Agustus 06, 2025
THE WATCHERS (2024)
The Watchers menandai kali pertama anak dari sang maestro, M. Night Shyamalan, Ishana Night Shyamalan menggarap film panjang pertamanya (sekaligus menulis naskahnya berdasarkan novel buatan A.M. Shine) setelah sempat mengerjakan beberapa episode Servant, yang juga disutradarai sang ayah. Terdengar seperti buah tak jatuh jauh dari pohonnya memang, meski umpatan terkait nepo baby terus menggelayuti.
Kepekaan Ishana terlihat begitu jelas sedari paruh awal The Watchers di buka, yang menampilkan seorang pria tengah kebingungan mencari jalan pulang namun berakhir tragis selepas suatu entitas yang berhasil menariknya. Dari sini, atensi penonton akan The Watchers sudah dimainkan sebelum nantinya penonton berinteraksi dengan sang protagonis utama.
Mina (Dakota Fanning) namanya. Seorang ekspatriat yang mempunyai bakat seni dalam dirinya. Ia bekerja di sebuah toko hewan peliharaan dan diminta untuk mengantarkan beo oranye ke sebuah kebun binatang di Belfast. Memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi, Mina malah mendapati dirinya tersesat dan terjebak di sebuah hutan di Irlandia setelah mobil yang dikendarainya membutakan dan menghilang begitu saja dari tempat itu.
Kebingungan mencari jalan pulang, Mina kemudian bertemu dengan Madeline (Olwen Fouere) yang membawa ke sebuah tempat mirip kandang yang kemudian disebut coop. Madeline kemudian mengenalkan Mina kepada dua penghuni sebelumnya, Ciara (Georgina Campbell) dan Daniel (Oliver Finnegan) yang ternyata sudah terjebak selama berbulan-bulan.
Mina menjadi orang baru yang ikut bergabung untuk memberikan hiburan kepada para penonton yang hanya meminta untuk berdiri ke arah kaca tebal dan menjadi diri sendiri. Demikianlah aturan sederhana yang diminta mereka, terbukti ketika Mina berdiri di hadapan kaca yang memantulkan cahaya seperti cermin, tepukan riuh dari para pengamat begitu bergemuruh.
Bak berkaca pada karya sang ayah, Ishana membangun The Watchers secara pelan namun pasti, menciptakan sebuah pertanyaan yang menampilkan sebuah keterkaitan akan jawaban nantinya. Kengerian itu bersumber dari suara gemuruh nan riuh tanpa harus menampilkan wajah sang entitas secara terburu-buru, karena sejatinya ketakutan akan hal yang tak terlihat lebih menakutkan daripada yang terlihat. Dari sini, psikologis penonton bermain.
Menyaksikan The Watchers ibarat menonton Lady in the Water (2006) dalam bentuk yang berbeda, di mana Ishana ikut memainkan dongeng seputar legenda urban mengenai sebuah hutan belantara di Irlandia. Tak ayal, pendekatan Ishana pun bak mencontohkan apa yang dilakukan sang ayah, termasuk menaruh dan menciptakan sebuah kelokan di penghujung cerita.
Benar saja, Ishana menyimpan sebuah twist di konklusi yang sayangnya tampil terlalu dini. Kesan draggy sulit untuk dihindarkan yang turut melukai narasi yang sejatinya menyimpan sebuah potensi yang besar. Kentara, Ishana belum berpengalaman dalam mengarahkan dan menciptakan sebuah momentum sehingga menghasilkan dampak yang besar alih-alih harus terputus di tengah jalan.
Twist-nya yang sejati tampil menjanjikan, meski kekurangan eksplorasi dengan sepenuhnya menyerahkan terhadap eksposisi menjadikan The Watchers sering menyuapi. Kesan cerewet seperti ini justru menggambarkan pengadeganan yang sebelumnya telah menciptakan sebuah pondasi yang kokoh yang justru berakhir roboh dalam sekejap.
Sungguh sangat memalukan memang. Beruntung, The Watchers mempunyai Dakota Fanning yang dalam menyatukan kali ini (terlahir terlihat di The Equalizer 3) masih memubuktikan bahwa dirinya adalah aktris yang piawai mengolah rasa, utamanya dalam menafsirkan trauma yang selalu menghantuinya. Meski di saat yang sama, Fanning bak merepresentasikan keseluruhan filmnya yang tertahan akan menjadi alasan yang sulit untuk dijabarkan.
0 komentar:
Posting Komentar