Minggu, 31 Agustus 2025

CHHICHHORE (2019)

 CHHICHHORE (2019)

Chhichhore (Flippant) membawakan pengisahan terkait kehidupan, terutama bagi mereka yang telah melakukan usaha dan berakhir pada sebuah kegagalan. Seberapa kuat kita menyembunyikan dan menguburnya rapat-rapat kerap kita lakukan dari kehidupan, karena pada akhirnya sebuah "kegagalan" merupakan "coretan" yang menghambat laju kehidupan. Pemikiran pula kondisi tersebut kerap kita lakukan, sehingga sulit untuk mengakui bahkan menganggukan kepala ketika Chhichhore berbicara.

Disutradarai oleh Nitesh Tiwari (Chillar Party, Bhoothnath Returns, Dangal) Chhichhore membagi pengisahan dalam dua lini masa. Annu (Sushant Singh Rajput) tengah menikmati kehidupannya sambil menunggu hasil tes sang putera, Raghav (Mohammad Samad)-yang ia yakin akan lolos. Sampanye sebagai bukti perayaan telah ia siapkan-meski Raghav acap kali menolak sebelum melihat hasilnya. Malang bagi Raghav, hasil tes yang ia nantikan berakhir kegagalan. Putus asa karena tak seperti kedua orang tua-yang selalu behasil, Raghav kemudian melompat dari balkon, sebelum cap "pecundang" ia terima.

Keputusan Raghav memukul hati Anni pula sang mantan istri, Maya (Shraddha Kapoor)-yang menurutnya-Annu terlampau memberikan tekanan terhadap sang putera. Berangkat dari kejadian itu, Anni kemudian membuka kembali lembaran foto, mengingat perjuangannya ketika di asrama kampus, menceritakan sebuah nilai kehidupan kepada sang putera-sembari menanti sebuah keajaiban medis datang.

Dari sana pula, cerita tentang Sexa (Varun Sharma) si hiperseksual, Acid (Naveen Polishetty) si muka "asam" yang mudah marah, Bevda (Saharsh Kumar) si pemabuk, Mummy (Tushar Pandey) si "anak mami" hingga "sang bapak" Derek (Tahir Raj Bhasin) hadir-menghibur terkait hati Raghav-meski sebaliknya. Annu kemudian menghubungi kembali geng "Losers" yang terjalin di asrama Hostel 4 "H4", mengadakan sebuah reuni sambil kembali membuka napak tilas kehidupan yang pernah dilalui.

merangkap sebagai penulis naskah membaurkan dua lini masa secara rapi, menghadirkan sebuah tautan-yang saling terjalin satu sama lain-di mana sebuah benang merah kisahnya saling terjalin satu sama lain. Ini seperti sebuah percakapan intim orang tua sebagai alumni kehidupan kepada anaknya sebagai calon penyusong masa depan.

Meski bermain di ranah drama, Chhichhore berhasil pula mengundang gelak tawa, di mana masa-masa selama hidup di asrama memberikan sebuah kesenangan terhadap sebuah kenangan. Kedekatan para geng “Losers” begitu membumi-mencuri perhatian dengan tingkah pula ciri khas-nya masing-masing, membuat saya kembali mengingat masa-masa bersama sahabat tercinta lengkap dengan tingkah bodoh pula kejenakaan miliknya. Chhichhore kembali berjasa menghadirkan sebuah "kapsul waktu" yang benar-benar nyata adanya.

Semakin kompleks kala Chhichhore tak sebatas menyampaikan pesan, melainkan juga menerapkan-yang kemudian menjadi motivasi utamanya untuk beergerak membersihkan cap "pecundang" terhadap siswa asrama H4 yang kian berserak. Anni menjadi penggerak pemikiran para anggota, di mana sebuah kejuaran olahraga tahunan-adalah jalan keluar bagi mereka melepaskan segala sesuatunya dan keterpurukan. Apalagi kehadiran Raggie (Prateik Babbar) si anak asrama H3-sang pemborong kejuaran-menjadi saingan sekaligus tantangan bagi mereka untuk membuktikan.

Menyelenggarakan beragam pertandingan cabang olahraga di tampilkan dengan penuh kejenakaan melalui akal bulus curang para anggota asrama H3, meski sulit untuk dibenarkan namun mudah untuk dipahami intensitasnya. Apalagi ini meliputi harga diri pula sebuah pembuktian menghempaskan keseluruhan. Nitesh Tiwari kembali mencuri perhatian lewat eksekusinya-kala momen olahraga-yang notabene-nya ditampilkan cukup berat mampu terhantar begitu menyenangkan.

Beruntung pula Chhichhore disokong tampil para pelakon yang tampil solid dalam bermain adegan, terutama momen olok-olok kalimat-yang menyenangkan untuk disimak. Gelar MVP (Most Valuable Performance) mungkin tak jatuh ditangan Sushant Singh Rajput maupun Shraddha Kappor atau bahkan Tahir Raj Bhasin sebagai penggerak drama, kecuali trio Varun-Tushar-Naveen yang selalu mengundang gelak tawa lewat ciri khas miliknya, melihat ekspresi dan olok-olok kalimat mereka bak memperoleh sebuah kebahagiaan tersendiri.

Seperti yang telah saya singgung, Chhichhore dengan mulus melakukan transisi adegan maupun peralihan lini masa-hingga kala Tiwari kembali menampilkan drama suguhan, semuanya begitu terasa. Entah lewat guliran dialog penuh makna maupun hasil luapan emosi karakternya, Chhichhore selalu berhasil mengundang emosi tak tertahan maupun luapan tangis sebagai bentuk penghargaan atas sebuah penyesalan.
Meskipun saya sangat menyyangkan tempelan make-up pada riasan karakternya-yang kentara terlihat tak sepadan kala karakternya memerankan karakter dewasa atau lebih tepatnya orang tua, keengganan Chhichhore yang tak menghadirkan dua generasi pemain mungkin membuktikan-meski hasil akhirnya mampu mengeliminasi hal itu. Terlebih kala Chhichhore ikut memperhatikan tata artistik, lewat iringan musik dari Pritam serta bidikan kamera Amalendu Chowdhary-yang menghadirkan sebuah montase sarat makna (petunjuk: terjadi menjelang ending) yang menjadi favorit saya, di samping Chhichhore adalah sebuah sajian yang benar-benar nyata adanya.


0 komentar:

Posting Komentar