Agustus 06, 2025
LOVE SEX AUR DHOKHA 2 (2024)
Love Sex Aur Dhokha (2010) adalah sebuah konteks seorang Dibakar Banerjee yang sensasional. Pada saat itu, ia berani menyentil bahkan menampilkan pemandangan yang tak biasa di mana pengadeganannya mengikuti tiga kamera: kamera genggam, kamera rekaman serta kamera pengintai. Butuh waktu 14 tahun untuk merealisasikan sekuelnya untuk mengikuti perkembangan masa kini, sebuah ironi antara realita dan maya yang terasa bias dewasa ini.
Mudah memang melakukan sebuah relevansi terhadap Gen Z yang akan terkoneksi (disamping pada kenyataan terkontaminasi) oleh kultur budaya masa kini. Demikianlah tujuan utama Banerjee yang penuh ambisi dalam menyampaikan sebuah kritisi terhadap kebanyakan partisi (mungkin kita termasuk di dalamnya secara tak sadarkan diri).Hasilnya adalah sebuah anekdot yang menekankan batasan terhadap apa yang dilihat dan yang seharusnya dilihat dalam sebuah wadah kekejaman nan sopan bernama media sosial yang begitu dekat dengan kita. Tambahkan beberapa cinta, seksualitas serta rahasia di dalamnya, yang terkesan bak sebuah kesetaraan antara tindakan untuk menekan tombol suka, bagikan, dan unduh (yang kemudian menjadi subjudul masing-masing segmen).
Love (alias Like) menyoroti sebuah acara reality show bernama Truth or Naach (Truth or Dance), yang bak perkawinan dari Big Boss dan Naach Baliye. Sebuah acara di mana peraturan layaknya kebenaran atau tantangan diterapkan secara halus, netizen lain juga menyimak dan menulis, selain fakta bahwa mereka adalah pemegang kendali seutuhnya.
Dikisahkan Noor (Paritosh Tiwari), seorang transpuan yang kecanduan untuk mendapatkan rating tinggi demi memenangkan pertandingan yang mengharuskan mereka berada di dalam maupun di luar ruangan secara berpasangan dengan kamera yang selalu mengintai. Penonton adalah para pengamat yang setia untuk melihat segala tindak-tanduk yang terjadi, termasuk ketika sang produser juga melibatkan ibu Noor (Swaroopa Ghosh) yang masih belum menerima perubahan sang anak. Interaksi keduanya yang berlawanan menghadirkan sebuah tontonan ironis sekaligus tragis dibalik obsesi yang menghalalkan segala cara dan mengalienisasi norma dan batasan di luar wajar.
Menarik memang menyaksikan segmen ini yang dibungkus secara ringan namun menghasilkan sebuah dampak yang signifikan dibalik sebuah pertentangan yang selalu menjadikan hiburan menyakitkan. Penutupnya memberikan hukuman yang setimpal meskipun Banerjee urung menjawabnya secara tegas akibat dorongan menimbulkan sebuah korelasi yang sama sekali tidak berdampak secara kronologi.
Sex (alias Share) dibuka oleh sebuah rekaman amatir yang menampilkan korban mengungkapkan seksual di semak belukar. Korban tersebut adalah seorang transpuan bernama Kullu (Bonita Rajpurohit), seorang pekerja sanitasi di sebuah metro yang diperjuangkan haknya oleh sang atasan, Lovina (Swastika Mukherjee). Kasus Lovina yang dibawa sang pegawai ke pihak kepolisian yang malah menimbulkan perasaan transfobia di kalangan masyarakat. Situasi semakin pelik tatkala hasil visum membuktikan bahwa terdapat lima sperma berbeda dalam alat vital Kullu, yang mengindikasikan bahwa Kullu adalah seorang pekerja seks komersil.
Segmen Sex yang dibawakan ke ranah yang lebih membingunkan disaat penonton diminta untuk ikut mengikuti proses prosedural kepolisian serta rengganya Kullu dengan Lovina yang semakin runyam dibalik lunturnya krisis identitas kaum marjinal yang kian terpinggirkan. Seks mungkin tak memberikan sebuah pembenaran melainkan pemahaman atas nama kebutuhan bertahan hidup ditengah sulitnya kepercayaan bagi mereka yang dianggap berbeda. Komentar tersebut dijawab secara tegas oleh Banarjee dalam sebuah adegan singkat yang mengindikasikan adanya jurang terjal hak kepemilikan dan perusahaan yang mengalahkan kehidupan.
Dhokha (alias Download) adalah penutup yang paling ambisius. Kisahnya mengikuti seorang remaja pria berusia 18 tahun yang memakai nama pengguna Game Pappi (Abhinav Singh), gamer yang haus akan popularitas hanya untuk menghancurkan hidupnya oleh sang pengikut dengan nama fullmoon, yang mengirimkan dukungan serta umpatan lewat meme dan video yang mengancam kehidupan, terutama selepas video homoseksual sang kreator tersebar luas.
Mengedepankan pemakaian gaya streaming video game, Dhokha mungkin terasa dekat bagi mereka yang kerap memainkan permainan demi mencari sebuah kesenangan. Nantinya, penutup ini akan bersinggungan dengan santernya kabar kematian seorang bocah 12 tahun yang menghubungkan dua cerita sebelumnya yang tak mempengaruhi sama sekali selain sebagai penanda linimasa yang memaksakan kehadirannya. Meskipun demikian, Dhokha adalah sebuah penelanjangan ambisi sang sutradara dalam menampilkan dunia metaverse yang didalamnya terdapat kehidupan buatan yang menggantikan kenyataan.
Ditulis bersama Pratik Vats dan Subham (Eeb Allay Ooo!), Love Sex Aur Dhokha 2 (atau dijual dengan nama LSD2) adalah antologi berani seperti karya sang sutradara biasanya. Sebuah voyeurisme yang seksi dalam menelanjangi batas antara realita dan maya serta keresahan masa kini yang dibungkus sedemikian rupa menggebu-gebu. Itulah mengapa sulit untuk terkoneksi sepenuhnya saat sang sutradara terlampau cerewet dalam menghadirkan muatan yang membuatnya kerap terpinggirkan, ketara terjadi dalam setiap pergantian segmen.
Meskipun pada saat yang sama, Love Sex Aur Dhokha 2 adalah sebuah sajian yang patut disaksikan karena urgensinya yang begitu dekat dengan kenyataan. Secara estetika filmnya mencemooh perilaku manusia yang menggila kala di dunia maya dan disaat yang bersamaan, secara sistemis filmnya tampil berlebihan.
0 komentar:
Posting Komentar