain terlampau cethek.

Park Your Demons in the Dark, demikian ucap salah satu karakter yang dimainkan oleh Raima Sen sebagai Roshni Banerjee kepada protagonis utama kita, ACP Ashwini Dixit (Kay Kay Menon) yang tengah menyelidiki pula melakukan penyelidikan terhadap serangkaian pembunuhan di Manali-yang menimpa tiga orang pria pula tiga orang wanita dalam kematian yang misterius. Vodka Diaries disinyalir sebagai pusat terjadinya pembunuhan tersebut. Bersama sang rekan, Ankit Dayal (Sharib Hashmi), ACP Ashwini Dixit memecahkan misteri terkait dalang di balik pembunuhan tersebut. Pada saat itu juga, sang isteri, Shikha (Mandira Bedi) tiba-tiba menghilang.

Meski paruh pertama tampil sesuai prosedur, Vodka Diaries tampil cukup menjemukan saat membuka guliran penceritaan, di isi oleh perkenalan karakter-yang daripada memberikan pencerahan alih-alih tampil cukup menggelikan lewat barisan dialog (sok) puitis yang dilontarkan Shikha (dia seorang penulis) yang bak kumpulan kalimat di rajut secara paksa-demi terciptanya sebuah hasil rangkaian kata yang tak mempunyai makna. Beruntung, momen tersebut tampil sebentar di tengah Srivastava mulai banting setir menghadirkan sebuah petunjuk penghantar kejadian sebenarnya.

Harus diakui, penebaran benih tersebut menghasilkan sebuah sinkronasi penyelidikan cerita-yang hendak kita menebak arah kebenarannya-meski acap kali terkendala perihal penempatan timing sempurna bagi pengadeganannya yang bak asal tempel-yang contohnya masih bisa Dipahami. Setidaknya, keriuhan bar tempat pesta pora pula penjelajahan tak terduga memberikan sebuah sentuhan yang masih bisa dipatenkan-di tengah karakterisasi si protagonis utama yang terkadangkala tampil menyebalkan.

Kay Kay Menon boleh saja memberikan nyawa terhadap karakternya-yang dilanda kesusahan, namun naskah tak memberikan banyak nyawa untuk tampil mengesankan. Ini akibat dari penulisan Bajpai-yang sengaja menyimpannya sebagai twist utama filmnya-yang terlampau boros menjawab pertanyaan di penghujung cerita daripada memberikan sebuah sentuhan sebagai proses menuju sebuah gerbang kebenaran.

Meski sempat dilakukan, Vodka Diaries tekendala perihal penyusunan berbalut misteri yang tak terelakkan, kehadiran karakter yang memainkan sebuah karakterisasi bermuka dua gagal memberikan sumbangsih sempurna akibat ketiadaan performa yang meyakinkan. Alhasil, saat mereka menampilkan opsi tersebut, kecanggungan di dapat-yang kemudian ikut di amini oleh eksekusi kebanyakan filmnya. 

Meskipun demikian, bentangan alam yang menangkapnya begitu cantik oleh Maneesh Chandra Bhatt, sinematografer yang paham betul bagaimana menampilkan sebuah pemandangan yang meyakinkan, contohnya adalah ketika Bhatt menangkap gambar menggunakan drone ketika Ashwini Dixit berlari di kemiringan salju, momen tersebut memberikan nyawa tersendiri terkait keindahan pengalaman sinematik.
Vodka Diaries memang bermasalah. Paruh pertama menawarkan sebuah janji terhadap imaji-yang juga tersaji mengingkari sebuah introduksi. Sungguh inspirasi yang tidak terwakili.

0 komentar:

Posting Komentar